Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub (Pdt Junianto Naibaho)
Ringkasan Khotbah | |
---|---|
Ibadah | Ibadah Raya |
Tanggal | Minggu, 29 Juni 2025 |
Gereja | GBI Danau Bogor Raya |
Lokasi | Grha Amal Kasih |
Kota | Bogor |
Video | YouTube |
Khotbah lainnya | |
| |
|
Allah yang menyertai Abraham, Ishak, dan Yakub adalah Allah yang sama yang menyertai kita hari ini—Dia setia menolong setiap generasi melewati krisis. Tuhan selalu menyediakan tepat pada waktunya, bahkan dari jalan yang tak terduga. Jangan takut! Sebab El Shaddai—Allah yang Maha Kuasa—mengasihi dan memelihara umat-Nya.
Shalom, happy Sunday buat kita semua pagi ini!
- Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abraham ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu.
Tahukah Saudara, bahwa dari Januari sampai Mei—menurut data Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)—jumlah orang yang mengalami PHK sudah mencapai 74.000 lebih? Kita juga tahu bahwa perang sedang terjadi di beberapa lokasi dan sangat mempengaruhi ekonomi global. Banyak kawan-kawan datang kepada saya dan bertanya: bagaimana menyikapi situasi ke depan, terutama gereja-gereja? Bagaimana anak-anak Tuhan menanggapi krisis yang sedang berlangsung?
Pagi ini saya percaya, ini bukan sebuah kebetulan. Tuhan mau saya menyampaikan kepada Saudara bahwa Allah yang Saudara sembah adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub.
Tiga krisis
Krisis yang pertama kali dalam Alkitab
Kita tadi membaca bersama-sama, dan menurut ilmu hermeneutik (ilmu menafsirkan Alkitab), salah satu dosen saya pernah berkata: cara paling mudah untuk menafsirkan sebuah kata atau topik dalam Alkitab adalah dengan melihat di mana kata atau topik itu pertama kali muncul. Dalam konteks ini, kata “kelaparan” atau krisis pertama kali muncul di Kejadian 12:10. Di sana dikatakan bahwa kelaparan timbul di negeri itu dan Abraham menghadapinya.
Apa yang dilakukan Abraham ketika krisis terjadi? Ia pergi ke Mesir. Ini adalah kecenderungan kita semua. Ketika menghadapi masalah, kita mencari pertolongan. Kita mencari tempat atau solusi yang menurut kita bisa memberi jawaban. Pada zaman Abraham, Mesir adalah tempat yang dianggap maju, pusat perdagangan, dan modern. Jadi tidak heran kalau Abraham pergi ke sana.
Namun, ketika Abraham masuk Mesir bersama istrinya—yang cantik sekali—ia berkata kepada istrinya, Sarah: “Kalau orang Mesir tahu kamu istriku, mereka akan membunuh aku. Jadi, katakanlah kamu adalah saudaraku.” Walaupun caranya terdengar kurang tepat, faktanya memang Sarah adalah saudaranya—masih ada hubungan keluarga. Singkat cerita, kecantikan Sarah membuat Mesir gempar, bahkan Firaun tertarik padanya. Namun Tuhan menegur Firaun, dan Firaun akhirnya mengetahui bahwa Sarah adalah istri Abraham. Firaun pun membebaskan Abraham dan bahkan memberinya harta benda.
Di Mesir, Tuhan memakai keadaan itu untuk membebaskan Abraham dari krisis. Bahkan, setelah keluar dari situ, Alkitab mencatat bahwa Abraham menjadi kaya—sangat kaya.
Krisis generasi kedua
Kalau kita lihat Kejadian 26, judul perikopnya adalah “Ishak di negeri orang Filistin.”
Siapa Ishak? Ishak adalah generasi kedua dari Abraham, anaknya sendiri. Dalam Kejadian 26:1 dikatakan:
- Maka timbullah kelaparan di negeri itu; ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Maka pergilah Ishak ke Gerar, kepada Abimelek, raja orang Filistin.
Kali ini bukan ke Mesir, tetapi ke Filistin. Dan yang menarik, seperti ayahnya, Ishak juga mengatakan kepada istrinya untuk mengaku sebagai saudara karena kecantikannya. Ini menunjukkan pola yang mirip—like father like son. Tapi yang menarik, Tuhan tidak memakai Firaun untuk menyelamatkan Ishak seperti pada Abraham. Alkitab mencatat bahwa Ishak menabur di tanah itu dan pada tahun itu juga ia menuai seratus kali lipat. Itu adalah cara Tuhan menyelamatkan generasi kedua dari krisis.
Krisis generasi ketiga
Kemudian kita masuk ke Kejadian 43. Judul perikopnya: “Saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk kedua kalinya.” Di ayat 1 dikatakan: Tetapi hebat sekali kelaparan itu. Ini adalah krisis ketiga yang dicatat di Alkitab—terjadi di zaman Yakub, generasi ketiga dari Abraham.
