Hidup yang memiliki tanda Kristus

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Tanda Kristus dalam hidup bukanlah sesuatu yang spektakuler, tetapi terlihat dalam disiplin kecil yang terus dilakukan dengan setia. Ketika kita hidup dalam firman, kasih, doa, pujian, dan penyembahan, karakter Kristus perlahan terbentuk dalam diri kita. Dunia boleh memberi stigma, tetapi Kristuslah yang menentukan identitas kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda (stigmata) milik Yesus.

Galatia 6:17

Pada zaman Yunani–Romawi, istilah stigmata bukan sesuatu yang rohani atau mulia. Itu adalah cap perbudakan — tanda bahwa seseorang kehilangan nama, martabat, dan kebebasannya. Dunia memberi tanda itu untuk berkata: “Kamu ini milik orang lain. Kamu bukan siapa-siapa.”

Tetapi Paulus melakukan sesuatu yang radikal: ia mengubah stigma yang hina menjadi lencana kemuliaan rohani. Stigmata yang dulu berarti kehinaan, kini menjadi tanda bahwa hidupnya adalah milik Kristus sepenuhnya.

Meskipun kita tidak memiliki bekas cambuk seperti Paulus, setiap murid Kristus dipanggil untuk memiliki tanda Kristus melalui disiplin kecil yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari — bukan hal-hal spektakuler, tetapi kesetiaan dalam hal-hal sederhana.

Tiga hal yang harus kita lakukan untuk memiliki tanda Kristus dalam hidup kita:

  1. Hidup dalam Firman Tuhan
  2. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

    Firman bukan teori; Firman adalah suara pribadi Allah yang membentuk cara kita berpikir, merespons, dan mengambil keputusan.

    Kesaksian COOL kami, yaitu COOL Integrity di GBI Danau Bogor Raya, menjadi contoh nyata: membaca 3 pasal setiap hari, menemukan ayat emas dari bacaan harian, mengambil “TO DO” praktis, mencatat jam baca, dan bergantian memberi sharing mingguan—semua dilakukan sederhana tetapi konsisten.

    Ada tim kecil yang kami sebut “Satpol Bible” yang memonitor pembacaan firman dan menyusun report bulanan.

    Dampaknya luar biasa:

    • Orang tua yang tekun membaca Alkitab menginspirasi anak-anak usia 11 dan 8 tahun ikut membaca Alkitab buku.
    • Banyak yang mengalami perubahan karakter, ketenangan hati, dan cara mengambil keputusan.
    • Dan yang paling saya syukuri: setiap hari dimulai dengan Firman Tuhan.
    Ketika membaca Firman menjadi kebiasaan, hidup mulai berubah perlahan tetapi pasti — itulah tanda pertama Kristus dalam hidup kita.
  3. Hidup dalam kasih Kristus
  4. Benar secara moral saja tidak cukup. Orang dunia bisa “tidak korupsi” atau “tidak berbohong.”

    Tetapi menghidupi kebenaran dengan kasih jauh lebih sulit — dan itulah tanda Kristus yang sejati.

    Kadang kita diejek, disingkirkan, atau diperlambat promosi karena tidak mau kompromi. Bahkan itu bisa terjadi di lingkungan gereja. Namun Paulus berkata bahwa tidak ada yang dapat “menyusahkan” dirinya — karena ia memilih tetap hidup di dalam kasih.

    Barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah. (1 Yohanes 4:16)

    Tanda Kristus terlihat bukan ketika kita berhasil besar, tetapi ketika:

    • Kita mengampuni padahal punya alasan untuk menyimpan luka,
    • Kita mengasihi padahal itu tidak masuk akal menurut dunia.
  5. Hidup dalam doa, pujian, dan penyembahan
  6. Ini adalah tanda kehidupan yang berjalan berdampingan dengan Allah.

    Yesus memberi teladan ritme hidup yang jelas:

    Jika Sang Guru hidup dengan ritme doa–pujian–penyembahan, tidak ada murid yang dapat hidup tanpa fondasi itu.

    Fokus pada Pemulihan Pondok Daud (RTOD) bukan sekadar program — tetapi adalah DNA, yang mengakar pada kehidupan gereja kita. Ini adalah bentuk ketaatan kita untuk hidup dalam ruang perjumpaan dengan Allah. Doa, pujian, dan penyembahan adalah tanda bahwa hati kita masih mencari Tuhan dan bergantung kepada-Nya.

Dunia mungkin menandai kita dengan label yang lemah atau tidak populer. Setiap hari, dunia memberi “tanda”: penolakan, kritik, tekanan, beban pekerjaan, patah hati, kecewa, kegagalan. Tetapi, seperti Paulus, kita dapat memilih menjadikan itu sebagai tanda bahwa hidup kita adalah milik Kristus.

Yang membedakan bukan apa yang dunia lakukan kepada kita — tetapi bagaimana kita meresponsnya bersama Kristus.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.