Ketika hal 'buruk' dipakai Tuhan untuk kebaikan (Eloy Zalukhu, MBA)
| Ringkasan Khotbah | |
|---|---|
| Ibadah | Ibadah Raya |
| Tanggal | Minggu, 7 Desember 2025 |
| Gereja | GBI Danau Bogor Raya |
| Lokasi | Grha Amal Kasih |
| Kota | Bogor |
| Video | YouTube |
| Khotbah lainnya | |
| |
| |
Dalam setiap situasi, termasuk penderitaan dan kegagalan, makna yang kita berikan akan menentukan respons, tindakan, dan akhirnya hasil hidup kita. Roma 8:28 menunjukkan bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, bukan selalu sesuai harapan kita, tetapi sesuai rencana-Nya yang penuh kasih dan jauh lebih besar. Janji ini berlaku bagi mereka yang mengasihi Kristus, karena melalui proses hidup inilah Tuhan sedang membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus dan membawa kita pada damai sejahtera serta tujuan-Nya yang kekal.
Saudara-Saudara, ada sukacita? Amin. Ada sukacita? Amin. Haleluya! Oke, let's go!
Respons yang berbeda
Diceritakan ada dua orang wanita—kita berikan saja mereka nama Mawar dan Melati. Kalau ada yang namanya sama, ini hanya sebuah cerita. Dua-duanya sudah berkeluarga. Mawar punya suami, Melati punya suami. Dan suami mereka sama seperti pria-pria di sini: pekerja keras, bertanggung jawab terhadap keluarga, dan kadang pulang agak terlambat karena banyak kerjaan atau macet. Tetapi seterlambat-terlambatnya, baik suami Mawar maupun suami Melati, paling telat sampai rumah jam 8 malam.
Suatu kali, ternyata suami keduanya belum pulang sampai jam 10 malam. Mawar mulai berpikir, “Di mana suamiku?” Ia telepon suaminya, ternyata off dan tidak terkoneksi. Ia telepon teman kantor suaminya, dan temannya mengatakan bahwa suaminya sudah pulang seperti biasa. Mawar langsung berpikir, “Oh man, suamiku kemungkinan besar selingkuh! Udah jam segini ditelepon tidak connect!”
Bagaimana dengan Melati? Sama, ia telepon suaminya—tidak connect. Telepon teman suaminya, jawabannya sama: sudah pulang. Tetapi respon Melati berbeda: “Jangan-jangan suamiku ada apa-apa di jalan.”
Pada jam 10.30, Mawar makin yakin ada yang tidak beres. Ia bangunkan anak gadisnya yang berusia 8 tahun. “Bangun, bangun. Papi belum pulang. Dengarkan Mami baik-baik. Jangan pernah menikah dengan pria seperti Papi. Papamu pasti selingkuh!” Sementara itu, di rumah Melati, jam 10.30 juga, ia membangunkan anaknya. “Bangun, Papi belum pulang. Jangan-jangan Papi ada apa-apa. Ayo kita berdoa.”
Jam 10.55 malam, ketika Mawar sedang mengajarkan hal buruk kepada anaknya—teng tong! Bel berbunyi. Pada jam 10.55 pula, ketika Melati sedang berdoa bersama anaknya—teng tong! Suami mereka tiba.
Ketika Mawar membuka pintu, para istri mungkin tahu apa reaksinya: “Lu gila ya! Jam segini baru pulang! Gue telepon ke mana? Lu selingkuh ya? Ngaku jujur!” Tetapi Melati ketika membuka pintu berkata, “Puji Tuhan kamu nggak apa-apa.”
Kalau Mawar dan Melati melanjutkan respons seperti ini, lima tahun kemudian keluarga mana yang harmonis, dan keluarga mana yang rusak? Keluarga Mawar rusak. Melati kita bisa bayangkan.
Pertanyaannya: situasinya sama. Kenapa respons mereka berbeda?
Respon berbeda karena makna yang diberikan pada kejadian itu berbeda.
Saya ulang:
- Situasi → sama.
- Makna → menentukan respon.
- Respon → menentukan aksi.
- Aksi → menentukan hasil.
Jadi kalau mau mengubah hasil, ubah aksinya. Kalau mau mengubah aksi, ubah responnya. Kalau mau mengubah respon, ubah maknanya. Karena situasi tidak bisa diubah—given.
