Penderitaan sementara yang ringan, kemuliaan kekal yang besar

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (2 Korintus 4:17)

Orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah “pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru” (2 Korintus 3:6). Kita melayani Tuhan dengan kasih karunia-Nya, mengalami dan meneruskan kasih karunia itu kepada orang lain. “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah” (2 Korintus 4:15). Satu kehormatan luar biasa yang diperoleh karena hidup dan melayani dengan kasih karunia adalah penderitaan kita yang ringan dapat menghasilkan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya!

Kebenaran bahwa penderitaan kita yang sementara itu mengerjakan sesuatu di dalam kita adalah sebuah cara pandang ilahi yang baru terhadap penderitaan. Biasanya orang menganggap penderitaan sebagai sesuatu yang merugikan kita, bukan menguntungkan kita. Namun aniaya dapat bekerja untuk kebaikan bahkan untuk kekekalan! Betapa agung pekerjaan Tuhan yang dinyatakan dalam kebenaran ini: “penderitaan ringan yang sekarang” dan “kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya."

Pertama-tama, mari renungkan bahwa kita dapat menikmati kemuliaan Allah sebagai hasil dari penderitaan kita. Kesulitan yang kita alami di dunia sekarang ini akan menyiapkan kita untuk dapat mengalami kelimpahan kemuliaan dalam persekutuan, penyembahan dan pelayanan kepada Tuhan di sorga.

Lalu, renungkanlah bahwa penderitaan kita ini “ringan” dibandingkan dengan kemuliaan yang “melebihi segala-galanya." Ini bukan berarti masalah yang kita hadapi di bumi ini sepele. Ingatlah “penderitaan ringan” yang dialami oleh Rasul Paulus: “Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Korintus 11:26-28). Namun, Paulus menganggap semua ini ringan jika dibandingkan dengan betapa besarnya kemuliaan yang menanti di Sorga.

Akhirnya, renungkanlah bahwa penderitaan-penderitaan ini hanya kita alami “sekarang." Sedangkan kemuliaan yang dihasilkan adalah “kekal." Ujian hidup dapat terasa seperti tidak ada habis-habisnya. Namun, semua itu pada akhirnya akan berlalu. Justru kemuliaan sorgawi yang dihasilkanlah yang tidak akan berhenti sampai selama-lamanya.

Betapa mulia rencana Tuhan! Ia ingin memakai ujian dalam hidup kita untuk memperluas kapasitas rohani kita untuk mengalami kemuliaan yang lebih lagi ketika kita bersekutu dengan Dia, menyembah Dia dan melayani Dia di sorga untuk selama-lamanya!

Doa

Bapa yang kekal, ajar aku untuk selalu memandang penderitaan dengan cara pandang ini. Tolong aku untuk melihat masalah sebagai kesempatan untuk mempersiapkan kemuliaan yang kekal. Ingatkan aku bahwa ujian hidupku hanya untuk sementara dan ringan, dibandingkan dengan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (2 Korintus 4:17) Orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah “pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru” (2 Korintus 3:6). Kita melayani Tuhan dengan kasih karunia-Nya, mengalami dan meneruskan kasih karunia itu kepada orang lain. “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah” (2 Korintus 4:15).