Sikap yang senantiasa dimiliki oleh bejana tanah liat

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (2 Korintus 4:10)

Sebagai bejana tanah liat, kita harus hidup mengandalkan harta sorgawi yang tinggal di dalam kita, yaitu Yesus Kristus: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat” (2 Korintus 4:7a). Kita juga harus memberikan semua hormat dan pujian kepada Dia yang memampukan kita setiap hari melalui ujian hidup: “Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Korintus 4:7b). Sebagai tambahan, untuk menolong kita mengagungkan harta sorgawi yang hidup di dalam kita, ada sikap yang harus kita miliki sebagai bejana tanah liat.

Sikap ini adalah pandangan kita terhadap kematian Kristus: “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami." Sikap ini adalah mengenai mematikan sesuatu untuk mendapatkan hidup. Yesus mengajar kepada kita: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Lukas 9:24). Mereka yang mempertahankan hidup yang diwariskan oleh Adam justru akan kehilangan hidup itu. Mereka tidak akan menemukan kehidupan yang sejati. Namun, mereka yang sudah meninggalkan kehidupan alamiah mereka yang berdosa dan percaya kepada Yesus menerima hidup yang baru dari Dia. Inilah sikap yang harus dimiliki oleh pengikut Kristus.

“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23).

  • Setiap hari, pandangan kita terhadap hidup adalah menolak segala bentuk kehidupan yang berdasarkan keinginan kita sendiri (“menyangkal dirinya”).
  • Kita setuju dengan Tuhan bahwa setiap hari kita harus menyalibkan kedagingan kita (“memikul salibnya setiap hari”).
  • Sehingga kita selalu mencari Yesus untuk mendapatkan kehidupan yang Ia sediakan (“dan mengikut Aku”).

Pengakuan ini selaras dengan apa yang sudah terjadi kepada kita di kayu salib dan kebangkitan Yesus Kristus. “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4). Ketika kita menaruh pengandalan diri kita kepada Tuhan, kematian dan kebangkitan-Nya menjadi kematian dan kebangkitan kita. Inilah yang menjadi jaminan kita setiap saat. “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Roma 6:11).

Ketika kita memiliki sikap ini, kita sedang mengandalkan Tuhan Yesus untuk hidup di dalam dan melalui kita: “Supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami."

Doa

Ya Tuhan, aku rindu untuk senantiasa membawa kematian-Mu dalam hidupku. Aku menginginkan semua yang Salib-Mu nyatakan dan sediakan bagiku. Terima kasih untuk kematian-Mu menggantikan aku. Aku bersukacita karena aku sudah mati bersama Engkau. Sekarang aku memohon agar Engkau hidup di dalam dan melalui aku setiap hari. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (2 Korintus 4:10) Sebagai bejana tanah liat, kita harus hidup mengandalkan harta sorgawi yang tinggal di dalam kita, yaitu Yesus Kristus: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat” (2 Korintus 4:7a). Kita juga harus memberikan semua hormat dan pujian kepada Dia yang memampukan kita setiap hari melalui ujian hidup: “Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Korintus 4:7b).