Saudara-Saudara, ketika hal buruk dipakai Tuhan untuk kebaikan dan kita bicara tentang Roma 8:28, harapan saya Firman ini akan menolong kita memaknai kondisi yang sedang kita hadapi. Karena kita bicara tentang peace, damai. Ketika semuanya berjalan baik—kesehatan baik, bisnis lancar, keluarga harmonis—peace mudah didapat. Tetapi ketika hidup tidak baik-baik saja, ketika bencana terjadi, masih adakah peace itu? Tergantung bagaimana kita memaknainya. Itu yang kita mau bahas.
Ketika hal 'buruk' dipakai Tuhan untuk kebaikan
- Saudara-Saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
Petrus mau mengatakan begini: biasa saja. Tidak perlu kaget ketika ada ujian terjadi. Tetapi menarik bahwa kata “kekasih” berdampingan dengan “nyala api siksaan.” Dua sisi mata uang dalam kehidupan anak Tuhan.
Bahkan Kristus yang sebentar lagi kita rayakan kelahirannya berkata dalam Yohanes 16:33 bahwa dalam dunia ini kamu akan mengalami penderitaan.
Yesus yang bilang itu, sebelum Ia disalib. Dan ketika Ia lahir pun tidak semuanya baik—anak-anak dibunuh saat itu. Yesus melanjutkan:
- Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera ...
Mungkinkah damai sejahtera didapatkan di tengah penderitaan dan penganiayaan? Kalau mungkin terjadi, saya mau tahu bagaimana. Dan itu yang Yesus katakan di ayat itu:
- Aku telah mengalahkan dunia.
The Problem of Evil
Ada orang-orang yang tidak bisa memahami hal ini, termasuk seorang filsuf Yunani bernama Epikurus. Ia mulai berpikir tentang the problem of evil.
Pertanyaannya:
- Jika Tuhan Maha Baik dan Maha Kuasa
kenapa kejahatan (penyakit, kesulitan, penderitaan) bisa terjadi?
Kenapa musibah bencana alam bisa terjadi? Kenapa ada anak lahir tidak seperti harapan orang tuanya? Kenapa ada anak muda terkena kanker? Why?
Epikurus memberikan tiga pertanyaan beruntun:
- Jangan-jangan Tuhan mau menghentikan penderitaan tetapi tidak mampu → kalau begitu Tuhan tidak Maha Kuasa.
- Kalau Tuhan mampu tetapi tidak mau → jangan-jangan Tuhan bukan Allah yang Maha Kasih.
- Atau Tuhan tidak mau sekaligus tidak mampu menegah penderitaan → bila demikian, buat apa orang-orang memanggil Dia Tuhan?
Bagi Epikurus, kalau Tuhan mampu dan mau, harusnya tidak ada penderitaan, tidak ada bencana, tidak ada pengkhianatan, tidak ada luka.
But it happens.
Gimana kita sebagai anak-anak Tuhan bisa memikirkan hal ini dari bingkai berpikir yang memberikan makna, menolong kita meresponi kehidupan, menolong kita mengambil aksi, dan akhirnya Tuhan menolong kita mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Berbagai bencana terjadi di Indonesia, dan tentu saja kita berdoa bagi Saudara-Saudara kita yang sedang menghadapinya. Mungkin saja ada di antara Saudara yang hari ini sedang bergumul dengan sesuatu sampai hampir putus asa. Doaku, Firman ini menguatkan Saudara.
Saudara-Saudara, saya membaca sebuah kisah dari Pastor Peter Tan Chi. Ini adalah orang yang sangat mencintai Tuhan. Mungkin Bapak Ibu pernah membaca buku-bukunya atau mengikuti khotbahnya di YouTube. Beberapa bulan yang lalu setahu saya beliau juga datang ke Indonesia. Ada satu kisah mengenai putrinya, Joy. Ketika Pastor Peter melayani Tuhan, ternyata putrinya di rumah mengalami pemerkosaan.
Kisah seperti ini kemudian membawa Joy menuliskan satu buku berjudul When a Good God Allows Rape. Intinya begini: ada orang yang cinta banget sama Tuhan, sudah menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani, tetapi hal yang begitu buruk bisa terjadi. Bagaimana bisa memahami ini? Bagaimana bisa memaknainya? Karena kalau memberikan makna yang salah, respon Saudara terhadap kehidupan akan salah.
