Article: 20201005/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
k (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
 
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 4: Baris 4:
| tahun = 2020
| tahun = 2020
| minggu = 41
| minggu = 41
| tanggal = {{#time:Y-m-d | 2020-W41-7 }}
| date= {{#time:Y-m-d | 2020-W41-7 }}
| nama = Paul Tuanakotta
| name= Paul Tuanakotta
| completename= Pdp Paul Tuanakotta, SKom, CBC
| completename= Pdp Paul Tuanakotta, SKom, CBC
| readmore = {{{readmore|}}}
| readmore = {{{readmore|}}}
| infobox = {{{infobox|}}}
| infobox = {{{infobox|}}}


| summary = '''''“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”''''' ({{sabdaweb2v|Matius 25:13}})
| longsummary=
| summary=
| shortsummary= '''''“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”''''' ({{sabdaweb2v|Matius 25:13}})


Di dalam '''''Matius 25:1-13''''' kita dapat membaca tentang Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan mengenai apa yang akan terjadi ketika Yesus datang kembali. Yesus menggunakan sebuah ilustrasi dari tradisi perkawinan orang Yahudi.
Di dalam '''''Matius 25:1-13''''' kita dapat membaca tentang Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan mengenai apa yang akan terjadi ketika Yesus datang kembali. Yesus menggunakan sebuah ilustrasi dari tradisi perkawinan orang Yahudi.

Revisi terkini sejak 19 November 2022 04.14

RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal11 Oktober 2020
PenulisPdp Paul Tuanakotta, SKom, CBC
Renungan khusus lainnya

“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Matius 25:13)

Di dalam Matius 25:1-13 kita dapat membaca tentang Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan mengenai apa yang akan terjadi ketika Yesus datang kembali. Yesus menggunakan sebuah ilustrasi dari tradisi perkawinan orang Yahudi.

Pada masa itu, ada tiga tahap dalam proses perkawinan dalam tradisi orang Yahudi.

  1. Perjodohan, yaitu perjanjian ikatan resmi yang dilakukan oleh ayah dari pihak pria dan wanita.
  2. Pertunangan, yaitu upacara di mana diadakan ikatan janji dari kedua belah pihak.
  3. Perkawinan, di mana kira-kira satu tahun kemudian saat mempelai pria datang kepada mempelai wanita untuk melakukan pesta perjamuan kawin.

Dalam perumpamaan ini, dua tahap pertama sudah dilakukan, dan waktunya sudah hampir tiba untuk melakukan tahap terakhir. Namun seringkali saat yang pasti kapan mempelai pria datang tidak diketahui sebelumnya. Ia bisa datang kapan saja. Hal inilah yang kemudian menjadi fokus dalam perumpamaan tersebut.

Tuhan Yesus menyebutkan adanya sepuluh gadis yang diberikan tugas untuk menyambut mempelai pria ketika ia datang untuk hadir dan bertemu dengan mempelai wanita dalam pesta perjamuan kawin. Sepuluh gadis ini kemungkinan besar berkaitan erat dengan sepuluh pelita yang dinyalakan dalam tradisi prosesi perkawinan orang Yahudi.

Lima diantara gadis tersebut mempersiapkan tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Mereka membawa pelita dan juga minyak dalam buli-buli sebagai cadangan. Walaupun masa-masa untuk melakukan perjamuan kawin sudah tiba, tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan tepatnya mempelai pria akan datang. Bisa saja mempelai pria datang tengah malam sehingga mereka memerlukan cahaya untuk menerangi jalan mereka. Tuhan Yesus menyebut gadis-gadis yang mempersiapkan tugas mereka dengan sungguh-sungguh sebagai gadis-gadis yang bijaksana.

Namun lima gadis yang lainnya tidak mempersiapkan tugas mereka dengan sungguh-sungguh, mereka menganggap enteng tugas tersebut. Mereka tidak mempersiapkan apa yang mungkin mereka butuhkan untuk melakukan tugas tersebut. Dan tiba-tiba ada suara-suara yang mengumandangkan bahwa mempelai pria dalam perjalanan menuju rumah mempelai wanita. Pada saat itulah kelima gadis yang oleh Yesus disebut gadis-gadis yang bodoh, sadar bahwa pelita mereka hampir padam dan mereka tidak memiliki cadangan minyak. Barulah mereka berusaha untuk mendapatkan minyak. Tetapi sudah terlambat.

