Article: 20240505/IN: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
(Baru)
 
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(3 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{unified info | templatetype=inspirational
{{unified info | templatetype=inspirational
  | namespace= Article
  | namespace= Article
  | pagename= 20240303/IN
  | pagename= 20240505/IN
  | illustration16x9= Logo Inspirational.jpg
  | illustration16x9= Logo Inspirational.jpg
  | illustration1x1=
  | illustration1x1=
  | illustrationA5=
  | illustrationA5=
  | title= Respon yang benar
  | title= Respons yang benar
  | date= 2024-03-03
  | date= 2024-05-05
  | name= Victor Pandiwidjaja
  | name= Victor Pandiwidjaja
  | completename= Victor Pandiwidjaja
  | completename= Victor Pandiwidjaja
Baris 30: Baris 30:
  | downloadfilename=  
  | downloadfilename=  
  | downloadcaption= Unduh PDF
  | downloadcaption= Unduh PDF
  | summary= Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respon dari manusianya.  
  | summary= Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya.  


  | shortsummary= Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respon dari manusianya.  
  | shortsummary= Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya.  
}}
}}
Dalam {{sabdaweb2v|Mazmur 6}}, Daud sedang memohon agar ia tidak mendapatkan hukuman Tuhan. Saat itu Daud terkesan sedang mengalami suatu kesakitan ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:2}}), karena suatu hal yang menekan jiwanya ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:3}}).


Dalam {{sabdaweb2v|Mazmur 6}}, Daud sedang memohon agar ia tidak mendapatkan hukuman Tuhan.  Saat itu Daud terkesan sedang mengalami suatu kesakitan  ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:2}}), karena suatu hal yang menekan jiwanya ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:3}}).  Penderitaan yang dialami oleh manusia umumnya seputar hal badani dan jiwani. Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respon dari manusianya. Itulah sebabnya seringkali kita mendengar nasehat dari hamba Tuhan untuk memiliki respon yang benar terhadap Tuhan. Respon terhadap kesakitan ''(sickness)'' dan penderitaan ''(pain)'' ternyata dapat membuat seseorang semakin dekat, atau sebaliknya semakin jauh dari Tuhan. Ternyata yang membuat perbedaan seseorang menjadi better atau bitter ''(pahit)'' adalah respon dari orang itu sendiri.  
{{blockquote/Ayat
| '''''Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?'''''
| {{sabdaweb2v|Mazmur 6:2-3}}
}}
 
Penderitaan yang dialami oleh manusia umumnya seputar hal badani dan jiwani. Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya. Itulah sebabnya seringkali kita mendengar nasehat dari hamba Tuhan untuk memiliki respons yang benar terhadap Tuhan. Respons terhadap kesakitan ''(sickness)'' dan penderitaan ''(pain)'' ternyata dapat membuat seseorang semakin dekat, atau sebaliknya semakin jauh dari Tuhan. Ternyata yang membuat perbedaan seseorang menjadi ''better'' atau ''bitter'' (pahit) adalah respons dari orang itu sendiri.


Dari {{sabdaweb2v|Mazmur 6}}, kita dapat belajar beberapa hal dari Daud bagaimana memberikan respon dalam setiap masalah atau keadaan:  
Dari {{sabdaweb2v|Mazmur 6}}, kita dapat belajar beberapa hal dari Daud bagaimana memberikan respons dalam setiap masalah atau keadaan:  


<ol>
<ol>
<li>Daud “seorang yang nggak enak hatian sama Tuhan”, sehingga setiap kali mengalami masalah, ia terlebih dahulu mohon ampun pada Tuhan, sekiranya ia melakukan suatu kesalahan baik yang disadari dan yang mungkin tak disadarinya ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:2}}). Jadi meski Daud terkesan tidak memahami mengapa ia berada dalam situasi kesakitan dan penderitaan, namun ia melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri dahulu, daripada menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan.</Li>
<li>'''Daud “seorang yang nggak enak hatian sama Tuhan”'''</li>
<p>Sehingga setiap kali mengalami masalah, ia terlebih dahulu mohon ampun pada Tuhan, sekiranya ia melakukan suatu kesalahan baik yang disadari dan yang mungkin tak disadarinya ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:2}}). Jadi meski Daud terkesan tidak memahami mengapa ia berada dalam situasi kesakitan dan penderitaan, namun ia melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri dahulu, daripada menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan.</p>


<li>Daud sangat dekat dengan Tuhan, bahkan “tak segan untuk curhat, menumpahkan segenap perasaannya pada Tuhan” ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:3-8}}). Kita dapat belajar jika mau curhat, lebih baik pada Tuhan, atau setidaknya pada orang terdekat yang terpercaya, seperti suami/istri atau sahabat sejati. Mengumbar masalah pada orang yang tidak tepat, apalagi pada sosial media, justru menambah permasalahan baru.</Li>
<li>'''Daud sangat dekat dengan Tuhan'''</li>
<p>Bahkan Daud “tak segan untuk curhat, menumpahkan segenap perasaannya pada Tuhan” ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:3-8}}). Kita dapat belajar jika mau curhat, lebih baik pada Tuhan, atau setidaknya pada orang terdekat yang terpercaya, seperti suami/istri atau sahabat sejati.<br />
Mengumbar masalah pada orang yang tidak tepat, apalagi pada sosial media, justru menambah permasalahan baru.</p>


