Teladan rendah hati

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 26 Desember 2024 08.07 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Lukas 2:7

Ketika Tuhan Yesus lahir di bumi, kehadiran-Nya menampilkan sifat rendah hati. Dia adalah Allah, Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Agung, namun ketika datang ke bumi untuk berjumpa dengan kita ciptaan-Nya, Dia sama sekali tidak membawa apapun dari kebesaran-Nya, kuasa-Nya, kemuliaan-Nya, melainkan sedemikian rendah tak bermartabat. Kelahiran-Nya di bumi bukan di rumah gedongan, atau kalau pinjam keadaan hari ini, bukan di rumah sakit mewah, melainkan di kandang hewan.

Ada dua kontras yang paradoks (berkebalikan) yang terjadi pada peristiwa kelahiran-Nya. Dia Maha Kuasa, namun kenyataannya lemah tak berdaya. Dia Maha Mulia, namun yang nampak adalah miskin dan ditolak, nyatanya untuk kelahiran-Nya saja tidak ada tempat yang mau menerima. Kehadiran Yesus ke dunia adalah demi menanggung harga untuk membalikkan status kita dikembalikan kepada rancangan-Nya yang awal atas kita. Kita diciptakan serupa dan segambar dengan-Nya, dalam kemuliaan-Nya.

Kenyataan paradoks inilah yang membuat kita bisa menerima anugerah-Nya yang maha besar, yang tak akan pernah bisa dilakukan oleh siapapun. Itulah kasih-Nya yang sempurna dan Agung bagi kita.

  1. Dia Anak Allah menjadi manusia, supaya kita manusia menjadi anak Allah (Yohanes 1: 12; 1 Yohanes 3: 1-2)
  2. Dia yang benar dijadikan dosa, supaya kita yang berdosa dikuduskan dan dibenarkan Allah (2 Korintus 5: 21)
  3. Dia yang Maha kaya menjadi miskin, supaya kita menjadi kaya (2 Korintus 8: 9)
  4. Kita yang tadinya budak dosa diubah-Nya untuk berkuasa dan memerintah bersama-Nya (Wahyu 2: 28-29, Wahyu 3: 21)

Yesus yang Maha Tinggi telah datang di bumi menjadi begitu rendah, supaya mengangkat kita yang rendah untuk layak ditinggikan bersama Dia pada waktu-Nya. Karena itu mari ikuti teladan Yesus, kitapun menjadi rendah hati.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (Filipi 2:5-6)

Sebagai orang yang telah mengalami kasih dan anugerah-Nya, maka kitapun haruslah mengenakan pikiran-Nya, dan merasakan perasaan-Nya, yaitu jadi rendah hati, dan mencari untuk jadi kebaikan bagi orang lain. Yesus tidak mempertahankan ke Maha an-Nya sebagai Allah, melucuti diri, jadi hamba, tidak menyandang martabat kemuliaan di bumi sebagai bangsawan Kerajaan, melainkan memberikan diri-Nya demi kebaikan orang banyak. Jadi marilah ikuti teladan-Nya, kitapun melepaskan ego dan kebanggaan martabat yang dibanggakan manusia, menjadi orang yang menyembunyikan diri di dalam Kristus. Supaya Kristus yang Nampak dari hidup kita, perilaku dan pelayanan kita. Mari kenakan firman ini:

Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. (Kolose 3:3-4)

Kristus telah datang memberi teladan, mari melalui perenungan Natal ini kita ikuti dan mengenakan teladan Kristus rendah hati, sebab kita dipersiapkan untuk dipermuliakan bersama Dia pada saat DIA datang kembali.

Amin. (MG)

Ketika Tuhan Yesus lahir di bumi, kehadiran-Nya menampilkan sifat rendah hati. Dia adalah Allah, Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Agung, namun ketika datang ke bumi untuk berjumpa dengan kita ciptaan-Nya, Dia sama sekali tidak membawa apapun dari kebesaran-Nya, kuasa-Nya, kemuliaan-Nya, melainkan sedemikian rendah tak bermartabat.