Pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 06 November 2011 |
Renungan khusus lainnya | |
|
“Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” (Kisah Para Rasul 13:22)
Di dalam ayat ini Paulus kembali mengingatkan orang-orang Yahudi bahwa mereka adalah umat Allah untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah dengan menjelaskan keberadaan nenek moyang mereka dari Abraham hingga Daud dan sampai kepada Kristus yang tanpa kesalahan harus mati disalib.
Dalam penjelasan tersebut Paulus memban-dingkan antara Saul dengan Daud. Bahwa Saul telah disingkirkan Tuhan, dan mengangkat Daud menjadi raja, karena Allah telah mendapati Daud pribadi yang berkenan dan melakukan segala kehendak Allah pada zamannya.
Siapakah Daud? Nama Daud memiliki arti “Kekasih Allah”, dia adalah anak laki-laki ke 7 dari 10 bersaudara (yaitu 7 laki-laki dan 3 perempuan). Karir Daud dimulai dengan menggembalakan domba, sedangkan kakak-kakaknya adalah prajurit kerajaan. Pada waktu Samuel disuruh Tuhan pergi ke rumah Isai untuk mengurapi salah seorang anaknya dengan nubuatan menjadi raja yang akan datang, maka Daud tetap dibiarkan di padang rumput karena dianggap masih remaja dan tidak diperhitungkan sampai semua kakaknya ditolak Tuhan, baru mereka menyadari bahwa masih ada satu lagi adiknya yang di padang rumput yaitu Daud.
Daud akhirnya menjadi raja yang hebat dan dikenang oleh Israel, bahkan sampai dengan Perjanjian Baru pada zaman Yesus. Orang-orang menginginkan Yesus seperti Daud yang membebaskan mereka dari penjajahan kerajaan Romawi, bahkan Yesus selalu dikaitkan dengan Daud, dan dituliskan sebagai keturunan Daud. Dalam perjalanan hidupnya ada banyak pilihan dan keputusan yang menjadikan Daud didapati Tuhan sebagai pribadi yang berkenan, bahkan Tuhan juga sudah memberikan pesan kepada Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo sebagai Gembala Sidang GBI JalanGatot Subroto, bahwa Tahun 2012 adalah Tahun Perkenanan Tuhan, olehnya pilihan apa saja yang diambil oleh Daud sehingga menjadikannya pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan?
Ada 5 pilihan yang diambil Daud dalam hidupnya sehingga mendapatkan penilaian Tuhan sebagai pribadi yang berkenan di hadapan-Nya:
#1 Kehidupan yang intim dengan Tuhan melalui doa, pujian, dan penyembahan
Mazmur 5:4, “TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.”
Ayat ini memberitahukan pilihan hati Daud setiap pagi di hadapan Tuhannya bahwa hatinya selalu dipenuhi dengan suatu kerinduan untuk menjumpai Tuhan lewat doa, persembahan pujian dan penyembahan dan menantikan Dia berfirman bagi dirinya. Kerinduan dari hati yang mendalam untuk mengalami hadirat Allah dan perjumpaan dengan Allah selalu menggelora dalam jiwanya. Daud memilih setiap pagi untuk membawa dirinya berseru/berdoa di hadapan Tuhan dan mengatur persembahan adalah memberikan hatinya untuk menaikkan pujian dan penyembahan. Suatu sikap hati yang dipenuhi dengan keinginan untuk mengalami hadirat Tuhan dan perjumpaan dengan Tuhan. Ini adalah sikap hati yang dipenuhi akan kasih kepada Allah yang membawa dirinya untuk semakin Intim dengan Allah.
Ingat salah satu tanda dalam gereja berkenaan dengan akhir zaman adalah tanda yang terdapat dalam gereja Efesus bahwa: jadwal ibadah masih berjalan, para pelayan masih melayani, jemaat masih datang ke gereja, semua kegiatan gerejawi masih berlangsung, bahkan ada reaksi yang baik untuk menentang rasul yang palsu, tetapi di dalam hatinya Allah telah mendapati mereka kehilangan kasih yang semula sehingga diminta Tuhan untuk bertobat dan kembali kepada kasih yang semula.
Pelayanan yang Tuhan percayakan kepada hamba-Nya Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo adalah pelayanan Pemulihan Pondok Daud yaitu kehidupan umat Tuhan dalam Doa, Pujian dan Penyembahan. Ini dapat terjadi dalam kehidupan jemaat dan gereja-Nya kalau dirinya dipenuhi akan Kasih yang menggelora kepada Tuhan Yesus Kristus.