Bagaimana dengan Joni Eareckson Tada? Dia adalah seorang remaja cantik dan atlet. Dalam satu latihan, ia mengalami kecelakaan dan lumpuh sampai hari ini. Tetapi kalau Saudara membaca buku-bukunya, mendengar pembicaraannya, Saudara bisa melihat bagaimana Allah yang kita percaya—betul, Roma 8:28—bahkan hal yang kelihatannya terburuk pun bisa Tuhan pakai untuk kebaikan.
Saudara-Saudara, ada seorang penulis Kristen dan pastor terkenal, Paul David Tripp, menulis buku berjudul Suffering. Dalam buku ini dia mengatakan, “Saudara dan saya tidak pernah hanya menderita karena kejadian penderitaan itu.” Tidak. Entah Saudara mencintai seseorang lalu orang itu berpindah ke lain hati—itu penderitaan. Tetapi penderitaan Saudara tidak hanya berasal dari kejadian itu. Jauh lebih besar penderitaan datang dari bagaimana kita memaknai dan menjalani penderitaan tersebut.
Memaknai kehidupan dengan benar
Sekali lagi, Roma 8:28 dan seluruh Alkitab menolong kita memberikan makna dalam hidup. Inilah yang tadi kita bahas mengenai Mawar dan Melati—runtutnya seperti itu. Segala situasi, termasuk yang paling menyakitkan sekalipun, itu netral. Tidak baik dan tidak buruk. Tergantung apa? Tergantung meaning atau makna yang Saudara berikan pada kejadian itu. Meaning menentukan respon, respon menentukan aksi, dan aksi menentukan hasil.
Pertanyaan: makna Mawar dan Melati datang dari mana? Kemungkinan besar Mawar punya referensi masa lalu—entah pamannya, entah papanya, entah orang yang ia kenal pernah terlibat perselingkuhan. Atau… terlalu banyak nonton Netflix. Dan itu membentuk pemaknaannya. Bagaimana dengan Melati? Ia punya referensi berbeda—entah keluarga, tetangga, atau pernah melihat orang kena serangan jantung di jalan. Referensi!
Jadi Firman diberitakan seperti ini untuk apa? Untuk memberikan referensi baru kepada kita supaya kita bisa memaknai kehidupan dengan benar. Makna yang benar menolong kita meresponi dengan benar, mengambil aksi yang benar, dan akhirnya mendapatkan hasil seperti yang Tuhan inginkan. Amin?
Empat alasan yang mungkin di balik apa yang terjadi
Saudara-Saudara, apapun yang terjadi dalam hidup kita, ada empat kemungkinan alasan. Ini pernah saya bahas beberapa tahun lalu di sini.
- God’s will — Tuhan berkehendak
- Natural law — hukum alam
- Human free will — kehendak bebas manusia
- Satanic intervention — intervensi Iblis
Bagi Bapak Ibu yang sekolah, kalau malas, jangan berharap hasil baik.
Bagi yang sales, sudah mau final round—kalau tidak prospecting, tidak follow up, jangan berharap capai target. Kenapa? Itu kehendak bebas manusia.Namun Saudara-Saudara, yang mau saya sampaikan adalah: life is complex.
Tahun 2025 ini saya pribadi mengalami banyak badai yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Bingkai berpikir seperti ini menolong kami melewatinya.
Kita saling doakan supaya kita kuat. Karena hidup kadang di luar dari apa yang kita rencanakan. Namun demikian, kita percaya Allah yang kita sembah adalah Allah yang baik. Dia bukan hanya punya kasih. Dia adalah kasih.
Entah itu decreed by God (ditetapkan Tuhan) atau permitted by God (diizinkan Tuhan), motivasi Allah cuma satu: kasih. Kasih-Nya kepadamu. Kasih-Nya kepadaku.
Roma 8:28 - Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
Dan itu membawa kita masuk kepada Roma 8:28. Roma 8:28 berkata:
- Kita tahu sekarang ...
- We know now ...
Ada banyak hal yang kita tidak tahu, Saudara. Tapi ada satu hal yang kita tahu. Apa itu?
- ... bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Amin?
Ada banyak hal yang Saudara dan saya tidak tahu. It’s okay. We can learn. Tapi ada satu hal yang pasti: Allah terus bekerja dalam apapun yang Saudara sedang alami.
