Nantikanlah Tuhan
| Inspirational | |
|---|---|
| Tanggal | 18 Desember 2025 |
| Oleh | Pdp Alyssa Rusli |
| Baca juga | |
| |
Menantikan Tuhan menuntut dua sikap utama, yaitu konsistensi dan kepercayaan penuh kepada-Nya. Seperti menunggu seseorang yang kita yakini akan datang, kita dipanggil untuk tetap setia mengasihi, melayani, dan berdoa meskipun jawaban belum terlihat. Dalam proses menunggu itulah iman dibentuk, hati diteguhkan, dan kepercayaan kepada Tuhan semakin bertumbuh sampai pada waktu-Nya yang sempurna.
Nantikanlah TUHAN, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, ya nantikanlah TUHAN.
Dalam ayat yang pendek ini terdapat dua kali pengulangan kata, yaitu nantikanlah Tuhan. Dalam bahasa Inggris digunakan frasa waits upon the Lord. Ketika dalam satu ayat yang singkat terdapat pengulangan, apalagi sampai dua kali, itu menandakan bahwa hal tersebut sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus. Ayat ini juga merupakan ayat terakhir dari perikop Mazmur 27, sehingga menjadi penekanan penutup yang kuat.
Perintah ini dibuka dengan nantikanlah Tuhan dan ditutup dengan nantikanlah Tuhan. Artinya, Tuhan sungguh menekankan pentingnya sikap menanti dalam hidup orang percaya.
Ada dua hal yang ingin saya bagikan dari ayat ini.
- Konsisten dalam menantikan Tuhan
- konsisten mengasihi Tuhan,
- konsisten percaya kepada Tuhan,
- konsisten melayani pekerjaan Tuhan,
- konsisten melayani jiwa-jiwa, meskipun sering kali “domba-dombanya” kadang memiliki tingkah laku yang bermacam-macam.
- Percaya sepenuhnya kepada Tuhan
Kita pernah mengalami situasi membuat janji dengan seseorang—entah untuk makan bersama, jalan-jalan, atau bertemu. Lalu orang tersebut datang terlambat, misalnya 30 menit. Namun kita tetap menunggu, karena kita percaya orang itu akan datang, sebab kita sudah berjanji.
Walaupun terlambat, kita tetap menanti. Itu berarti ada satu prinsip yang kita lakukan, yaitu konsistensi. Kita konsisten menunggu sampai orang itu datang.
Dalam menantikan Tuhan, prinsip yang sama juga berlaku: konsisten. Dalam dunia kerja, perusahaan menginginkan karyawan yang konsisten—melakukan tanggung jawabnya terus-menerus, bukan hanya sesekali. Demikian juga dalam kehidupan rohani.
Ketika kita menantikan Tuhan—baik dalam doa, menantikan jamahan Tuhan, menantikan hati yang baru, maupun menantikan jawaban doa—kita dipanggil untuk tetap konsisten:
Banyak orang percaya, tetapi orang percaya yang konsisten bisa dikatakan tidak banyak. Jumlahnya sedikit.
Dalam masa penantian akan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, kita tetap dipanggil untuk konsisten dalam iman. Seperti 120 orang yang menantikan pencurahan Roh Kudus di loteng atas, mereka disaring melalui proses menunggu. Mereka yang setia menunggu, mengalami pencurahan Roh Kudus dan dipakai Tuhan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Menjelang penutupan tahun 2025, marilah kita tetap hidup dengan hati yang konsisten:
konsisten mengasihi Tuhan, konsisten melayani Tuhan, dan konsisten melayani jiwa-jiwa, sambil terus menantikan Tuhan.Saat kita menunggu seseorang yang terlambat datang, kita mau menunggu karena ada unsur percaya—percaya bahwa orang itu akan datang.
Memasuki tahun 2026, Tuhan kembali mengingatkan kita untuk percaya lagi kepada-Nya. Tetap percaya, tetap berdoa, walaupun doa kita belum dijawab.
Seperti ketika kita naik roller coaster, kita mengenakan sabuk pengaman dan percaya bahwa apa pun yang terjadi, kita akan selamat. Kita menyerahkan diri sepenuhnya.
Demikian juga dengan iman kepada Tuhan. Percaya adalah level iman yang tinggi, karena di situlah kita sungguh-sungguh menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Dalam lembah kekelaman, kita tidak takut, sebab Tuhan beserta kita. Ada iman dan kepercayaan yang terus bertumbuh kepada Tuhan.Mari kita meningkatkan kembali kepercayaan kita kepada Tuhan.
Nantikanlah Tuhan!
Tetap konsisten dalam doa, sampai pada waktunya Tuhan menjawab doa kita.