Proses pematangan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 9 September 2021 15.03 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari

Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. (Yakobus 1:3-4)

Gembala Pembina kita menekankan bahwa yang paling penting yang harus kita lakukan dalam menghadapi pandemi ini adalah kita harus makin sungguh-sungguh untuk mempersiapkan diri kita dalam menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali. Iman setiap orang percaya sedang diuji dalam ‘persembunyian' di rumah selama pandemi COVID-19. Ini menjadi salah satu cara Tuhan mendewasakan umat-Nya dalam beribadah dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rohani masing-masing. Apa yang harus kita persiapkan untuk menang dalam menghadapi ujian hari-hari ini, sehingga kita terus berproses sampai matang sempurna sesuai standar yang Tuhan Yesus inginkan?

Bertekun dalam iman

Ketekunan (Yunani: hupomone), berarti "kemampuan bertahan dalam kesukaran", bukan dengan sikap sekedar bertahan (diam/pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjadikan situasi serta hal-hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan.

Semua pencobaan yang kita alami merupakan suatu ujian terhadap iman yang menghasilkan ketekunan. Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma,

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (Roma 5:3-4)

Ketekunan memungkinkan kita untuk bertahan sampai akhir dalam mengikut Yesus. Kalau kita hanya dapat bertahan secara pasif dalam menghadapi kesukaran, itu adalah hal yang biasa. Tetapi jika kita tetap bersukacita, bersyukur dan memuji Tuhan, bahkan tetap bersemangat melayani Tuhan di tengah kesukaran dan penderitaan, seperti halnya di era pandemi seperti ini, itu adalah hal yang luar biasa.

Menguasai diri dalam segala hal

Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. (1 Petrus 4:7)

Ayat ini menunjuk pada akhir zaman/kedatangan Kristus yang kedua kali. Kata "penguasaan diri" menunjuk kepada ‘usaha penjagaan terhadap pikiran; pikiran, dengan semua pemikirannya, harus dijaga aman, dikekang dalam batasan-batasan yang seharusnya'. Imajinasi, keinginan, tidak boleh diizinkan untuk mengembara bebas tanpa dikendalikan. ini adalah standar mutlak dari gaya hidup orang percaya yang sedang berproses menjadi matang dan sempurna yaitu menguasai diri.

Orang menguasai diri dapat bersikap tenang walaupun di tengah ujian dan cobaan. Bagaimana kita mengatasi masalah/tekanan hidup menunjukkan kematangan kita. Tidak dapat dipungkiri jika masa pandemi yang telah ‘memaksa' kita untuk banyak bersembunyi di rumah selama hampir satu setengah tahun memberikan tekanan yang besar bagi kita dan telah membuat kita mengubah kebiasaan dan gaya hidup. Mereka yang tidak dapat menguasai dirinya pasti akan mudah tergoda untuk ‘berontak' melawan prokes dan mencoba melakukan hal-hal yang dulu biasa dilakukan, diakibatkan karena kejenuhan. Gembala Pembina mengingatkan, "mungkin kita sudah bosan, tapi ingat, COVID-19-nya belum bosan."

Mari kita teguhkan hati untuk belajar menguasai diri kita. Jangan sampai kita ‘merusak' apa yang sudah kita ikhtiarkan dan lakukan bersama dengan tekun sejak Maret 2020 yang lalu untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. (Amsal 16:32)

Tuhan Yesus memberkati. Amin

Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. (Yakobus 1:3-4)