Ujian untuk naik level
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 07 Oktober 2012 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
"Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (II Korintus 12:8-10)
Rasul Paulus mengungkapkan salah satu rahasia kehidupan di hadapan Tuhan, berkenaan dengan suatu peristiwa yang dahsyat tentang penglihatan yang Yesus tunjukkan kepada dirinya, tetapi untuk membuat dirinya tidak tinggi hati maka Tuhan mengijinkan ada duri dalam dagingnya yaitu utusan iblis yang menggocoh dirinya, dan sudah tiga kali Rasul Paulus berseru; tetapi jawaban Tuhan Yesus berbeda dengan apa yang dimohonkan dalam doanya.
Situasi dan kondisi seperti yang sulit dan krusial seperti ini juga bisa terjadi dalam perjalanan kehidupan rohani kita untuk naik kepada suatu level yang tinggi lagi di mana Tuhan seolah-olah membuat kita menjadi lemah. Bukankah Rasul Paulus adalah seorang pelayan yang juga dipercayai dengan karunia kesembuhan? Ada banyak orang yang mengalami mujizat kesembuhan melalui pelayanannya, antara lain di kota Efesus yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 19:11-12, "Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat." Banyak terjadi kesembuhan dan mujizat dalam pelayanan Rasul Paulus tetapi untuk penyakit yang ada dalam tubuhnya, Allah memiliki kehendak yang berbeda.
Dalam Menara Doa Pelayan Jemaat disampaikan perihal Tuhan melemahkan Paulus dan dalam kondisi seperti itu maka Tuhan menyalurkan kuasa-Nya yang lebih besar dan sempurna atas hidup dan pelayanan Paulus. Justru di tengah-tengah kesukaran dan ketidakmampuan yang kita akui di hadapan Tuhan, Tuhan menjadikan seseorang semakin dipercayai dengan kuasa dan kemuliaan dengan bobot yang lebih besar.
Ujian membuat kita naik ke level yang lebih tinggi, jika di tengah ujian kita:
#1 Merespons dengan sukacita
Respon atau sikap yang Alkitabiah di dalam kesukaran dan kelemahan yang kita munculkan dari dalam hidup kita adalah tetap sukacita. Paulus berkata: "Aku senang dan aku rela di tengah-tengah kesukaran dan penderitaan," (II Korintus 12:10). sungguh suatu respons yang benar dan menjadi teladan bagi kita, peristiwa apapun dan kejadian apapun tidak ada yang kebetulan bagi kita orang percaya. Allah tidak pernah keliru dan salah untuk mengijinkan sesuatu terjadi bagi anak-anak-Nya, jadi sikapi dan meresponslah dengan sukacita. Sukacita dapat menjadi kekuatan dalam hidup kita untuk menghadapi berbagai rintangan dan ujian.
"Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (Ibrani 12:11)
Ada suatu peningkatan secara rohani dan buah yang benar dalam diri kita, jika kita mau merespons dengan penuh sukacita, apapun yang terjadi dalam hidup kita, sebab ujian itu akan membawa kita kepada dimensi rohani yang lebih tinggi.
Ketika kita ada dalam ujian-Nya, maka seperti yang dikatakan dalam Roma 12:12, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa," maka kepercayaan Tuhan yang lebih besar dan sempurna diberikan bagi kita untuk menyatakan dan memuliakan nama-Nya.
#2 Memahami maksud dibalik ujian
Rasul Paulus memahami maksud Tuhan dengan membiarkan utusan Iblis itu tetap ada dalam dirinya, walaupun Paulus sudah tiga kali berdoa meminta dengan sangat agar duri itu dicabut, tetapi Tuhan memberikan jawaban yang berbeda. Dalam II Korintus 12:7 Rasul menulis "Dan supaya aku jangan meninggikan diri..." suatu pemahaman yang diputuskan oleh Paulus dalam dirinya ketika Tuhan memutuskan untuk tidak mencabut duri dalam dirinya. Gembala Pembina ketika menghadapi sesuatu maka yang selalu dikatakan kepada Tuhan adalah: "Ada pelajaran apa Tuhan di balik peristiwa ini?"
Haleluya! Cari makna dan pahami setiap kejadian yang diijinkan menimpa diri kita, pasti ada suatu pelajaran yang Tuhan ingin ajarkan untuk kita meningkat dalam pemahaman rohani, kepekaan rohani, ketajaman dalam sudut pandang kehidupan dengan lebih benar. Ini yang membuat kita tidak menjadi lemah, putus asa, kecewa dan bahkan menyalahkan orang-orang di sekitar kita, bahkan bisa jadi malah menyalahkan Tuhan.
Manusia sering tidak menyadari jebakan iblis di tengah-tengah perjalanan kehidupannya. "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18)
Paulus memahami dengan benar rahasia di balik kejadian yang Tuhan ijinkan atas dirinya, bahwa supaya dirinya tidak tinggi hati, membanggakan apa yang sudah dia perbuat dalam kehidupan dan pelayanan, sebab semua hanya untuk Tuhan Yesus Kristus dan sikap seperti ini mendatangkan perkenanan di hadapan Tuhan; dan yang akan memberikan promosi yang lebih tinggi.
