Perubahan paradigma

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

“Firman-Nya janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala …!”

Yesaya 43:18-19

Pendahuluan

Konteks bacaan kita di atas memiliki latar belakang bangsa Israel yang sedang menjalani masa pembuangan di Babel. Kita semua tahu bahwa waktu-waktu di pembuangan adalah masa yang kelam dan suram bagi orang Yahudi. Mereka bahkan berpikir di sana lah hari terakhir mereka. Tapi Tuhan berfirman melalui nabi Yesaya bahwa Ia akan membebaskan bangsa Israel dari penderitaan yang mereka alami. Melalui ayat yang kita baca, kita tahu bahwa Tuhan hendak memberikan kehidupan yang sama sekali baru kepada umat-Nya. Sebab orang-orang yang terikat dengan masa lalu yang pahit dan menyakitkan tidak dapat fokus pada pekerjaan yang ingin Tuhan nyatakan. Pengenalannya akan Allah pun akan terhambat. Jangan memasuki musim yang baru dengan cara hidup yang lama.

Gembala Pembina kita menyampaikan bahwa hari-hari ini Kita memasuki musim yang baru dengan paradigma yang baru, ada sesuatu yang baru yang Tuhan hendak kerjakan. Apa yang Tuhan sampaikan pada awalnya tidak dimengerti namun kemudian Tuhan tambahkan pengertian mengenai apa yang Tuhan kehendaki. Kita harus mengikuti apa yang Tuhan kehendaki, termasuk paradigma-paradigma baru. Oleh karena itu, harus hidup intim dengan Tuhan, dan Dia yang akan menuntun kita pada perubahan paradigma. Bagaimana kita dapat mengalami perubahan paradigma?

Isi dan sharing

Buah apa saja yang harus kita hasilkan, sehingga orang lain memuliakan Tuhan melalui kehidupan kita?

  1. Miliki cara pandang yang benar
  2. Firman-Nya dalam Yesaya 43:18, “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!”' Setiap orang pasti memiliki yang pengalaman buruk masa lalu, baik di masa lampau atau pun pada hari-hari terakhir ini. Persoalannya, banyak orang yang masih mengingat dan menyimpan berbagai pengalaman buruk yang menimpanya tersebut. Sebetulnya, pengalaman-pengalaman buruk bisa menjadi pelajaran berguna bagi kita di kemudian hari, tetapi tidak jarang pula pengalaman-pengalaman tersebut malah membekas menjadi luka di hati yang dalam dan menjadi trauma yang menakutkan. Masih banyak didapati orang-orang yang masih hidup dalam masa lalunya. Dengan terus mengingat hal-hal buruk, maka akan membuatnya menjadi tidak bisa bertumbuh. Padahal Tuhan mau mengerjakan hal-hal yang baru dalam diri mereka.

  3. Miliki pengenalan akan Tuhan
  4. Lebih lanjut dalam Yesaya 43:19, “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” Kata “mengetahui” (Ibr.: Yada) memiliki arti mengetahui karena memiliki hubungan pengenalan yang baik. Tuhan melakukan sesuatu yang baru dengan melibatkan kita sebagai relasi dalam suatu hubungan dengan-Nya dan tidak semata-mata melakukan sesuatu begitu saja tanpa kita terlibat di dalamnya. Tuhan tidak melakukan sesuatu di mana kita hanya menjadi penonton dan memperhatikan dari jarak jauh saja. 'Tuhan mau kita terlibat di dalamnya. Seperti ketika Tuhan hendak “menumbuhkan sebuah pohon”, maka Ia mau keterlibatan kita dalam hal memupuki dan menyirami benih tersebut. Tidak sedikit orang percaya yang akhirnya kecewa kepada Tuhan, karena merasa Tuhan tidak melakukan sesuatu. Sebenarnya, bukan Tuhan yang tidak melakukan sesuatu, masalahnya adalah kita tidak mengetahuinya.

    Sekarang bagaimana dengan kehidupan kita, apakah kita sudah mengalami perubahan paradigma? Jika belum, mari kita sama-sama belajar memiliki cara pandang yang benar dan memiliki pengenalan akan Tuhan yang terus menerus sampai kita melihat karya Tuhan nyata dalam kehidupan kita masing-masing. Tuhan Yesus memberkati belimpah-limpah! (DS/DL)

Kesaksian

Apa sebenarnya yang menjadi penghalang bagi kita untuk mengalami terobosan-terobosan?

Kesimpulan dan Saling Mendoakan

Tidak ada masa depan yang baik bagi orang-orang yang terus tinggal dalam masa lalunya.

Catatan

COOL Umum Desember 2021: