Dimerdekakan untuk mengejar kekudusan
Devosi | |
---|---|
Tanggal | 07 Agustus 2023 |
Penulis | (MG) |
Artikel devosi lainnya | |
| |
|
"Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus."
Saya mengerti bagaimana rasanya dikejar rasa bersalah, sebagai orang yang berdosa di masa lalu. Kemerdekaan saya miliki setelah berjumpa dan menerima Tuhan Yesus dalam hati. Rasa berdosa digantikan jadi damai sejahtera. Namun dalam perjalanan rohani di usia muda 20an tahun, nyatanya mengalami benturan, kegagalan dan konflik yang membuat kembali dibayangi rasa berdosa dan rasa gagal secara rohani. Rasa tertuduh membuat perasaan seolah jatah pengampunan dosa sudah habis, dan merasa tidak layak untuk diselamatkan. Keyakinan itu dipulihkan setelah bertobat dan dicerahi firman:
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, ..." (Roma 5:8-9)
KehendakNya untuk mengasihi kita diwujudkan ketika kita masih berdosa, inilah kenyataan bahwa kasihNya atas kita itu tak bersyarat, Dia senantiasa mengasihi bahkan sejak kita masih sebagai orang berdosa. Bukanlah karena kita berbuat baik, barulah Dia mengasihi kita, melainkan karena Allah itu kasih adanya. Namun realitas pengalaman kasih itu kita rasakan dan alami adalah bergantung respons kita yang benar.
Sejatinya memang kita dahulu adalah orang berdosa, tidak mampu untuk hidup benar tanpa berbuat salah.
.... "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:10,23)
Kenyataannya, walaupun Alkitab menyebut kita sebagai orang-orang kudus milik kepunyaan Tuhan (1 Petrus 2:9), tidak otomatis kita hidup kudus setiap hari tanpa melakukan kesalahan.
Rasul Paulus mengungkapkan konflik lingin hidup benar, namun kenyataan yang dilakukan adalah kebalikannya. (Roma 7:18-24)
Ketika kehendak hati adalah untuk berbuat baik, nyatanya melakukan yang berlawanan:
Sebab kehendak memang ada di dalam aku, ... Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (Roma 7:18-19)
Kenyataan bahwa tubuh darah daging dipengaruhi hukum dosa:
...tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. (Roma 7:23)
Dampaknya adalah rasa frustasi:
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, ... sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma 7:18, 24)
Namun SEKARANG, Kristus telah membayar lunas untuk semua itu, dan mengaruniakan Roh Kudus yang memerdekakan dari hukum dosa. Lihatlah dengan iman (Roma 6:11, Roma 8:1-2):
"Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: ... kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
Pandanglah jati diri kita yang baru di dalam Kristus: oleh Roh Kudus yang lebih berkuasa dari hukum dosa kita telah dimerdekakan, dan oleh Roh Kudus mampu untuk hidup kudus ...
Karena itu : kejarlah kekudusan (Ibrani 12:14)
MG
"Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:11)