Article: 20200921/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
k (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 5: Baris 5:
| tahun = 2020
| tahun = 2020
| minggu = 39
| minggu = 39
| tanggal = 2020-09-21
| date= 2020-09-21
| name=Junus Mulyana
| name=Junus Mulyana
| completename=Pdm Junus Mulyana, MTh
| completename=Pdm Junus Mulyana, MTh
Baris 11: Baris 11:
| infobox = {{{infobox|}}}
| infobox = {{{infobox|}}}


| summary = '''''Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.''''' ({{sabdaweb2v|Amsal 18:21}})
| longsummary=
| summary=
| shortsummary= '''''Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.''''' ({{sabdaweb2v|Amsal 18:21}})


| intro = '''''Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.''''' ({{sabdaweb2v|Amsal 18:21}})
| intro = '''''Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.''''' ({{sabdaweb2v|Amsal 18:21}})

Revisi terkini sejak 19 November 2022 04.00

RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal21 September 2020
PenulisPdm Junus Mulyana, MTh
Renungan khusus lainnya

Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. (Amsal 18:21)

Dari tanggal 29 September 2019 sampai dengan 18 September 2020, kalender Ibrani memasuki tahun 5780 yang disebut dengan ‘Tahun Pey’ (baca: Peh). Sebelum kita meninggalkan ‘Tahun Pey’ dan memasuki tahun baru menurut kalender Ibrani yaitu tahun 5781 yang disebut ‘Tahun Pey Aleph’, kita akan merenungkan kembali makna dari ‘Tahun Pey’ dan apa yang menjadi tuntunan Tuhan untuk kita semua selama ‘Tahun Pey’ ini.

Kata Ibrani peh artinya mulut, dapat dipahami bahwa huruf ‘pey’ adalah gambaran perkataan yang dapat menciptakan realitas atau menjadi kenyataan. Sama seperti yang ditulis di Kitab Kejadian pasal 1, ketika Allah menciptakan dunia ini; Allah berfirman maka semuanya ada dan diciptakan. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling istimewa diberikan kuasa yang sama, melalui lidahnya. Dengan kata lain; kata-kata yang diucapkan memiliki kuasa untuk menentukan kehidupan atau kematian.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘gema’ artinya bunyi atau suara yang memantul, jadi kata ‘menggemakan’ artinya memantulkan, mendengungkan, membalikkan. Kata-kata yang kita ucapkan dan yang digemakan pada akhirnya akan kembali kepada kita yang mengucapkannya.

Orang percaya yang ingin memiliki realita kehidupan yang baik tentu saja harus menjaga lidahnya atau perkataannya dengan tidak berkata-kata yang jahat, tetapi justru membiasakan diri untuk memperkatakan yang baik dan positif. Sesuai janji firman Tuhan, “Siapa yang menggemakannya akan memakan buahnya.”

Jadi realita apa yang ingin kita ciptakan di hidup kita: kesembuhan? kelimpahan? kesuksesan? dengan menggemakannya maka kita akan memakan buahnya. Surat Yakobus pun mengatakan betapa lidah memiliki pengaruh yang besar yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan manusia:

“Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka”. (Yakobus 3:6)

Oleh sebab itu kita harus berhati-hati menggunakan lidah kita. Kata-kata kasar yang kita ucapkan, kata-kata dusta, fitnah, gosip, umpatan dan lain-lainnya apabila kita menggemakannya pada akhirnya semua itu akan berbalik kepada kita sendiri. Akibatnya kita menjadi orang yang tidak disukai, tidak dapat dipercaya, dijauhi orang dan berpotensi mendatangkan kesukaran atau masalah di kemudian hari (Amsal 21:23) dan akhirnya akan membawa kita kepada kematian.

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37)

Tetapi kata-kata yang baik, kata-kata yang lembut, yang positif, yang jujur; akan menjadi berkat bagi orang lain. Ia menyembuhkan, menguatkan yang lemah. Bahkan nabi Yesaya mengatakan, bahwa lidah seorang murid dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. (Yesaya 50:4).

Semua itu akan berbalik kepada kita sendiri. Kita akan menjadi orang yang disukai dan dipercaya oleh orang lain, dan pada akhirnya akan membawa kita kepada kehidupan yang baik.