Ketika mereka sedang pergi untuk membeli minyak, mempelai pria tiba di rumah mempelai wanita. Mereka yang sudah siap, yaitu gadis-gadis bijaksana, ikut masuk ke dalam rumah untuk mengikuti perjamuan kawin. Dan pintu rumah pun ditutup.

Setelah itu barulah kelima gadis lainnya tiba dan berusaha untuk masuk. Tetapi pintu sudah ditutup.

Mereka berseru-seru “Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!” Tetapi tuan itu menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu”. Yesus menutup perumpamaan tersebut dengan sebuah peringatan: “Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Matius 25:11-13)

Jika kita teliti perumpamaan tersebut, berjaga-jaga yang dimaksud dalam perumpamaan ini bukan berarti gadis-gadis tersebut harus terus menerus terbangun dan tidak boleh tertidur. Dalam kisah tersebut kesepuluh gadis tersebut semuanya tertidur ketika mereka menunggu mempelai pria datang (ayat 5).

Makna berjaga-jaga

#1 Menyadari siapakah Tuhan itu dan bagaimana seharusnya sikap kita di hadapan Dia

Dalam perumpamaan tersebut mempelai pria melambangkan Tuhan Yesus yang akan datang kembali sedangkan sepuluh gadis itu melambangkan orang percaya yang menantikan kedatangan-Nya.

Tuhan Yesus adalah Tuhan yang penuh kasih dan sudah membuktikan kasih-Nya itu lewat kerelaan-Nya untuk menebus dosa kita lewat kematian-Nya di kayu salib. Ketika kita percaya kepada-Nya kita akan diselamatkan. Namun kita juga harus menyadari, bahwa Ia juga Tuhan yang Mahakuasa, Pencipta seluruh alam semesta yang memiliki otoritas yang tertinggi. Tuhan layak untuk dihormati dan apa yang Dia perintahkan layak untuk ditaati. Hal ini kita perlihatkan melalui sikap kita kepada Dia. Jika kita memang mengatakan bahwa kita menghormati dan taat kepada Dia maka kita tidak akan menganggap enteng dan meremehkan Firman-Nya.

Dengan mempersiapkan pelita dan juga minyak sebagai cadangan, gadis-gadis yang bijaksana memperlihatkan bahwa mereka menghormati mempelai pria yang akan datang. Hal yang sama berlaku bagi kita orang percaya. Jika kita sungguh-sungguh mengerti siapakah Tuhan sebenarnya maka kita akan dengan sungguh-sungguh menghormati Dia dengan cara sungguh-sungguh memperhatikan Firman-Nya.

Yesus mengatakan bahwa Dia pasti akan datang kembali dan tidak seorangpun mengetahui dengan pasti kapan Ia akan datang. Bagaimanakah sikap kita dalam menanggapi hal tersebut? Apakah kita menanggapi dengan cara sungguh-sungguh mempersiapkan hidup kita? Atau secara tidak sadar kita sudah meremehkan Dia dengan tidak menganggap serius perkataan-Nya.

Hal ini dapat terjadi pada saat kita bersikap pesimis terhadap janji kedatangan-Nya. Rasul Petrus memperingatkan kita ketika ia menulis:

“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan."” (2 Petrus 2:3-4)

Jangan sampai kita lupa bahwa Tuhan Yesus memiliki otoritas untuk menutup pintu sehingga walaupun orang berusaha sekuat apapun, tidak ada sesuatupun yang dapat dilakukan untuk membuka pintu tersebut. Semua sudah terlambat. Hal ini terjadi karena seperti lima gadis bodoh tersebut, mereka meremehkan Sang Mempelai Pria, Tuhan Yesus Kristus.

#2 Menyadari dengan sungguh-sungguh akan tanggung jawab yang diberikan kepada kita

Sebagai orang percaya kita sudah menerima keselamatan lewat kasih karunia. Sekarang kita bukan lagi seteru, sebaliknya sekarang kita adalah sekutu Allah. Kita sudah dibebaskan dari perhambaan dosa, namun sekarang kita menjadi hamba dari Tuhan Yesus Kristus.