Ada 5 poin dari Roma 8:28:
#1 Segala sesuatu bekerja untuk kebaikan - tidak selalu berarti hasilnya seperti yang kita harapkan
Saya ulang: Roma 8:28 memang berarti Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Ya dan amin. Tetapi itu tidak selalu berarti hasilnya sesuai dengan harapan kita. Karena kadang orang Kristen berpikir:
- “Kalau hasilnya tidak sesuai harapanku, berarti Roma 8:28 tidak terjadi untukku.”
No!
Kisah Bill Fong
Ada seorang pebowling bernama Bill Fong, adalah seorang yang suka banget main bowling. Dia bukan pemain bowling profesional, tetapi sesuatu terjadi di Texas, tempat dia tinggal. Waktu itu dia lagi main bowling bersama teman-temannya.
Seperti yang Bapak Ibu tahu, dalam bowling itu ada 10 pin kecil seperti di layar, ya kan? Kalau semua pin itu jatuh dalam satu lemparan, itu disebut apa? Strike. Dan kalau seseorang berhasil melakukan strike 12 kali berturut-turut, dia mendapatkan skor tertinggi, namanya perfect game, sama dengan 300 poin.
Singkat cerita, Bill Fong ketika lagi main bowling dengan teman-temannya, Saudara-Saudara, sudah sembilan kali strike. Tinggal satu kali lagi. Oke. Ketika game ke-10, dia siap-siap melempar bola. Sepuluh pin ada di sana. Dia lempar, sembilan jatuh, tinggal satu lagi. Kalau satu ini jatuh: perfect game. Ternyata… satu pin ini menolak untuk jatuh.
Kecewalah si Bill Fong.
Tapi Bapak Ibu, ketika dia sampai di rumah, satu jam kemudian dia jatuh. Dia sakit. Dan apa yang kemudian terjadi? Dokter berkata kepada Bill Fong, “Kalau kamu tadi mendapatkan lemparan sempurna beberapa jam yang lalu, tekanan darah dan adrenalinmu yang tinggi bisa membuat kamu meninggal di tempat.”
Jadi apa yang dikatakan oleh kisah ini? Kadang-kadang, apa yang dunia sebut “gagal” itu sebenarnya adalah tangan Tuhan yang sedang menyelamatkan Saudara dan saya. Amin, Saudara. We don’t know. We don’t know. But one thing for sure: apa yang dunia katakan gagal, Allah tetap sedang bekerja di dalamnya.
Iman Sadrakh, Mesakh, dan Abednego
Saudara-Saudara, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, ketika mereka mau dilempar ke dalam perapian api, mereka berkata:
- Allah kami sanggup melepaskan kami…
Tetapi:
- Sekalipun tidak, kami tidak akan menyembah berhala.
Itu di Daniel 3:17-18. Kalimat ini adalah inti dari Roma 8:28.
Apa artinya?
Mereka berkata: “Kami percaya Allah kami bisa melepaskan kami. Tapi kalau pun Allah tidak melepaskan kami, kami tetap percaya Allah kami baik.” Amin?
Iman mereka tidak bergantung pada hasil, tapi pada karakter Allah.
Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan
Dalam keluarga, ada seorang ibu yang berdoa agar anaknya cepat berubah, tetapi justru anaknya semakin memberontak. Beberapa tahun kemudian, anak itu bertobat dan berkata, “Ma, kalau bukan karena masa gelap itu, aku tidak akan mengenal Tuhan seperti aku mengenal-Nya sekarang.”
Dalam pekerjaan, ada karyawan yang di-PHK tanpa alasan yang jelas. Tentu ia kecewa. Tetapi tiga bulan kemudian, justru ia mendapat pekerjaan baru yang jauh lebih baik dan tidak perlu lagi pakai under the table.
Dalam kesehatan, ada orang yang bergumul dengan penyakit kronis. Melalui proses itu Tuhan membentuk kerendahan hati dan empati yang membuatnya menjadi saluran penghiburan bagi banyak orang lain yang menderita.
Saudara-Saudara, Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan, tetapi Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan untuk membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus.
#2 Segala sesuatu bekerja untuk kebaikan - Dalam gambaran besar, bukan dalam potongan kecil.
Katakan: gambaran besar. Katakan lagi: bukan potongan kecil.
Saudara-Saudara, Max Lucado menceritakan mengenai seorang petani tua dan miskin di satu desa yang memiliki seekor kuda putih. Saking cantiknya, kuda ini diincar oleh kepala desa. Ia mengutus orang-orang untuk membujuk si petani tua agar menjual kuda tersebut. Berapa pun harganya, ketua desa siap membayar.