Namun, cara Tuhan menolong Yakub berbeda lagi. Bukan dengan menyuruh mengaku saudara, bukan dengan menabur. Tetapi Tuhan memakai anak Yakub sendiri—Yusuf—yang sudah lebih dahulu diangkat menjadi pemimpin di Mesir, untuk menyelamatkan seluruh keluarganya dari kelaparan.
Tiga generasi, tiga krisis, tiga cara Tuhan bekerja. Maka ketika Tuhan Yesus berkata di Matius 22:32, “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub,” itu bukan hanya menunjukkan garis keturunan. Tapi itu adalah deklarasi bahwa Tuhan hadir dalam setiap generasi dan dalam setiap krisis.
Tuhan tidak hanya Allah di masa lalu. Ia Allah di masa kini dan di masa depan. Kalau Dia bisa menolong Abraham, Ishak, dan Yakub, maka Ia juga bisa menolong Junianto, Meimei, Tigor, Dodi, dan semua Saudara di tempat ini.
Setiap masa ada orangnya. Setiap orang ada masanya. Tapi lebih dari itu, setiap masa ada pertolongannya. Baik di masa Abraham, di masa Ishak, maupun di masa Yakub—Allah selalu punya cara untuk menyatakan kuasa-Nya.
Di dunia bisnis, ada ungkapan: generasi pertama membangun, generasi kedua mengembangkan, dan generasi ketiga menghancurkan. Tapi dalam Tuhan, kita bergerak dari kemuliaan ke kemuliaan. Amin? Yang percaya beri tepuk tangan bagi Tuhan Yesus!
Ini Allah yang Saudara sembah. Tuhan tidak kaget dengan krisis yang dialami Abraham. Tuhan tidak pusing dengan krisis yang dialami oleh Ishak. Tuhan tidak panik dengan krisis yang dialami oleh Yakub. Demikian juga hari ini, Tuhan tidak panik melihat krisis yang Saudara alami. Karena kalau hari kemarin Tuhan sanggup menolong, Dia juga sanggup menolong hari ini. Dia juga sanggup menolong hari esok. Karena Dia adalah Allah untuk setiap generasi. Dia Allah Abraham, Dia Allah Ishak, Dia Allah Yakub.
Sampai di sini Tuhan terus menolong
Saya mau tanya, berapa banyak di antara Saudara yang masa lalunya pernah ditolong Tuhan? Boleh lambaikan tangannya? Wah, banyak juga ya. Ternyata kita semua pernah ditolong di masa lalu oleh Tuhan. Bukankah kita semua adalah alumni COVID tanpa sertifikat? Semua kita melewati COVID. Tidak ada yang lebih parah dari COVID. Tapi kita tetap bertahan. Kita berhasil melewati masa itu!
Kalau kita ingat 2020, kita tahu bahwa teman kita kena COVID saja, kita tidak berani pegang barangnya. Bahkan lewat depan rumahnya pun kita hindari. Pada zaman itu, orang batuk bisa membubarkan massa lebih cepat daripada militer! Tapi toh akhirnya kita lewati juga. Kalau hari-hari yang kemarin Tuhan tolong, kenapa hari ini kita lupa? Kenapa kita jadi khawatir akan hari depan?
Bukankah Dia Allah yang ada di setiap generasi? Dia punya caranya yang ajaib. Kita tidak perlu atur Tuhan ke kanan dan ke kiri. Semuanya akan baik-baik saja. Amin? Katakan kepada orang di sebelahmu, "Jangan kelihatan susah."
Saudara tidak perlu menceritakan kesusahan kepada banyak orang. Karena menurut survei, dari 10 orang yang kita ceritakan masalah kita, delapan tidak peduli. Dua orang sisanya? Mereka justru senang mendengar kita punya masalah! Jadi siapa yang peduli? Tidak ada. Maka jangan buang energi ke sana. Orang hanya bisa bilang, “Yang kuat ya, Bro,” atau “Good luck ya.” Tapi nanti pas kita berhasil, mereka bilang, “Ah, pasti main dukun itu.”
Tapi kita punya Tuhan! Tuhan masih sanggup melakukan mujizat. Karena Dia Tuhan, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dia Tuhan Saudara. Dia sanggup membelah laut. Hal yang mustahil secara hukum alam. Air tidak bisa dibelah. Tapi Tuhan bisa. Alkitab mencatat dalam Yesaya bahwa Dia membuat sungai di padang gurun. Tidak ada cerita air muncul di padang gurun, tapi Tuhan bisa buat itu!
Tuhan selalu punya cara!
