Keberanian kasih karunia (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 12
Revisi sejak 17 Juli 2018 20.34 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan Firman-Mu… Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani… Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. (Kisah Para Rasul 4:29)

Mereka yang ingin melayani Tuhan dengan cara yang berkenan harus melakukannya dengan kasih karunia. “Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya” (Ibrani 12:28). Mereka yang melayani dengan kasih karunia akan menemukan keberanian tumbuh dalam hidup mereka.

Jemaat mula-mula adalah saksi dari kebenaran ini. Segera setelah Yesus naik ke sorga dan mencurahkan Roh Kudus-Nya, para rasul dengan berani memberitakan tentang Yesus diseluruh Yerusalem. Hal tersebut membuat marah para pemimpin agama: “Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati” (Kisah Para Rasul 4:2). Ketika mereka menangkap para murid, Petrus dengan berani berkhotbah mengenai Yesus di depan pemimpin Yahudi. “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu sendiri--, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah Para Rasul 4:11-12). Pernyataan yang berani tersebut membuat para pemuka agama terheran-heran. “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka” (Kisah Para Rasul 4:13). Namun, karena hati mereka yang keras, mereka terus mengancam para murid. Setelah dibebaskan, mereka mengumpulkan jemaat untuk berdoa agar mereka tetap memiliki keberanian. “Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan Firman-Mu.” Jawaban dari doa tersebut adalah mereka kembali dipenuhi dengan Roh Kudus, sehingga mereka semakin berani. “Dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani.” Kepenuhan Roh Kudus ini membawa kelimpahan kasih karunia Allah yang bekerja di dalam hidup mereka, memelihara kesaksian mereka akan Kristus yang telah bangkit. “Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.”

Inilah keberanian kasih karunia perjanjian baru. “Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian” (2 Korintus 3:12). Pengharapan ini adalah iman perjanjian baru, yaitu kelimpahan hidup yang Tuhan berikan melalui Roh kasih karunia: “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2 Korintus 3:6).

Doa

Bapa di Sorga, aku memerlukan keberanian yang sama dalam hidup ku. Seringkali aku ragu akan kesaksianku mengenai Engkau dan kebenaran-Mu. Penuhi aku dengan Roh Kudus-Mu supaya aku dapat melayani dengan keberanian oleh kasih karunia-Mu. Amin.

Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan Firman-Mu… Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani… Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. (Kisah Para Rasul 4:29) Mereka yang ingin melayani Tuhan dengan cara yang berkenan harus melakukannya dengan kasih karunia. “Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya” (Ibrani 12:28). Mereka yang melayani dengan kasih karunia akan menemukan keberanian tumbuh dalam hidup mereka.