Tetapi petani miskin ini berkata, “Mohon maaf, sampaikan kepada pimpinan kita: ini bukan binatang biasa. Ini seperti seorang sahabat. Bagaimana mungkin seorang sahabat bisa dijual? Mohon maaf.” Orang-orang pun pulang, dan ketua desa marah. Tapi dia berpikir, “Ya sudahlah.”
Empat hari kemudian, kuda putih ini lari dari kandangnya. Semua orang desa berkumpul di gubuk si petani tua. “Tuh kan! Lu sih gaya-gayaan! Udah tahu miskin, sok pelihara kuda yang indah dan cantik. Coba empat hari lalu kamu jual ke ketua desa, kamu minta berapa pun pasti dikasih. Kamu terkutuk!”
Petani tua menjawab, “Yang kita tahu: saya punya kuda putih. Ketua desa kita mau membelinya, saya tidak mau karena saya sayang pada kuda ini. Empat hari kemudian, kuda saya lari dari kandang. Apakah itu berkat atau kutukan? Kita tidak tahu. Jangan terlalu cepat ambil kesimpulan.”
Orang-orang desa merasa, “Ini orang sok filsuf. Jelas-jelas dia apes. ” Mereka pun pulang.
Dua hari kemudian, kuda itu kembali dari hutan… membawa sembilan ekor kuda liar. Semua orang desa datang lagi. “Wah! Ternyata kemarin bukan kutukan! Ini berkat! Tinggal dilatih, jadi uang semua. Kamu diberkati Tuhan!”
Petani tua berkata lagi, “Kalian terlalu cepat mengambil kesimpulan. Yang kita tahu: kuda saya pulang, bawa sembilan ekor kuda liar. Apakah ini kutukan atau berkat? Kita tidak tahu.”
Ia punya anak laki-laki usia 17 tahun. Anak ini mulai melatih kuda-kuda tersebut. Enam kuda berhasil dilatih. Kuda ketujuh marah, membanting anak itu dan menendangnya. Kaki kirinya patah.
Semua orang desa datang lagi. “Iya benar, kamu terkutuk. Satu-satunya anak laki-lakimu yang membantu di ladang sekarang kakinya patah.”
Petani tua menjawab, “Kalian jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Yang kita tahu: anak saya kakinya patah. Apakah itu berkat atau kutukan? Kita tidak tahu. Yang namanya hidup itu datang sepotong demi sepotong.”
Keesokan harinya, kepala desa mengumumkan: “Kita perang melawan desa sebelah. Semua anak laki-laki usia 17 tahun ke atas harus berangkat.” Semua orang tua desa menangis. Mereka datang ke rumah si petani tua: “Pak Tua, ternyata anakmu kakinya patah itu berkat, bukan kutukan. Anak-anak kami semua pergi dan mungkin tidak kembali. Minimal anakmu, walau kakinya patah, masih ada di sampingmu.”
Pak Tua marah, “Kalian semua kesetanan. Sudah saya katakan dari awal: hidup itu datangnya sepotong demi sepotong, tidak pernah datang dalam keutuhannya. Jangan pernah menyimpulkan. Hanya Allah yang tahu apa yang sedang Dia kerjakan.”
Saudara-Saudara, segala sesuatu Tuhan pakai untuk kebaikan, jangan hanya melihat satu musim kehidupan. Jangan. Kita sering melihat hidup seperti lihat satu potongan puzzle. Potongan itu bisa tampak tajam, aneh, menyakitkan. Tapi Tuhan melihat seluruh gambar. Dia tahu di mana potongan itu akan ditempatkan. Tugas kita? Turut saja. Allah tahu yang terbaik.
Dalam bisnis, kadang proyek gagal justru membuka jalan untuk peluang yang lebih besar. Banyak pengusaha Kristen bersaksi, “Kalau bisnis lama saya tidak bangkrut, saya tidak akan menemukan panggilan Tuhan di bisnis yang baru.”
#3 Segala sesuatu bekerja untuk kebaikan - Karena Tuhan baik, bukan karena kita baik
Jadi kalau tadi, Roma 8:28 itu versi Allah, bukan versi saya, kedua bukan potongan kecil, tapi gambaran besar. Yang ketiga, segala sesuatu bekerja untuk kebaikan karena Allah baik, bukan karena kita baik.