<li>Daud beriman pada Tuhan, bahwa Tuhan telah mendengar setiap tangisan maupun keluh kesahnya, bahkan telah meyakini bahwa setiap doa dan permohonannya telah didengar oleh Tuhan, meskipun jawabannya belum diterima saat itu ({{sabdaweb2v|Mazmur 6 : 9-10}}).</Li>
<li>'''Daud beriman pada Tuhan'''</li>
<p>Daud beriman bahwa Tuhan telah mendengar setiap tangisan maupun keluh kesahnya, bahkan telah meyakini bahwa setiap doa dan permohonannya telah didengar oleh Tuhan, meskipun jawabannya belum diterima saat itu ({{sabdaweb2v|Mazmur 6:9-10}}).</p>
</ol>
</ol>


Kita dapat belajar dari Daud bahwa doa atau permohonan yang disampaikan dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, itu tidak pernah sia-sia. ''“Percayalah bahwa kamu telah menerimanya”'' ({{sabdaweb2v|Markus 11:24}}), karena tepat sesuai waktu-Nya kita pasti menerima kemenangan.  
Kita dapat belajar dari Daud bahwa doa atau permohonan yang disampaikan dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, itu tidak pernah sia-sia. '''''Percayalah bahwa kamu telah menerimanya''''' ({{sabdaweb2v|Markus 11:24}}), karena tepat sesuai waktu-Nya kita pasti menerima kemenangan.
(Victor Pandiwidjaja)

Revisi terkini sejak 24 Februari 2024 04.04

Logo Inspirational.jpgLogo Inspirational.jpg
Inspirasi
Tanggal05 Mei 2024
PenulisVictor Pandiwidjaja
Sebelumnya
Selanjutnya

Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya.

Dalam Mazmur 6, Daud sedang memohon agar ia tidak mendapatkan hukuman Tuhan. Saat itu Daud terkesan sedang mengalami suatu kesakitan (Mazmur 6:2), karena suatu hal yang menekan jiwanya (Mazmur 6:3).

Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?

Mazmur 6:2-3

Penderitaan yang dialami oleh manusia umumnya seputar hal badani dan jiwani. Pada akhirnya yang menentukan atau berpengaruh dengan hal rohani, yaitu respons dari manusianya. Itulah sebabnya seringkali kita mendengar nasehat dari hamba Tuhan untuk memiliki respons yang benar terhadap Tuhan. Respons terhadap kesakitan (sickness) dan penderitaan (pain) ternyata dapat membuat seseorang semakin dekat, atau sebaliknya semakin jauh dari Tuhan. Ternyata yang membuat perbedaan seseorang menjadi better atau bitter (pahit) adalah respons dari orang itu sendiri.

Dari Mazmur 6, kita dapat belajar beberapa hal dari Daud bagaimana memberikan respons dalam setiap masalah atau keadaan:

  1. Daud “seorang yang nggak enak hatian sama Tuhan”
  2. Sehingga setiap kali mengalami masalah, ia terlebih dahulu mohon ampun pada Tuhan, sekiranya ia melakukan suatu kesalahan baik yang disadari dan yang mungkin tak disadarinya (Mazmur 6:2). Jadi meski Daud terkesan tidak memahami mengapa ia berada dalam situasi kesakitan dan penderitaan, namun ia melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri dahulu, daripada menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Tuhan.

  3. Daud sangat dekat dengan Tuhan
  4. Bahkan Daud “tak segan untuk curhat, menumpahkan segenap perasaannya pada Tuhan” (Mazmur 6:3-8). Kita dapat belajar jika mau curhat, lebih baik pada Tuhan, atau setidaknya pada orang terdekat yang terpercaya, seperti suami/istri atau sahabat sejati.
    Mengumbar masalah pada orang yang tidak tepat, apalagi pada sosial media, justru menambah permasalahan baru.

  5. Daud beriman pada Tuhan
  6. Daud beriman bahwa Tuhan telah mendengar setiap tangisan maupun keluh kesahnya, bahkan telah meyakini bahwa setiap doa dan permohonannya telah didengar oleh Tuhan, meskipun jawabannya belum diterima saat itu (Mazmur 6:9-10).

Kita dapat belajar dari Daud bahwa doa atau permohonan yang disampaikan dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, itu tidak pernah sia-sia. Percayalah bahwa kamu telah menerimanya (Markus 11:24), karena tepat sesuai waktu-Nya kita pasti menerima kemenangan.