Mengasihi Allah dengan sepenuh hati membawa kita untuk rindu berjumpa dengan-Nya dan menempatkan kita menjadi Pribadi yang intim dengan Yesus Kristus dan keintiman kita dengan Kristus menjadikan kita pribadi yang berkenan kepada-Nya, karena dalam Amsal 13:20, pergaulan itu mengubah dan membentuk serta menjadikan kita seperti pribadi yang bergaul dengan kita. Jika kita bergaul dengan Allah maka sifat dan karakterNya akan me-ngubah kita menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Allah.
#2 Memilih untuk mengatasi persoalan bersama Allah
Kalau kita menbaca dalam 1 Samuel 17:37, “Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai engkau.”
Di dalam ayat ini orang Israel sedang berpe-rang melawan orang Filistin dan pertempuran yang diinginkan adalah satu lawan satu, orang Filistin diwakili oleh Goliat yang besar dan kuat, sedang orang Israel tidak ada. Hingga berhari-hari Goliat mengeluarkan kata-kata yang mencemooh bangsa Israel, sampai akhir-nya Daud menghadap Saul untuk melawan Goliat.
Alasan yang dikemukakan oleh Daud dalam mengahadapi Goliat karena pengalaman pri-badinya dalam menghadapi singa dan beruang di mana Allah menyertai dirinya sehingga me-ngalami kemenangan. Di dalam ayat di atas, Daud menunjukkan sikap kerendahan hati dan kebergatungannya kepada Allah dalam menghadapi persoalan pada dirinya. Kita mengetahui pada waktu Daud menghadapi Goliat maka kemenangan ada pada pihak Daud. Dari peristiwa ini kita menemukan sikap hati Daud yang menujukkan kerendahan hati dan kebergantungan kepada Allah, untuk membuat Allah terlibat dan campur tangan atau intervensi dalam menghadapi persoalan hidupnya. Sikap hati yang seperti ini mendatangkan perkenanan di hadapan Tuhan dengan selalu merendah-kan hati dan hanya bergantung kepada Tuhan, jika kita berhasil, diberkati, sukses dan banyak mendapat kepercayaan dalam perkara rohani maupun jasmani dengan tetap mengatakan ini semua hanya karena Tuhan Yesus saja, karena kemurahan dan pertolongan serta kebaikan Tuhan Yesus saja yang dilimpahkan kepada kita, maka kita akan menjadi pribadi yang berkenan di hadapan-Nya.
#3 Menghadapi setiap hal dengan sudut pandang yang benar
Suatu saat tahta Daud digoncang oleh anaknya sendiri, Absalom, yang merebut tahta Daud bahkan berikhtiar juga untuk membunuh bapaknya sendiri, ini menyebabkan Daud harus meninggalkan tahta dan istananya untuk melarikan diri dari kejaran anaknya-Absalom.
Di tengah pelariannya dengan hati yang sangat galau serta emosi yang memuncak karena perlakuan anaknya, maka ada seorang yang bernama Simei yang mengutuki Daud (2 Samuel 16:7-10, “ ... Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?”) Dalam ayat tersebut di atas Simei mengutuki Daud dan ada seorang yang bernama Abisai mengatakan jika diijinkan Daud maka dia akan menyeberang sungai dan memenggal kepala Simei, tetapi Daud melarang Abisai dengan mengatakan jika Simei disuruh oleh Tuhan, kita tidak bisa mempertanyakannya mengapa dia mengatakan itu pada diri Daud.
Suatu sikap yang benar dan terpuji dalam meresponi persoalan yang dihasilkan oleh pola pikir yang benar atau sudut pandang yang benar. Paulus memberikan pola pikir yang benar melalui Filipi 4:8, agar anak-anak Tuhan dalam menyikapi setiap peristiwa memikirkannya dengan pola pikir yang suci, mulia, benar, terpuji dan yang patut dipikirnya, sehingga kita akan merespon dengan keputusan dan tindakan yang benar dalam setiap kejadian. Tidak seperti Abisai yang dikuasai dengan emosi dan ingin memenggal kepala Simei.
Perkenanan di hadapan Tuhan terjadi sebagai hasil dari sudut pandang yang benar di dalam pikiran kita pada saat menyikapi setiap kejadian yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan terjadi atas diri kita. Pikirkan yang benar dalam setiap persoalan dan kejadian dalam hidup kita, sebab hal ini mempengaruhi keputusan dan tindakan hidup kita.