“Kalau kalian berbicara, janganlah memakai kata-kata yang kotor. Pakai sajalah kata-kata yang membina dan memberi pertolongan kepada orang lain. Kata-kata seperti itu akan mendatangkan kebaikan kepada orang-orang yang mendengarnya”. (Efesus 4:29 BIS)

Demikian juga apabila kita mengucapkan dan menggemakan kata-kata yang optimis untuk diri kita sendiri sekalipun kita sedang mengalami hal-hal yang tidak baik dalam hidup kita: kekurangan, kesesakan dan kesusahan, maka perkataan itu semua akan berbalik kepada kita, dan kita akan mengalami kehidupan yang baik. Tetapi apabila kita mengucapkan dan menggemakan kata-kata yang pesimis, keluh kesah, maka kita akan mengalami, kegagalan, kecelakaan, ketidakberuntungan dan akhirnya kematian. Karena kata-kata yang kita ucapkan adalah sebuah doa yang memiliki kuasa untuk mewujudkannya.

“Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya”. (Amsal 18:20)

Sekarang kita mengerti betapa dahsyatnya kuasa lidah. Ia dapat menciptakan yang tidak ada menjadi ada, mewujudkan apa yang kita ucapkan baik ataupun jahat. Oleh sebab itu kita harus bijaksana dalam menggunakan lidah kita.

Dua hal dalam mengendalikan lidah kita

#1 Menjaga hati

Hati sangat berperan penting dalam hidup kita. Karena segala sesuatu bersumber dari hati. Apapun yang kita pikirkan dan katakan semuanya berasal dari hati. Jika hati kita baik, maka pikiran dan perkataan kita juga akan baik, demikian juga sebaliknya.

“Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat". (Matius 12:34-35)

Hati kita sangat dipengaruhi oleh keadaan yang kita alami, maka untuk menjaga hati tetap baik dan bersih, kita sendiri yang bertanggung jawab untuk menjaganya. Seperti yang firman Tuhan katakan di Amsal 4:23, kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan dengan tidak mengizinkan semua peristiwa-peristiwa menyakitkan hati, yang membuat kecewa, sedih, marah dan lain-lain yang terjadi di hidup kita masuk ke perbendaharaan hati kita.

Semua peristiwa yang buruk yang terjadi harus segera ditanggulangi dengan berusaha untuk mengampuni dan melupakannya, sehingga senantiasa terpancar kehidupan; kata-kata yang memberkati orang lain.

“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” (Filipi 4:5)

#2 Dipenuhi Roh Kudus

Surat Yakobus 3:6-8 menekankan kecenderungan kita untuk berdosa dalam perkataan. Firman Tuhan mengatakan; tidak ada seorangpun yang berkuasa untuk menjinakkan lidah.

“Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. (Yakobus 3:6-8)

Tuhan Yesus berjanji bahwa kita akan memiliki kuasa apabila Roh Kudus turun atas kita (Kisah 1:8). Tanpa kuasa Roh Kudus tidak ada seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidahnya, karena lidah kita dinyalakan oleh api neraka yang akan mencondongkan kita kepada perkataan yang sia-sia dan jahat.

Persekutuan yang intim dengan Roh Kudus akan membuat kita semakin bertumbuh dewasa rohani, kuasa Roh Kudus akan memampukan lidah kita untuk berkata-kata yang baik dan positif dan kita menjadi orang sempurna yang mampu untuk menguasai lidah dan juga seluruh tubuh kita.

“Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya”. (Yakobus 3:2)

Seperti yang Musa katakan kepada bangsa Israel; “Aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan.” Demikian juga orang percaya dihadapkan dengan pilihan yang sama; yaitu kehidupan atau kematian.

Salomo mengingatkan kita, bahwa lidah adalah salah satu anggota tubuh yang dapat mewujudkannya. Sesuai dengan apa yang kita ucapkan demikianlah yang akan terjadi, sebab kata-kata yang kita ucapkan adalah doa kita. Pada akhirnya semua kata-kata yang kita ucapkan dan gemakan, semuanya akan kembali kepada kita sendiri dan kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. (JM)

“Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?
Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu”. (Mazmur 34:12-13)

Sumber