Taklukkan musuh dalam pikiran!
| Inspirational | |
|---|---|
| Tanggal | 08 September 2025 |
| Oleh | Doddy Agungpamudji |
| Baca juga | |
| |
Sering kali, peperangan terbesar yang kita hadapi bukanlah yang terlihat di luar, melainkan yang terjadi di dalam diri kita—di dalam pikiran. Di sanalah musuh sering bersembunyi, berbisik dengan halus dan menanamkan keraguan, ketakutan, bahkan kebohongan.
karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Sering kali, peperangan terbesar yang kita hadapi bukanlah yang terlihat di luar, melainkan yang terjadi di dalam diri kita—di dalam pikiran. Di sanalah musuh sering bersembunyi, berbisik dengan halus dan menanamkan keraguan, ketakutan, bahkan kebohongan. Ada kalanya pikiran kita berkata: “Kamu tidak mampu. Tuhan tidak peduli. Lebih baik menyerah saja.” Pikiran-pikiran semacam ini bisa menjadi benteng yang membelenggu hati, membuat kita kehilangan damai, dan akhirnya menjauh dari rencana Allah.
Firman Tuhan mengingatkan dalam 2 Korintus 10:4-5 bahwa senjata kita bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah untuk meruntuhkan benteng-benteng. Paulus berkata bahwa kita harus menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. Artinya, setiap kali muncul suara yang bertentangan dengan Firman, kita tidak boleh membiarkannya tumbuh menjadi ketakutan atau keraguan, melainkan segera menyerahkannya kepada Yesus.
Alkitab penuh dengan contoh tentang musuh dalam pikiran. Petrus yang mulai berjalan di atas air merasa gentar ketika melihat angin ribut, dan ia pun mulai tenggelam karena pikirannya lebih terpaku pada badai daripada pada Yesus. Hawa pun jatuh ke dalam tipu daya ular ketika pikirannya diracuni kebohongan bahwa Allah menahan sesuatu yang baik darinya. Demikian juga tentara Israel yang ketakutan menghadapi Goliat, padahal Allah sanggup memberi kemenangan. Semua ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh pikiran dalam menentukan sikap kita.
Kalau kita melihat keadaan bangsa kita sekarang, kita juga bisa menyadari betapa pikiran memegang peran besar dalam membentuk tindakan. Demo besar-besaran, kegelisahan sosial, bahkan bentrokan yang kita saksikan di jalanan, semuanya berawal dari pikiran—pikiran yang dipenuhi rasa tidak puas, ketidakpercayaan, atau kemarahan. Pikiran yang tidak ditangkap dan diarahkan bisa menjadi bara kecil yang akhirnya membakar situasi lebih luas.
Sama halnya dalam hidup pribadi, ketika pikiran kita tidak dijaga, ia bisa melahirkan perkataan yang melukai, sikap yang menghancurkan, bahkan keputusan yang membawa penyesalan.
Roh Kudus bekerja memperbarui cara kita berpikir. Roma 12:2 mengingatkan kita untuk tidak menjadi serupa dengan dunia, melainkan berubah oleh pembaharuan budi, sehingga kita dapat membedakan kehendak Allah. Roh Kudus menyingkapkan kebohongan musuh dan menggantinya dengan kebenaran. Damai Kristus menguasai hati kita dan memberi kekuatan untuk berjalan dengan iman, bukan dengan ketakutan atau kemarahan.
Hari ini, kalau pikiranmu dipenuhi oleh rasa cemas, bersalah, atau tidak layak, ingatlah: itu bukan suara Kristus. Pikiran yang berasal dari Yesus selalu membawa damai, pengharapan, dan kehidupan. Menaklukkan pikiran kepada Kristus berarti belajar mendengar suara-Nya lebih keras daripada suara musuh. Itu berarti memilih untuk percaya pada Firman meski keadaan berkata sebaliknya.
Tuhan Yesus memberkati.