#4 Memilih untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan
Di tengah-tengah keberhasilan Daud sebagai panglima perang kerajaan Saul dalam mengalahkan dan menumpas musuh-musuhnya, maka kejadian ini membuat raja Saul membenci Daud sehingga berkali-kali Saul mengancam untuk membunuh Daud, bahkan Saul pernah melempar lembing kepada Daud untuk menancapkan tubuhnya di dinding dan mengejar-ngejar di mana pun didengar Daud berada, maka Saul akan mendatanginya untuk membunuhnya.
Dalam 1 Samuel 24:5-8 diceritakan tentang keberadaan Daud yang memiliki posisi yang tepat untuk dapat membunuh Saul, bahkan orang-orang di sekitar Daud mengatakan bahwa “... Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam ... Lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: “Dijauhkan TUHANlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.”
Dari perkataan Daud kita menemukan suatu sikap hati yang benar, sekalipun ada kesempatan dan ada orang-orang yang memberikan masukan dengan mengatasnamakan Tuhan, tetapi Daud mengerti akan kebenaran bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan adalah tindakan yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Seringkali diri kita tergoda jika ada kesempatan dan masukan dari orang yang mendukung kita, ketika sedang dalam keadaan yang terjepit untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan firman-Nya, dalam hal ini Daud memilih untuk tetap bertindak dengan benar yaitu “Tidak Membalas Kejahatan dengan Kejahatan” sekalipun Daud sudah melakukannya dan Saul tetap bertindak jahat seperti yang terjadi kembali dalam 1 Samuel 26:10-12, ada kesempatan kembali untuk membunuh Saul tetapi Daud hanya mengambil tombak dan kendi yang di samping Saul. Hatinya tetap didisiplinkan untuk mentaati kebenaran Firman Tuhan agar tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, ini yang menjadi pilihan Daud di hadapan Tuhan, tetap menjaga hati dan kelakuan yang bersih di hadapan Tuhan.
#5 Memilih bertobat dan berubah ketika ditegor akan dosanya
Ketika Daud mengalami era keberhasilan dan berkat yang melimpah dalam posisi zona nyaman, setelah 20 tahun memerintah, maka ada suatu peristiwa yang membuat Daud jatuh dalam dosa dengan Batsyeba, kejadian itu dilakukan dengan berusaha menutupinya bahkan dengan rencana yang terstruktur, supaya tidak ketahuan Daud memanggil suami Batsyeba dari medan peperangan dengan dijamu makan, minum lalu disuruh pulang ke rumah untuk menutupi perbuatannya, tetapi Uria tidak mau sampai akhirnya Daud mengirim kembali ke medan pertempuran dengan sebuah pesan supaya ditempatkan Uria dalam pertempuran di tempat yang paling depan supaya cepat mati terbunuh dan Daud dapat mengambil istrinya Batsyeba dengan cara yang lazim di hadapan orang-orang. Akal muslihat yang licik dan ter-sembunyi di hadapan manusia, tetapi tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, sehingga Tuhan mengirim nabi Natan untuk menemplak dosa-dosa Daud dengan memberitahukan perbuatan tersembunyi Daud yang tidak diketahui siapapun.
Dalam 2 Samuel 12:13, “Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Dan Natan berkata kepada Daud: “TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.”
Sikap hati yang mau mengakui setiap pelanggaran dosa yang telah dilakukannya ketika Tuhan mengutus seseorang untuk memberitahukannya. Kalau Tuhan menyingkapkan suatu dosa dalam diri kita, seharusnya kita memiliki sikap hati yang terbuka dan mengakuinya serta meminta ampun kepada-Nya, ini mendatangkan perkenanan di hadapan Tuhan.
Tuhan menegor kita karena Dia tidak menginginkan kita terus dikuasai oleh dosa yang akhirnya akan mendatangkan maut bagi diri kita, pertobatan Daud dalam peristiwa ini dituliskan dalam Mazmur 51 tentang pengakuan dosa Daud, di dalam Mazmur 51:12-13, ada suatu keinginan dalam diri Daud dalam pertobatannya yaitu supaya Tuhan tidak membuang dirinya dari hadapan Tuhan dan supaya Tuhan tidak mengambil Rohnya dari dalam hatinya. Sikap hati yang bijak untuk berubah dan bertobat ketika Tuhan menyingkapkan dosa dalam diri kita, ini membuat hidup kita berkenan di hadapan Tuhan.
Di hadapan kita ada banyak pilihan, tetapi Daud telah memilih sikap hati yang benar di hadapan Tuhan Allahnya sehingga di hadapan Tuhan, Daud ada pada posisi menjadi pribadi yang berkenan di hadapan-Nya.
Sumber
- [AEN] (06 November 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 06 November 2011.