Jangan Saudara capek-capek cari uang lalu nomor duakan Tuhan. Nafas kita dari siapa? Bukankah Dia yang memberi kekuatan untuk memperoleh kekayaan? Dia sumber segala ide. Apa pun yang Saudara butuhkan hari ini, ingatlah apa yang sudah Dia lakukan di masa lalu. Maka Saudara akan makin percaya bahwa Dia menyertai kita. Dia Allah yang tidak pernah meninggalkan kita.
Saya pun sama seperti Saudara. Saya juga punya masalah. Saya bukan gembala full-time. Saya juga mengurus bisnis. Saya punya karyawan yang harus saya beri makan. Saya punya perusahaan yang sedang dalam masa ekspansi. Tahun ini saya buka banyak cabang, bolak-balik ke China, ambil merek, dan bawa ke pasar Indonesia.
Saya mau buka satu cabang di wilayah Sunter. Ada showroom besar di sana yang saya incar, sebelah vihara. Pemiliknya juga pemilik vihara itu. Kami sudah sepakat harga sewa 10 tahun. Saya sudah bayar DP Rp100 juta. Tapi saat tanggal 7 April harus pelunasan, saya cek saldo—waduh, gara-gara cuti bersama, cash flow kacau. Bank juga libur. Saya telepon agen properti, Jimmy. Saya bilang, "Ko Jimmy, bisa nggak mundur seminggu pelunasannya? Saya tambahin DP deh." Tapi dia bilang, "Aduh, susah Ko Jun, soalnya saya udah bilang ke yang punya kalau Junianto itu orangnya komit."
Tapi tanggal 6 April malam, Jimmy WhatsApp saya. Saya pikir dia mau ingatkan pelunasan. Tapi ternyata dia bilang: "Ko Jun, pemilik bilang besok itu menurut hitungan dia hari yang jelek. Gimana menurut Ko Jun, setuju kalau diundur?" Puji Tuhan! Saya tarik napas, dan bilang, "Kalau itu keinginan pemilik, saya ikut saja."
Ternyata, Tuhan punya cara yang tidak kita pikirkan! Bahkan hari yang dianggap "jelek" pun bisa Tuhan pakai untuk menolong Saudara. Karena Dia Allah yang sanggup melakukan jauh lebih besar daripada yang kita doakan atau pikirkan. Dia Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dia Allah Saudara!
Dia punya cara, dan kita mungkin tidak melihatnya sekarang. Tapi percayalah, seperti domba yang naik dari sisi lain gunung saat Abraham dan Ishak naik dari sisi satunya, Tuhan sedang bekerja di balik layar. El Shaddai—Allah yang menyediakan—sedang bekerja untuk Saudara!
Kesaksian: Pernikahan
Saya ingin bagikan satu kesaksian, khususnya buat Saudara-saudara muda yang sedang mempersiapkan pernikahan. Ingatlah ini kalau engkau mau menikah. Tuhan sanggup mencukupkan!
Waktu saya mau menikah, karier pertama saya adalah guru olahraga. Gajinya cuma Rp2,6 juta sebulan. Tunangan saya waktu itu kerja sebagai resepsionis di sebuah perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman. Kerjaannya memanggil orang ke lobi. Gajinya hanya Rp1,5 juta. Jadi kalau digabung, penghasilan kami berdua hanya Rp4,1 juta per bulan.
Tapi kakak saya berkata, “Kamu harus menikah besar-besaran. Kamu laki-laki pertama yang menikah di keluarga Naibaho. Supaya nama orang tua harum.” Orang tua saya sudah meninggal. Saya sudah yatim piatu.
Saya cari gedung di Kelapa Gading. Di sana ada dua ruangan: satu kecil, satu ballroom. Saya pikir yang kecil saja supaya cukup budget. Tapi Roh Kudus bicara dalam hati saya, “Bukan yang ini.” Saya tolak itu suara, saya pikir suara setan. Tapi Roh Kudus bicara lagi, “Tanya yang paling besar.”
Saya tanya ke marketing: “Yang paling besar yang mana, Mbak?” Dia jawab, “Ini ballroom, bisa muat 1000 orang.” Begitu saya masuk ke ruangan itu, Roh Kudus berkata, “Ini.” Saya sempat bingung: “Yang bayar siapa?” Tapi saya taat. Saya DP Rp2 juta. Ada sistem cicilan termin yang nanti harus saya lunasi.
Saya dan tunangan pergi ke pameran pernikahan. Kami booking gaun, katering, dan sebagainya. Setiap booking dapat kupon undian. Hadiah utamanya: sepeda motor. Waktu pengundian, saya dan tunangan menumpangkan tangan ke arah motor. Saya kutip Yosua 1:8, saya kutip semua ayat yang saya tahu. Tapi sampai akhir acara, bahkan panci pun saya tidak dapat! Hahaha!
