Janji-janji Allah dan Hukum Taurat Allah (2)
Ayo Saat Teduh | |
---|---|
Tanggal | Kamis, 1 Ags 2024 |
Kemarin | Rabu, 31 Jul 2024 |
Besok | Jumat, 02 Ags 2024 |
Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat. Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya. (Galatia 3:21-22)
Pada renungan kita yang lalu, kita melihat bahwa Tuhan melaksanakan rencana keselamatan-Nya dengan membuat dan memenuhi janji-janji. Rencana-Nya tidak tergantung kepada kemampuan manusia untuk melakukan hukum Taurat-Nya yang kudus. Hukum Taurat Allah, yang diberikan ratusan tahun setelah janji Allah kepada Abraham, tidak menggantikan janji-janji tersebut.
Hal ini menimbulkan pertanyaan yang penting: “Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat?” Jika Taurat Allah tidak membatalkan atau mengubah janji-janji-Nya kepada Abraham, lalu mengapa harus ditambahkan? “Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran.” Tuhan ingin agar manusia tahu bahwa mereka memiliki masalah yang sangat besar, yaitu dosa. Manusia harus mengerti apa itu dosa. “Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20). Luasnya pengaruh dosa tidak akan dapat diketahui dengan sepenuhnya tanpa hukum Taurat. “Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa” (Roma 7:7). Tuhan juga ingin semua orang di dunia ini mengetahui bahwa mereka semua harus bertanggungjawab kepada Dia atas pelanggaran-pelanggaran mereka. Sehingga, hukum Taurat mendakwa manusia yang berdosa, supaya “seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.”
Hal ini menimbulkan pertanyaan lain yang juga penting. “Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah?” Hukum Taurat tidak menggantikan janji-janji Allah, tetapi apakah hukum Taurat berlawanan dengan janji-janji-Nya? “Sekali-kali tidak!” Hukum Taurat dan janji-janji Allah memiliki fungsi yang berbeda, sama seperti antara hukum Taurat dan kasih karunia. Hukum Taurat memperlihatkan kekudusan yang merupakan dalam karakter Allah. Pada saat yang sama, hukum Taurat menjelaskan kehidupan yang suci yang Tuhan ingin umat-Nya alami. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Imamat 19:2). Janji-janji Tuhan menjadi jalan bagi manusia untuk mengatasi ketidakkudusannya dan menerima kekudusan Allah. Inilah kehidupan rohani yang sesungguhnya: pengampunan dosa dan hidup benar di dalam Kristus. Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan dengan melakukan hukum Taurat. “Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.” Namun, janji akan keselamatan hanya dapat diterima melalui iman. “Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.”
Doa
Ya Allah yang kudus, aku mengakui bahwa dengan kekuatanku sendiri tidak mungkin aku dapat hidup kudus. Aku menemukan pengampunan dosa dan kebenaran sejati hanya dari Engkau saja. Tolong aku untuk dapat mengerti perbedaan antara hukum Taurat-Mu yang mendakwa dan janji-janji-Mu yang menghidupkan, oleh Kristus Tuhanku. Amin.Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran. (Galatia 3:19) Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat. Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya. (Galatia 3:21-22)