Oleh iman Yusuf memandang masa depan

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 10
Revisi sejak 16 Juli 2018 16.03 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya. (Ibrani 11:22)

Ketika Yusuf memberi pesan kepada keluarganya bahwa suatu saat ia akan dikuburkan di tanah perjanjian, ia memandang masa depan dengan iman.

Perjalanan Yusuf hingga menjadi pemimpin di Mesir ditandai dengan pergumulan dan kemenangan yang datang silih berganti. Kakak-kakaknya mengkhianati dia dan menjual dia menjadi budak. "Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir” (Kejadian 37:28). Kemudian, Yusuf mendapat berkat ketika ia dibeli oleh seorang Mesir bernama Potifar yang merawat dan mempekerjakan Yusuf di rumahnya. “Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf” (Kejadian 39:3-4).

Namun, datang pergumulan yang lain. Yusuf dimasukkan ke dalam penjara karena fitnah istri Potifar, yang membenci Yusuf karena menolak untuk berselingkuh dengan dia. “Dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras" … Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana” (Kejadian 39:14, 20). Namun berkat-berkat kembali datang ketika Tuhan membuat Yusuf disukai oleh kepala penjara. “Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil” (Kejadian 39:22-23). Namun sekali lagi sebuah pergumulan harus dialami oleh Yusuf ketika pelayan Firaun melupakan jasa-jasa Yusuf ketika mereka berada di penjara. “Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya. Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun” (Kejadian 40:23 – 41:1). Dua tahun kemudian, sesudah Yusuf menafsirkan mimpi Firaun, ia diberikan kedudukan dan kekuasaan yang tinggi di Mesir. “Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu” (Kejadian 41:40).

Adalah karena iman kepada Allah yang membuat Yusuf bertahan dan membawanya ke tempat yang Tuhan inginkan. Namun, ayat renungan kita hari ini memperlihatkan bahwa keinginan dasar Yusuf bukanlah kelimpahan atau kemajuan dirinya sendiri. Yusuf memiliki hati yang melekat kepada rencana dan tujuan Allah. Ketika ia memandang masa depan, ia yakin bahwa suatu saat, Tuhan akan membawa umat-Nya kembali ke tanah perjanjian. Ia meminta agar jasadnya suatu saat akan dikuburkan di tanah perjanjian ketika ia menyatakan imannya kepada janji-janji Tuhan. “Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini” (Kejadian 50:25).

Doa

Allah yang kekal, ketika aku menghadapi pergumulan dan berkat yang datang silih berganti dalam hidup ku, tolong aku untuk memandang masa depan dengan iman. Ingatkan aku bahwa tujuan-Mu yang abadi dapat menuntun dan membentuk aku melalui situasi ini. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya. (Ibrani 11:22) Ketika Yusuf memberi pesan kepada keluarganya bahwa suatu saat ia akan dikuburkan di tanah perjanjian, ia memandang masa depan dengan iman. Perjalanan Yusuf hingga menjadi pemimpin di Mesir ditandai dengan pergumulan dan kemenangan yang datang silih berganti.