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19-20)

Sebagai hamba, tugas kita adalah melakukan apa yang menjadi kehendak dan perintah-Nya. Hal ini digambarkan dalam perumpamaan ini lewat tugas yang harus dilakukan oleh kesepuluh gadis tersebut. Mereka sudah diberikan sebuah tugas, oleh karena itu mereka harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan tersebut diperlihatkan dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar tugas tersebut bisa dilaksanakan dengan baik.

Gadis-gadis bijaksana memperlihatkan keseriusan mereka terhadap tanggung jawab mereka dengan mempersiapkan buli-buli berisi minyak sebagai cadangan, sementara itu gadis-gadis yang bodoh sepertinya sudah melakukan tugasnya. Mereka juga membawa pelita, tetapi mereka tidak mempersiapkan minyak cadangan. Hal ini kelihatan-Nya sepele, tetapi ternyata memiliki konsekuensi yang serius, karena pada akhirnya mereka tidak dapat ikut dalam pesta perjamuan kawin.

Dalam ayat-ayat berikutnya (Matius 25:14-30), Tuhan Yesus juga memberikan sebuah perumpamaan mengenai kedatangan-Nya yang kedua kali. Perumpamaan tersebut adalah mengenai hamba yang dipercayakan untuk melipatgandakan talenta mereka. Kepada hamba-hamba yang melipatgandakan talenta, yaitu mereka yang memandang serius tanggung jawab yang diberikan kepada mereka, tuan itu berkata:

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21, 23)

Kepada hamba-hamba yang bertanggung jawab melakukan tugas mereka, Tuhan berkata bahwa mereka akan ikut masuk dalam kebahagiaan Tuhan.

Namun hamba yang diberikan satu talenta tidak melipatgandakannya, dengan mengubur talenta tersebut, hamba tersebut pada dasarnya menyepelekan tugas yang diberikan kepada-Nya. Bagi hamba tersebut pintu tertutup; bahkan tuan itu berkata:

“Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” (Matius 25:30)

#3 Memastikan bahwa kita dikenal oleh Tuhan

Ketika lima gadis yang bodoh itu kembali dari membeli minyak, mereka mendapati bahwa pintu sudah tertutup. Mereka berteriak memohon agar mempelai pria membukakan pintu. Namun ada jawaban dari dalam yang berkata:

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” (Matius 25:12)

Apakah artinya ketika mempelai pria itu berkata ‘Aku tidak mengenal kamu’? Tuhan Yesus pernah mengatakan hal yang serupa mengenai hal ini.

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:21-23)

Tentunya hal ini bukan berarti Tuhan Yesus tidak tahu siapa mereka, namun Yesus tidak mengenali mereka sebagai murid-Nya. Tuhan tidak mengakui mereka sebagai pengikut-Nya. Walaupun secara lahiriah mereka melakukan hal-hal yang kelihatannya rohani, namun mereka adalah orang asing secara rohani. Selama tiga tahun lebih Yudas Iskariot mengikuti Yesus, belajar dari Yesus, melayani bersama Yesus bahkan hidup bersama-sama Yesus. Tetapi sebenarnya ia didorong oleh kepentingannya sendiri. (Yohanes 12:6)

Orang yang dikenal Allah adalah mereka yang sungguh-sungguh menyerahkan segala aspek kehidupan-Nya, baik pikiran, perasaan dan keinginannya kepada pikiran, perasaan dan keinginan Allah.

“Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.” (1 Korintus 8:3)

Kembali kepada kelima gadis bodoh dalam perumpamaan tersebut. Tuhan sedang berkata kepada mereka bahwa Ia tidak melihat dalam hidup mereka ada indikasi yang memperlihatkan bahwa mereka berjaga-jaga, yaitu:

  1. Menghormati Dia dan tidak meremehkan Dia,
  2. Bertanggung jawab dan setia melakukan kehendak-Nya.
  3. Memperlihatkan bahwa mereka mengasihi Dia dan meninggalkan kejahatan dalam hidupnya.

Jadilah seperti gadis-gadis bijaksana, yang berjaga-jaga senantiasa. Amin. (PT)

Sumber