Mungkin ada di antara Saudara yang saat ini sedang bergumul dalam dosa, jatuh lagi dan lagi, dan merasa, “Aku tidak layak menerima janji Roma 8:28.” Alkitab mau mengatakan begini: Roma 8:28 menjadi milik Saudara dan saya bukan karena kita baik, tapi karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang baik.
Makanya di Roma 8:1 — berarti 27 ayat mundur dari ayat 28 ini — Paulus mencatat begini: Demikianlah sekarang… Therefore — jadi Roma pasal 1 sampai 8 itu menuju ke satu kesimpulan: Tidak ada lagi penghukuman. No condemnation. Tidak ada penghukuman kepada siapa? Kepada mereka yang percaya kepada Kristus, yang kelahirannya sebentar lagi kita rayakan.
Siapkan hati supaya Natal tahun ini tidak sama dengan Natal-Natal sebelumnya. Amin, Saudara?
#4 Segala sesuatu bekerja untuk kebaikan - Bagi mereka yang mengasihi Dia
Ternyata, segala sesuatu bekerja untuk kebaikan ini tidak berlaku umum, Saudara! Ini bukan untuk semua orang. Anda bisa datang ke gereja; Anda bisa pelayanan; Saya bisa menyampaikan Firman; tapi Firman ini belum tentu menjadi milik kita.
Karena Roma 8:28 itu ada syaratnya. Apa syaratnya?
- Bagi mereka yang mengasihi Kristus.
Nah, mengasihi Kristus itu ternyata ada tahapannya.
- Tahap pertama adalah Knowing: mengenal Allah, mengenal Kristus.
- Tahap kedua: You will love Him.
- Tahap ketiga: Loving Jesus → Serving Jesus.
- Tahap keempat: Joy.
- Serving God and serving His people.
- Loving God and loving His people.
- Knowing God, knowing yourself, knowing people.
- Tahap kelima: Sharing.
Kalau Bapak Ibu mengenal Kristus—mengapa Dia turun ke bumi, meninggalkan surga yang indah itu?—Filipi menuliskan dengan indah dalam bukunya The Jesus I Never Knew. Mengapa Yesus yang tidak terbatas mau dibatasi dalam rahim Maria? Mengapa Dia rela turun? Filipi mencatat: “Ia mengosongkan diri-Nya”—kenosis.
If you know Him, tahap berikutnya pasti terjadi:Di sinilah damai sejahtera itu muncul. Sukacita bukan lagi mobil mewah, rumah mewah—itu boleh ada, tetapi itu bukan sumber damai dan sukacitamu.
Sumber damai dan sukacitamu berasal dari mana?
Jadi, Roma 8:28 itu sedang berbicara tentang ini: Do you know Him? Do you love Him? Do you serve Him?
#5 Segala sesuatu bekerja untuk kebaikan - Sesuai dengan tujuan Allah
Pertanyaannya: apa tujuan Allah? Roma 8:28 tidak boleh berhenti di ayat 28. Lanjut satu ayat lagi, ayat 29, di situlah jawabannya.
- Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Anak-Nya itu menjadi yang sulung di antara banyak Saudara.
Kapan kita dipilih?
- Efesus 1:4 mengatakan: Sebelum dunia dijadikan.
Ini anugerah, Saudara. Ini grace. Engkau tidak memilih Allah. Engkau tidak mencari Allah. Kita bahkan tidak mengenal Dia.
Dia yang memilih engkau, bahkan sebelum dunia dijadikan. Mengapa? Karena bagi mereka yang ditentukan dari awal, mereka ditentukan menjadi serupa dengan Kristus.
Supaya apa? Supaya engkau dan saya menjadi “Kristus-kristus kecil.” Apa maksudnya? Galatia 5:22—buah Roh! Mulai dari kasih… sampai kepada penguasaan diri.
- Berapa lama engkau mengikut Kristus?
- Sudah berapa banyak Natal yang kita rayakan?
- Betulkah kita bertumbuh menjadi seperti Kristus?
Karena Roma 8:28 itu, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita Tuhan jadikan kebaikan untuk satu tujuan: Agar kita menjadi serupa dengan Kristus. Itu tujuannya!
Bagaimana Saudara akan mempraktikkannya minggu ini? Siapkah hatimu menyambut Kristus yang lahir? Mari kita refleksikan itu.
Amin.

