Kebenaran akan memerdekakan kita dari Hukum Taurat (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. (Galatia 4:9-10)

Dalam renungan kita yang lalu, kita melihat janji Allah akan kebenaran yang memerdekakan kita dari hukum Taurat. Jika kita ingin dibenarkan, kita harus dilepaskan dari hukum Taurat. Penyelamatan dari hukum Taurat ini terjadi lewat iman kita kepada Tuhan Yesus dan menikmati kuasa kasih karunia-Nya yang membenarkan kita. “Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat” (Galatia 2:16).

Melalui iman, kita dapat mengenal Allah. Pada titik ini, banyak orang Kristen kembali kepada usaha agamawi karena mengira bahwa mereka dapat bertumbuh dalam proses pendewasaan dengan kekuatan mereka sendiri. “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin. ” Kata-kata dalam ayat ini merupakan tema utama dari surat Paulus kepada jemaat di Galatia: kuasa dan kelimpahan kasih karunia dibandingkan dengan kelemahan dan kemiskinan hukum Taurat. Kasih karunia Allah yang cukup berkuasa untuk memberikan kepada kita pembenaran (justification) waktu kita percaya kepada Yesus, adalah juga satu-satunya kuasa yang dapat membuat kita bertumbuh dalam pengudusan (sanctification) dari hari ke hari. Kasih karunia Allah begitu melimpah dalam penyelamatan jiwa kita, juga cukup melimpah untuk membuat dampak dalam proses perubahan hati dan karakter kita. Hukum Taurat tidak pernah dimaksudkan untuk tujuan ini, yaitu menyediakan kekuatan dan kelimpahan sorgawi untuk pembenaran, maupun untuk pengudusan.

Ketidakberdayaan hukum Taurat untuk menghasilkan kesalehan dalam hidup manusia dapat dilihat dari usaha sia-sia jemaat di Galatia, yang mengira memelihara hari-hari suci agama dapat membuat mereka kuat secara rohani. “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. ” Jauh dari kehidupan yang merdeka, hal ini justru kembali diperhamba oleh tradisi agama. “Mau mulai memperhambakan diri lagi. ” Umat Tuhan tentunya bebas untuk merayakan hari-hari yang memiliki makna rohani bagi mereka. “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Roma 14:5). Kita tidak diwajibkan untuk merayakan atau melarang memelihara hari-hari raya. Namun, jika kita hanya berharap kepada memelihara tradisi agamawi, maka kita sedang menuju kepada perhambaan agamawi, bukan kemerdekaan rohani.

Doa

Ya Tuhan, aku bersyukur akan kuasa dan kekayaan kasih karunia-Mu yang memberikan aku pembenaran atas dosa! Dengan segala kerendahan hati aku berseru kepada-Mu untuk mencurahkan kuasa dan kekayaan kasih karunia-Mu. Tegurlah aku jika aku cenderung memilih mengandalkan kelemahan dan kemiskinan dari usaha melakukan hukum Taurat. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. (Galatia 4:9-10)