Article: 20240505/IN: Perbedaan antara revisi
k (upd) |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
| illustrationA5= | | illustrationA5= | ||
| title= Respons yang benar | | title= Respons yang benar | ||
| date= 2024- | | date= 2024-05-05 | ||
| name= Victor Pandiwidjaja | | name= Victor Pandiwidjaja | ||
| completename= Victor Pandiwidjaja | | completename= Victor Pandiwidjaja |
Revisi terkini sejak 24 Februari 2024 04.04
Inspirasi | |
---|---|
Tanggal | 05 Mei 2024 |
Penulis | Victor Pandiwidjaja |
Sebelumnya |
|
Selanjutnya |
|
Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya.
Dalam Mazmur 6, Daud sedang memohon agar ia tidak mendapatkan hukuman Tuhan. Saat itu Daud terkesan sedang mengalami suatu kesakitan (Mazmur 6:2), karena suatu hal yang menekan jiwanya (Mazmur 6:3).
Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?
Penderitaan yang dialami oleh manusia umumnya seputar hal badani dan jiwani. Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya. Itulah sebabnya seringkali kita mendengar nasehat dari hamba Tuhan untuk memiliki respons yang benar terhadap Tuhan. Respons terhadap kesakitan (sickness) dan penderitaan (pain) ternyata dapat membuat seseorang semakin dekat, atau sebaliknya semakin jauh dari Tuhan. Ternyata yang membuat perbedaan seseorang menjadi better atau bitter (pahit) adalah respons dari orang itu sendiri.
Dari Mazmur 6, kita dapat belajar beberapa hal dari Daud bagaimana memberikan respons dalam setiap masalah atau keadaan:
- Daud “seorang yang nggak enak hatian sama Tuhan”
- Daud sangat dekat dengan Tuhan
- Daud beriman pada Tuhan
Sehingga setiap kali mengalami masalah, ia terlebih dahulu mohon ampun pada Tuhan, sekiranya ia melakukan suatu kesalahan baik yang disadari dan yang mungkin tak disadarinya (Mazmur 6:2). Jadi meski Daud terkesan tidak memahami mengapa ia berada dalam situasi kesakitan dan penderitaan, namun ia melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri dahulu, daripada menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan.
Bahkan Daud “tak segan untuk curhat, menumpahkan segenap perasaannya pada Tuhan” (Mazmur 6:3-8). Kita dapat belajar jika mau curhat, lebih baik pada Tuhan, atau setidaknya pada orang terdekat yang terpercaya, seperti suami/istri atau sahabat sejati.
Mengumbar masalah pada orang yang tidak tepat, apalagi pada sosial media, justru menambah permasalahan baru.
Daud beriman bahwa Tuhan telah mendengar setiap tangisan maupun keluh kesahnya, bahkan telah meyakini bahwa setiap doa dan permohonannya telah didengar oleh Tuhan, meskipun jawabannya belum diterima saat itu (Mazmur 6:9-10).
Kita dapat belajar dari Daud bahwa doa atau permohonan yang disampaikan dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, itu tidak pernah sia-sia. Percayalah bahwa kamu telah menerimanya (Markus 11:24), karena tepat sesuai waktu-Nya kita pasti menerima kemenangan.