Kesetiaan Tuhan dan Janji-Janji-Nya (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (Ibrani 10:23)

Dalam renungan sebelumnya, kita melihat kemampuan Tuhan dan hubungannya dengan janji-janji-Nya. Ketika sebuah janji dibuat, kemampuan dari pihak yang membuat janji sangat menentukan. Dalam hubungan antara kemampuan Tuhan dengan janji-janji-Nya, kita dapat memiliki keyakinan bahwa Ia dapat menggenapi apa yang Ia janjikan. “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!” (Yeremia 32:17). “Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?” (Yeremia 32:27). Allah menciptakan seluruh alam semesta, dan Ia adalah penguasa atas umat manusia. Tentulah Ia dapat menggenapi semua yang sudah Ia janjikan.

Sekarang, kita akan membahas hal lain yang juga berhubungan dengan janji yaitu kesetiaan. Ketika sebuah janji diberikan, kesetiaan adalah hal yang sama pentingnya dengan kemampuan. Sangat penting untuk mengetahui bahwa pihak yang membuat janji tidak hanya sanggup, tetapi juga dapat diandalkan. Dalam ayat renungan kita hari ini kita diberikan alasan untuk tidak meragukan kesetiaan Allah. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. ”

Di dalam kitab Ibrani, kita akan menemukan berulang-ulang panggilan untuk berdiri teguh dalam pengharapan kepada Allah. “Dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan” (Ibrani 3:6). Untuk dapat sepenuhnya menerima apa yang dijanjikan kepada kita di dalam Kristus, kita harus senantiasa bersandar kepada Dia dalam iman hingga akhir hidup kita di bumi ini. “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula” (Ibrani 3:14).

Ayat renungan kita pada hari ini juga menekankan iman yang teguh dalam pengharapan kepada Allah. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita. ” Keteguhan iman kita kepada Allah berhubungan dengan apa yang Ia janjikan dan kesetiaan-Nya untuk menggenapi janji tersebut. “Sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. ” Kita dapat dengan erat berpegang teguh kepada janji-janji Tuhan. Kita dapat dengan teguh berharap kepada Tuhan untuk menggenapi janji-janji-Nya kepada kita. Kita tidak perlu bimbang dan ragu, karena Allah dapat diandalkan. Ia dapat dipercaya. Ia setia.

Doa

Ya Tuhan yang setia, betapa berbahagia ketika aku menyadari bahwa keteguhan imanku kepada-Mu bergantung kepada kesetiaan-Mu kepada-ku. Aku menyadari bahwa aku dapat terus mengandalkan Engkau, karena Engkau sepenuhnya setia kepada-ku. Betapa ajaib pengharapan yang ada padaku saat aku merenungkan janji-janji-Mu! Engkau adalah Allah yang setia yang akan menggenapi setiap janji-janji-Mu, saat aku mengandalkan Engkau. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (Ibrani 10:23) Dalam renungan sebelumnya, kita melihat kemampuan Tuhan dan hubungannya dengan janji-janji-Nya. Ketika sebuah janji dibuat, kemampuan dari pihak yang membuat janji sangat menentukan.