Tanggal 19, saya harus bayar Rp11 juta. Saya bilang ke tunangan saya: “Saya habis ngajar, mau ngojek saja cari tambahan.” Tapi ternyata cara Tuhan bukan begitu. Tiba-tiba kakak saya yang kerja di Tembagapura telepon saya. “Kamu ingat Bapak Uda ini?” Saya agak lupa.
Bapak Uda ini gerejanya dari denominasi Protestan yang konservatif, bukan karismatik. Tapi waktu dia sedang nyetir, dia dengar suara di telinganya berkata, “Hei, si Junianto mau nikah. Kau transfer sekian puluh juta ke dia.” Dia langsung telepon kakak saya, “Benar itu adikmu mau nikah?” Lalu dia minta nomor rekening saya. Langsung ditransfer!
Akhirnya semua lunas! Saya undang 1000 orang. Tiga bulan sebelum hari-H, semua sudah dibereskan. Semuanya Tuhan cukupkan! Sampai hari ini saya masih ingat itu. Kalau dulu Tuhan tolong, saya yakin hari ini dan besok pun Tuhan tetap bisa tolong! Amin!
Nyanyi:
Tak usah 'ku takut, Allah menjagaku
Tak usah 'ku bimbang, Yesus peliharaku
Tak usah 'ku susah, Roh Kudus hiburku
Tak usah 'ku cemas, Dia memberkatiku
El Shaddai, El Shaddai, Allah Maha Kuasa
Dia besar, Dia besar, El Shaddai mulia
El Shaddai, El Shaddai, Allah, Maha Kuasa,
Berkat-Nya melimpah, El Shaddai
Tahukah Saudara, nama El Shaddai pertama kali muncul saat Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa ia akan punya anak. Tapi Abraham harus menunggu 25 tahun. Saat anak itu lahir dan besar, usia 17 tahun, Tuhan berkata, “Abraham, berikan anakmu kepada-Ku.”
Kalau saya jadi Abraham, saya pasti bingung: “How come?” Tapi Abraham taat. Ia bawa Ishak ke gunung. Ishak bertanya, “Pak, dombanya mana?” Mungkin hari ini Saudara juga bertanya, “Tuhan, jalan keluarnya mana?”
Tapi Abraham berkata, “Nanti Tuhan yang sediakan.” Mereka naik gunung dari satu sisi. Abraham dan Ishak tidak tahu bahwa di sisi lain, seekor domba juga sedang naik. Itu blind spot. Tapi Allah bekerja dalam segala sesuatu. Dan di waktu yang tepat, di tempat yang tepat, Abraham menoleh ke belakang—ada domba tersangkut di semak. Di situlah Abraham berkata, “El Shaddai. Allah yang menyediakan.”
Mungkin saat ini Saudara belum melihat apa-apa. Tapi percayalah, Tuhan sedang bekerja. Apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah timbul dalam hati—itu yang Tuhan sedang sediakan bagi Saudara!
Kesaksian: Tuhan tidak pernah lupakan kita
Sekitar 17 tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahun saya yang jatuh pada hari Minggu, tidak ada satu pun yang mengucapkan selamat ulang tahun. Kakak saya lupa, abang saya lupa, bahkan pacar saya saat itu juga lupa. Tidak ada satu pun yang ingat. Tapi saya tetap menjalankan tugas saya hari itu, yaitu mengantar seorang hamba Tuhan dari India untuk pelayanan di delapan lokasi berbeda.
Tugas saya sederhana: membawa Alkitabnya dan menyetir mobil. Kami keliling delapan gereja sampai malam. Saat kami tiba di Hotel Le Meridien di Jenderal Sudirman, saya antar dia ke lobi. Saya bilang, “Thank you for today,” dan saya hendak pulang.
Saat saya berjalan keluar dari lobi, pendeta itu memanggil, “Junianto, here, can we have a seat together?” Kami duduk di restoran hotel. Seperti biasa, setelah khotbah, pendeta mendapat amplop persembahan kasih. Karena dia khotbah delapan kali, ada delapan amplop.
Dia keluarkan semua amplop itu dan meletakkannya di atas meja. Lalu dia dorong amplop-amplop itu ke arah saya dan berkata, “Jesus wants to say happy birthday.” Haleluya!
Orang-orang bisa lupa sama kita. Bahkan orang terdekat sekalipun bisa lupa. Tapi Yesus tidak pernah lupa! Dia tahu Saudara punya masalah! Dia tahu situasi Saudara! Dan Dia utus saya ke GBI Danau Bogor Raya hanya untuk menyampaikan satu hal: He loves you so much. Tuhan sangat mengasihi Saudara!
Amin!
Nyanyi:
El Shaddai, El Shaddai, Allah Maha Kuasa
Dia besar, Dia besar, El Shaddai mulia
El Shaddai, El Shaddai, Allah, Maha Kuasa,
Berkat-Nya melimpah, El Shaddai