Mendengarkan hukum Taurat

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.11 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
“Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu Mendengarkan hukum Taurat?” (Galatia 4:21)

Jika kita tidak sungguh-sungguh mendengar apa yang dikatakan oleh hukum Taurat, maka kita bisa saja bersedia untuk hidup di bawah hukum Taurat. Orang-orang yang tidak percaya dalam dunia ini seringkali meremehkan pesan dari hukum Allah. Mereka berpikir bahwa isi hukum Allah hanyalah soal rajin untuk beribadah atau ikut dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Jadi karena mereka tidak benar-benar mengerti isi hukum Allah, mereka bersedia untuk hidup di dalamnya, bersandar kepada pengertian mereka sendiri bahwa jika mereka berperilaku dengan sebaik-baiknya maka mereka akan luput dari pengadilan terakhir yang akan menentukan apakah mereka akan masuk sorga atau neraka. Semua ini terjadi karena mereka “tidak Mendengarkan hukum Taurat.”

Namun banyak orang Kristen, walaupun sudah menerima hidup yang baru karena iman mereka kepada Kristus, tetap memilih untuk hidup di bawah Taurat dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan rohani dan pelayanan. Ini juga akibat dari “tidak Mendengarkan hukum Taurat.” Setiap orang percaya yang mengira hidupnya akan lebih berkenan kepada Allah dengan jalan berusaha sebaik-baiknya dengan kekuatannya sendiri sebenarnya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh hukum Taurat.

Hukum Taurat tidak mengatakan bahwa kita harus “menjadi lebih rajin beribadah,” tetapi kita harus menjadi “kudus” seperti Allah yang adalah kudus. Hukum Taurat tidak mengatakan bahwa kita harus “menjadi lebih ramah,” tetapi bahwa kita harus “mengasihi dengan tanpa syarat,” seperti Kristus telah mengasihi kita. Hukum Taurat tidak berkata bahwa kita harus “berusaha sebaik-baiknya,” tetapi bahwa kita harus “menjadi sempurna,” sama seperti Bapa di Sorga yang adalah sempurna.

Hukum Taurat tidak menyuruh kita untuk mengembangkan diri kita, atau supaya kita lebih baik dari pada orang lain. Seringkali kita mendengar orang mengatakan: “Lakukan saja yang terbaik, Tuhan pasti menerimanya.” Sesungguhnya, Tuhan meminta sesuatu yang jauh di luar kemampuan manusia yang paling baik sekalipun. Hukum Allah mengharuskan kita hidup dengan kudus, mengasihi tanpa syarat dan sempurna. Terlebih lagi, Tuhan memakai diri-Nya sendiri sebagai ukuran standar kekudusan, kasih dan kesempurnaan.

Doa

Allah Bapa yang di dalam Sorga, Engkau yang kudus, penuh kasih dan yang sempurna. Aku tahu bahwa aku sangat jauh dari standar kekudusan, kasih dan kesempurnaan-Mu. Sebaik-baiknya usahaku, tidak ada artinya di hadapan-Mu. Oleh karena itu aku bersyukur untuk belas kasihan-Mu dan kasih karunia-Mu. Dengan segala kerendahan hati aku bersujud di hadapan-Mu, memohon agar Engkau yang bekerja lebih lagi di dalam aku. Aku minta kekudusan-Mu, kasih-Mu dan kesempurnaan-Mu bekerja di dalam aku, mengubah aku menjadi semakin seperti Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku.

“Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu Mendengarkan hukum Taurat?” (Galatia 4:21) Jika kita tidak sungguh-sungguh mendengar apa yang dikatakan oleh hukum Taurat, maka kita bisa saja bersedia untuk hidup di bawah hukum Taurat. Orang-orang yang tidak percaya dalam dunia ini seringkali meremehkan pesan dari hukum Allah. Mereka berpikir bahwa isi hukum Allah hanyalah soal rajin untuk beribadah atau ikut dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.