Iman yang menyelamatkan (9 Weeks of Breakthroughs)
Iman yang menyelamatkan | |
9 Weeks of Breakthroughs | |
---|---|
Periode | Minggu III |
Tanggal | 23 Oktober 2010 |
Oleh | /ptk |
Sebelumnya | Terobosan iman Rahab |
Selanjutnya | Kasih karunia Allah dan iman orang percaya |
Buletin #04 |
Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik. (Ibrani 11:31)
Saat membaca cerita mengenai Rahab dalam Yosua pasal yang kedua, kita melihat bagaimana di tengah-tengah bangsa yang tidak percaya kepada Tuhan, Rahab bisa memiliki iman yang luar biasa. Dalam Yosua pasal 2, ayat 9-13 Rahab menggunakan kata “kami” untuk menggambarkan situasi penduduk Yerikho, namun Rahab menggunakan kata “aku” untuk menunjukkan imannya kepada Tuhan. Karena imannya, Rahab mengalami belas kasihan Allah. Tidak seperti penduduk Yerikho yang lain yang walaupun telah mendengar tentang kuasa Allah-Nya orang Israel dan merasa ketakutan, mereka tidak datang untuk bertobat dan mencari perlindungan kepada Allah.
Walaupun demikian Rahab bukanlah orang Israel jadi tidak mendapat bagian dalam perjanjian antara Allah dengan orang Israel. Demikian pula dengan kita.
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu--sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. (Efesus 2:11-12)
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. —Efesus 2:8-9
Sebelum kita diselamatkan, kita sama seperti Rahab. Kita bukan keturunan orang Israel dan tidak layak untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi sekarang kasih karunia itu sudah kita terima ketika kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, kita seharusnya senantiasa mengucap syukur atas keselamatan kita.
Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:3-7)
Kita seperti Rahab, sebenarnya tidak layak untuk mendapatkan keselamatan, tetapi lewat iman, kita menerima kasih karunia dari Tuhan.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Efesus 2:8-9)
Penginjilan Rahab
Injil artinya “kabar baik” dan Rahab sudah menerima kabar baik itu, tetapi Rahab tidak berpikir hanya untuk dirinya sendiri. Rahab dapat saja melarikan diri dari Yerikho bersama dengan para pengintai itu, tetapi Rahab malah tinggal beberapa saat lagi di Yerikho supaya ia dapat menyelamatkan keluarganya.
Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut." (Yosua 2:12-13)
Luar biasa iman yang dimiliki oleh Rahab! Tidak hanya orang tua dan saudara-saudaranya, tetapi Rahab juga memikirkan nasib “semua orang-orang mereka.” Para pengintai itu kemudian memberikan jaminan keselamatan kepada Rahab dan seluruh keluarganya.
Lalu jawab kedua orang itu kepadanya: "Nyawa kamilah jaminan bagi kamu, asal jangan kaukabarkan perkara kami ini; apabila TUHAN nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan menunjukkan terima kasih dan setia kami kepadamu." (Yosua 2:14)
Kemudian para pengintai itu memberikan tiga syarat kepada Rahab supaya keluarganya dapat selamat. Jika Rahab melanggar ketentuan tersebut maka kedua pengintai tersebut akan dibebaskan dari sumpah mereka (Yosua 2:17).
Syarat #1 Tali benang kirmizi
Sesungguhnya, apabila kami memasuki negeri ini, haruslah tali dari benang kirmizi ini kauikatkan pada jendela tempat engkau menurunkan kami (Yosua 2:18a)
Tali benang kirmizi yang, adalah sebuah tanda yang akan membedakan Rahab dari penduduk Yerikho yang lain. Menarik untuk dicatat bahwa warna benang Kirmizi adalah merah bahkan Yesaya menyamakan warna Kirmizi seperti darah!
Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju. (Yesaya 1:18a)
Kita sebagai orang percaya selamat karena tanda merah, tetapi bukan merah darah anak binatang atau merah benang kirmizi melainkan merahnya darah Yesus yang tercurah di kayu salib.
Tanda merah pada jendela rumah Rahab mengingatkan kita pada tanda darah anak domba pada palang pintu orang Israel ketika mereka masih menjadi budak di Mesir. Setiap orang Israel yang memiliki tanda tersebut pada palang pintunya tidak akan terkena tulah yaitu matinya anak sulung mereka.
Seperti ketika bangsa Israel selamat karena tanda darah anak domba, demikian pula dengan Rahab, tanda merah tersebut akan menyelamatkan Rahab dan seisi rumahnya pada saat orang Israel menghancurkan kota Yerikho. Kita sebagai orang percaya juga selamat karena tanda merah, tetapi bukan merah darah anak binatang atau merah benang kirmizi melainkan merahnya darah Yesus yang tercurah di kayu salib.
Dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya (Wahyu 1:5)
Syarat #2 Tetap di dalam rumah
Dan ayahmu serta ibumu, saudara-saudaramu serta seluruh kaum keluargamu kaukumpulkan di rumahmu. Setiap orang yang keluar nanti dari pintu rumahmu, harus sendiri menanggung akibatnya, kalau darahnya tertumpah, dan kami tidak bersalah; tetapi siapapun juga yang ada di dalam rumahmu, jika ada orang yang menciderainya, kamilah yang menanggung akibat pertumpahan darahnya. (Yosua 2:18-19)
Seperti perintah Tuhan kepada orang Israel ketika mereka masih di Mesir, tidak seorangpun boleh keluar dari rumah pada saat tulah berlangsung.
Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorangpun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi. (Keluaran 12:22)
Dalam kedua peristiwa ini, iman mereka kepada Tuhan harus dibuktikan lewat tindakan mereka dengan taat kepada perintah Tuhan. Pada saat mereka keluar dari rumah maka mereka tidak lagi dilindungi dengan tanda darah atau tanda kirmizi. Konsekuensi ketidaktaatan adalah maut!
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (Yohanes 15:6)
Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. (2 Yohanes 1:9)