Keuangan dalam keluarga ilahi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 26 Juli 2013 05.03 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd unified info)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24)

Pendahuluan

Keuangan keluarga bisa menjadi penyebab konflik dalam keluarga. Ketika uang tidak mencukupi, atau ketika suami dan istri tidak sepakat dalam pemakaian keuangan dalam keluarga, maka konflik akan muncul. Hal keuangan keluarga perlu dibahas bersama, bagaimana mereka akan mengatur pemakaian uang mereka, siapa yang mengatur urusan pengeluaran dan siapa yang membuat catatan keuangan.

Isi dan sharing

Segala sesuatu adalah milik Tuhan, dan Ia mengizinkan atau mempercayakan kita untuk mengelola sebagian dari milik-Nya. Itu berarti kita perlu mengatur segalanya sesuai dengan kehendak-Nya.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang berfungsi sebagai panduan bagi pengelolaan keuangan keluarga ilahi:

  1. Kerajaan Allah (Matius 6:19-34)
    Yesus mengajarkan kita untuk tidak menimbun harta di bumi, karena di mana harta kita berada di situ hati kita berada. Dia ingin kita memusatkan perhatian pada Kerajaan dan kebenaran-Nya di mana kepuasan sejati berasal. Jika kita memprioritaskan hal ini, maka kebutuhan material kita pun akan dicukupi. Sharingkan.
  2. Hati (2 Korintus 8:1-5)
    Paulus memuji orang percaya di Makedonia untuk kemurahan hati mereka. Meskipun tidak kaya dan menghadapi banyak pencobaan, mereka memiliki hati yang pemurah. Ketika mereka pertama-tama memberikan diri mereka, untuk memuliakan Tuhan, maka berkat materi akan mengikuti. Sharingkan.
  3. Rasa percaya (Mazmur 50:10-12; Matius 7:7-11; Yakobus 4:1-3)
    Yesus mengajar kita untuk memohon pada-Nya untuk semua kebutuhan kita. Kita dapat mempercayakan dengan sempurna segala kebutuhan kita pada Bapa Surgawi kita yang memiliki dan menguasai segala sesuatu. Yakni semua hal yang benar-benar merupakan kebutuhan kita dan bukan keinginan-keinginan yang bersifat egois.

Kesimpulan dan saling mendoakan

  • Mengakui kedaulatan Allah dengan cara mendukung pekerjaan Tuhan dengan setia.
  • Mewujudkan maksud Allah dengan cara bermurah hati pada mereka yang membutuhkan.
  • Memuliakan Allah dengan cara mengelola segala hal yang dipercayakan-Nya kepada kita.