#3 Hanya bergantung kepada Tuhan
Maksud Tuhan membuat kita "dilemahkan" ialah agar kita bergantung, bersandar, mengandalkan Tuhan saja dalam kehidupan ini. Walaupun Rasul Paulus sedang dalam kondisi pelayanan yang mendemonstrasikan kuasa dan mujizat Tuhan dengan luar biasa, ternyata pemahamannya yang benar menuntun dirinya untuk hanya bergantung kepada Yesus saja dari peristiwa duri yang tidak tercabut dalam tubuhnya.
Bergantung kepada Tuhan berarti memposisikan diri kita dalam kerendahan hati. "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." (Yakobus 4:10) Kesadaran untuk semakin bertekuk lutut di hadapan Allah dan tersungkur di bawah kaki-Nya dengan semakin intim dan banyak masuk menara doa secara pribadi di hadapan Allah, sikap ini menjadikan kita pribadi yang berkenan dan akan diangkat oleh Tuhan dalam kehidupan ini. Sikap untuk semakin melekat kepada Tuhan dengan bergantung kepada-Nya memberikan ketenangan, kedamaian dan kerelaan dalam ujian yang Tuhan ijinkan.
Raja Daud yang menerapkan kehidupan yang bergantung kepada Allah dengan kerendahan hatinya menulis dalam Mazmur 37:11, "Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah." Semakin bergantung kepada Tuhan maka promosi dalam level yang lebih tinggi Tuhan nyatakan dalam kehidupan kita.
#4 Bersabar dalam melewati ujian
Manusia selalu menginginkan perjalanan hidup yang lurus-lurus saja, tanpa hambatan, rintangan dan halangan, tetapi faktanya dalam kehidupan ini kita harus melewati jalan yang berliku, bergelombang, berlumpur dan penuh rintangan. Kecenderungan manusia dalam menghadapi ujian dari Tuhan adalah ingin cepat-cepat selesai, tuntas dan bebas padahal Allah memiliki rancangan yang terbaik di setiap ujian yang Dia ijinkan terjadi dalam hidup kita. Paulus ketika berseru sampai tiga kali dan Tuhan menjawab tidak seperti yang dimohonkan dalam doanya, maka ia menetapkan hati nya untuk "Bersabar" dalam melewati ujian hidupnya.
Kesabaran adalah tahap yang sangat dibutuhkan dalam membangun kedewasaan rohani serta menjalin hubungan yang makin meningkat dengan Allah. Untuk memiliki kesabaran di tengah ujian maka kita perlu mengetahui bahwa Dia yang menguji kita, Dia juga tidak pernah membiarkan kita, tetapi tetap menyertai kita. Sementara kita bersabar di tengah ujian, maka Allah sedang membangun otot rohani/kekuatan rohani di dalam diri kita. Bersabarlah dan ijinkan Dia sedang menata, membangun, memperlengkapi, menambahkan karunia, talenta, urapan dan kuasa dalam kerohanian kita di tengah ujian.
"Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan sesutu apapun." (Yakobus 1:3-4)
Ada suatu peningkatan yang terjadi di dalam kesabaran saat menghadapi ujian dari Tuhan, kesabaran adalah kunci untuk naik kepada level yang lebih tinggi.
#5 Tetap menjaga hati yang murni
Kondisi dan kejadian yang sulit dipahami oleh nalar dan logika kita dapat menyebabkan hati ini tercemari dengan perasaan yang negatif, buruk, salah sangka, menghakimi diri sendiri, kemarahan/emosi yang merusak, pikiran yang sia-sia dan bahkan keinginan-keinginan yang menghancurkan dirinya dan masa depannya. Ini adalah saat-saat iblis berusaha menjauhkan kita dari keintiman, hubungan, kehendak dan rencana-Nya. Jika kita tidak menyadari maka kondisi ini dengan cepat dapat dipakai iblis untuk membuat kita membangkang dan meragukan perintah dan kasih-Nya.
Keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah merancangkan kegagalan dan hari esok yang suram, melainkan merancangkan kebaikan dan hari esok penuh harapan; membuat kita tetap memelihara hati dengan kesucian dan kebenaran.
Paulus tidak tergoyahkan dengan tetap menjaga hatinya supaya tetap murni dan benar di hadapan Tuhan.
Matius 5:8, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." Ketika kita sedang menghadapi ujian yang Allah ijinkan maka tetaplah menjaga kekudusan hati untuk tetap murni dan suci, sebab tahap berikutnya kita kan melihat kuasa, kemuliaan, mujizat dan berkat dari Allah.
Dalam pergerakan Allah di mana kita dibawa memasuki tahun Ayin Gimel, maka era untuk naik dalam level yang lebih tinggi dapat terjadi kepada anak-anak Tuhan yang ketika menghadapi kejadian atau peristiwa apapun yang tidak sesuai dengan kemauan dan kehendak kita, maka kita meresponi dengan sukacita, memahami maksud di balik ujian, menjadi pribadi yang semakin bergantung kepada Tuhan Yesus, bersabar dalam melewati ujian serta tetap menjaga hati yang murni. Dan Allah akan membuat kuasa-Nya semakin sempurna dalam hidup dan pelayanan kita.
Sumber
- (AEN) (05 Oktober 2012 ). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 08 Oktober 2012.