Mengenakan pikiran Kristus
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 26 Maret 2012 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Pesan Tuhan melalui gembala sidang kita adalah kita harus mengerti kehendak Tuhan. Dalam banyak hal, kehendak Tuhan ini bertolak belakang dengan kehendak manusia dan akan semakin berbeda jauh. Ketika kehendak manusia tidak ditundukkan di bawah kehendak Kristus, maka kehendak manusia menjadi liar dan tidak terkendali. Situasi semacam ini akan menjauhkan perkenanan Tuhan dari hidup kita.
Itulah sebabnya kita harus memakai pikiran Kristus supaya kita mengetahui manakah kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Dengan memakai pikiran kita sendiri, kita tidak akan tahu kehendak Allah. Apakah yang akan terjadi jika sudah seperti ini? Kita mungkin kita mempunyai sebuah pendapat yang baik tetapi itu hanyalah good idea dan bukan God’s idea.
Dalam keadaan seperti ini, manusia sulit membedakan; mana yang merupakan kehendak Tuhan dan mana yang bukan dari Tuhan. Akhirnya, keputusan yang diambil pun bukan keputusan berdasarkan kehendak Tuhan, melainkan kehendak diri sendiri. Ini juga yang ditekankan oleh Gembala Pembina kita bahwa “Kalau Saudara mau mengetahui kehendak Allah, pakailah pikiran Kristus! Untuk bisa memakai pikiran Kristus, Saudara harus dipenuhi dengan Roh Kudus. Pada waktu kita percaya Yesus, Roh Kudus ada di dalam kita dan memeteraikan kita, selanjutnya Saudara harus meningkatkan kepenuhan Allah Roh Kudus di dalam diri Saudara”.
Seruan untuk tidak meletakkan kehendak diri sendiri atau pikiran sendiri di atas kehendak Tuhan, disampaikan oleh Rasul Paulus dalam Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Hal itu berkaitan dengan “kebaikan; bahkan keselamatan manusia”, apabila dengan “baik-baik” mendengarkan Tuhan mengenakan pikiran Kristus maka pasti mengerti kehendak Tuhan dan itu akan membawa hidup kita ke posisi “berkenan kepada Allah”.
#1 “Serupa dengan dunia” sama dengan “Menjadi musuh Tuhan”
Serupa dengan dunia memiliki pengertian yang sama dengan “menjadi seperti atau menuruti kehendak dunia”. Apa yang menjadi “pikiran dan kehendak dunia” itu diteladani. Hal ini tentu akan membuat Allah“berang” terhadap orang-orang yang seperti itu. Wakil Gembala Pembina kita; Pdt Dr Danny Tumiwa, SH, MTh beberapa waktu yang lalu mendapat penglihatan bahwa Tuhan akan unjuk gigi di Tahun Perkenanan Tuhan.
Jadi, dalam Tahun Perkenanan Tuhan ini, Tuhan akan unjuk gigi terhadap “mereka yang mengikuti kehendak dunia atau yang serupa dengan dunia”. Tetapi bagi “mereka yang hidupnya tidak serupa dengan dunia” atau “hidup menurut kehendak Tuhan dengan mengenakan pikiran Kristus”, jangan takut sebab “Tuhan akan unjuk gigi” untuk menyatakan pembelaan-Nya.
Mungkin ada yang masih ingat dengan salah satu pesan gembala sidang kita, baik pada waktu doa pengerja maupun melalui pastor message setiap minggunya di tahun lalu bahwa “jangan hidup dengan mengikuti cara-cara dunia atau sistem dunia, baik usaha/bisnis, rumah tangga, dan lain-lain”. Pesan ini senada dengan pesan Rasul Paulus dalam Roma 12:2 pada kalimat “jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini”.
Dalam teks aslinya, kita mendapati istilah ini berarti “zaman, tatanan dunia” dengan sifatnya yang “jahat”. Ini berarti pola pikir dunia dan cara hidup dunia. Cara hidup seperti ini tidak mungkin dapat “membedakan mana kehendak Allah” dan “mana kehendak dunia” sebab “mata hati” telah dibutakan oleh ilah-ilah zaman ini.
Galatia 5:19-21 berkata bahwa “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Semua perbuatan daging yang disebutkan di sini, berpusat di “hati”. Jadi, berhati-hatilah dengan “hati”.
#2 Berubahlah oleh pembaharuan budimu
Ungkapan di atas menjadi kunci menuju perkenanan Tuhan. Selepas Rasul Paulus mengatakan “jangan menjadi serupa dengan dunia ini”, ia segera beralih kepada perkara lain yang lebih penting yakni“berubahlah oleh pembaharuan budimu”. Sebab jika menjadi serupa dengan dunia maka tidak akan mengerti kehendak Allah dan berubah di dalam pembaharuan budi akan membawa kepada perkenanan Tuhan. Harus dimengeri bahwa pembaharuan budi harus diusahakan. Dengan kata lain, harus ada komitmen untuk berubah dari kehendak dunia kepada kehendak Allah. Pembaharuan budi juga searti dengan harus “bertobat”. Tetapi dapatkah seseorang bertobat jikalau hatinya telah “tumpul” atau “keras”?
Karena itu, kenakanlah pikiran dan perasaan Kristus. Tentu kita harus berdoa dan memohon kepada Allah di dalam Kristus Yesus untuk memberikan hati yang lembut sehingga mudah dibentuk, mudah diubahkan atau mudah berbalik/bertobat. Ada tanggung-jawab yang harus diemban oleh kita yakni “menjaga hati”.
Amsal 4:23 berkata “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Benarlah yang dikatakan Rasul Paulus, “berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Untuk dapat membedakan kehendak sendiri dan kehendak Allah adalah “hati yang bersih” sama dengan“hati yang terus dibaharui” dari “sehari ke sehari”. Dari Roma 12:2 dan Amsal 4:23, Alkitab mengajarkan kepada kita untuk hidup di dalam hati yang bersih atau benar, sebab itulah yang dapat membuat kita mengerti kehendak Allah sehingga dari dalamnya akan terpancar ‘kehidupan’. Sebaliknya dari“hati yang tidak beres/kotor” tentu akan terpancarkan “kematian” - bukan “kehidupan”.
Seperti apakah indikasi dari adanya hati yang kotor?
Perhatikanlah kata-kata, apakah menyakitkan ataukah membangun; perhatikanlah sikap, apakah membenci dan mengumpat atau mengampuni, bertengkar ataukah berdamai, apakah memecah belah ataukah unity, adakah sikap menyombongkan diri atau rendah hati. Semuanya ini dapat di dengar dan dilihat. Tidak ada yang tersembunyi, baik hati yang telah dibaharui maupun yang belum.
Penutup
Mari kita berkomitmen untuk berubah, sehingga dapat membedakan manakah kehendak Allah dan mana kehendak diri sendiri. Dengan demikian kita dapat berkenan kepada Allah.
Sumber
- (NB) (25 Maret 2012). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 26 Maret 2012.