Pedoman Pelayanan Pendeta Ibadah kedukaan (pemakaman dan kremasi)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 23 Oktober 2024 13.18 oleh Leo (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Pemakaman

I. Pendahuluan

A. Berita Alkitab tentang kematian

Kedukaan di sini berhubungan erat atau bagian dari kematian. Istilah “mati” sudah muncul dalam Alkitab diucapkan Tuhan berkenaan dengan akibat dosa (Kejadian 2:17). Sejak manusia jatuh ke dalam dosa fakta kematian menjadi bagian dari hidup manusia.

Alkitab dengan jelas bebicara tentang fakta kematian:

  • Kematian jasmani, yaitu terpisahnya roh dengan tubuh manusia.
  • Kematian rohani, yaitu terpisahnya roh manusia dari hadirat Allah, yang akan berakhir dalam siksaan api neraka.
  1. Kematian orang beriman
  2. Alkitab Perjanjian Lama dengan tegas menyatakan, orang beriman adalah orang yang mengikuti jalan Tuhan, takut akan Allah. Sebagian saksi-saksi iman dalam PL telah diringkaskan dalam Ibrani 11. Dimulai dengan Habel, Henokh, Nuh, dan seterusnya. Dalam PB lebih tegas lagi, orang beriman adalah orang yang bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat (Yohanes 1:12; 3:16). Banyak sebutan bagi orang-orang beriman yang meninggal, antara lain: selamat, menerima hidup kekal, bersama Tuhan masuk Firdaus, masuk sorga, di pangkuan bapak Abraham, menjadi anak-anak Allah, dan lain-lain.

    Bagi orang beriman ada pernyataan Allah:

    1. Mazmur 116:5:
    2. “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”

    3. Pengkhotbah12:7:
    4. “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”

    5. Daniel 12:2-3:
    6. “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal. Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.”

    7. Daniel 12:13:
    8. “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.”

    9. Matius 16:25,27,28:
    10. “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”

    11. Matius 25:23:
    12. “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

    13. Lukas 16:22:
    14. “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.”

    15. Lukas 23:43:
    16. ‘Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

    17. I Tesalonika 4:16-17:
    18. “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”

    19. II Timotius 4:7-8:
    20. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”

    21. Wahyu 2:10:
    22. “…..Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”

    23. Wahyu 7:16-17:
    24. “Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”

    25. Wahyu14:13:
    26. “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”

    27. Wahyu 20:6:
    28. “Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.”

  3. Kematian orang di luar Tuhan
  4. Yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang yang menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Orang yang demikian ini yang disebut mati rohani. Kematian rohani sering disebut dengan istilah: maut, binasa, terhilang, masuk neraka, kematian kedua, jurang maut, lautan api, dan lain-lain. Gambaran tentang kematian jasmani dan kematian rohani diungkapkan dalam Lukas 16:19-31 tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin.

    Dalam kitab Wahyu juga sangat jelas tentang hal ini terutama dalam pasal-pasal terakhir.

    Beberapa pernyataan Alkitab tentang mereka:

    1. Mazmur 104:29:
    2. “Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.”

    3. Matius16:26:
    4. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”

    5. Matius 25:30:
    6. “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

    7. Matius 25:46:
    8. “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

    9. Lukas 16:24, 28:
    10. “…sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”

    11. Wahyu 19:20:
    12. “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.”

    13. Wahyu 20:10, 15:
    14. “…dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”

B. Khotbah dan doa dalam ibadah kedukaan

  1. Bukan berdoa untuk arwah almarhum
  2. Agama/kepercayaan tertentu meyakini bahwa arwah orang yang meninggal masih ada kesempatan masuk sorga dan tidak selamanya dalam hukuman neraka. Apalagi kalau didoakan oleh keluarga yang masih hidup di dunia ini, karena itu mereka mendoakan arwah orang yang sudah meninggal agar dapat diterima di sisi Allah dan masuk Sorga.

    Alkitab jelas menyatakan bahwa arwah orang yang sudah meninggal selamat atau binasa, masuk Sorga atau Neraka ditentukan pada waktu hidup di dunia ini, apakah ia bertobat dan menerima keselamatan yang ditawarkan Allah dalam Yesus Kristus atau menolaknya. Karena itu dalam ibadah kedukaan maupun penghiburan, para Hamba Tuhan GBI tidak mendoakan arwah almarhum, demikian juga isi khotbahnya tidak mengajarkan berdoa untuk arwah almarhum. Tidak juga berdoa kepada arwah almarhum (Ulangan 18:11).

    Orang beriman dilarang juga berdoa kepada arwah-arwah, misalnya untuk minta berkat, minta perlindungan, minta hari baik serta tidak juga minta ampun kepada arwah untuk dosa-dosa masa lampau. Permintaan ampun seharusnya dilakukan pada orang yang masih hidup.

  3. Isi khotbah dan doa sesuai kesaksian hidup almarhum semasa hidupnya
  4. Salah satu kebiasaan sosial masyarakat di Indonesia adalah memuji dan menyanjung orang yang baru meninggal, bahkan berlebihan. Benar bahwa kita juga tidak boleh mengungkit keburukan orang yang sudah meninggal. Tetapi juga tidak perlu menyanjung kebaikannya. Isi khotbah dan doa yang disampaikan yang wajar dan netral saja. Kalau ada jasa-jasa dan perbuatan baik almarhum, sebutkan saja sebagai suri teladan yang patut dihargai dan dilanjutkan. Sebaliknya kalau almarhum semasa hidupnya berkelakuan buruk dan menjadi batu sandungan di tengah keluarga dan masyarakat, pengkhotbah juga tidak perlu menyebut atau membesar-besarkan serta mengecilkan dosa dan kesalahan masa lampaunya.

C. Adopsi sinkretisme

  1. Penutupan peti dan malam kembang
  2. Kedua acara itu adalah warisan agama dan budaya Tionghoa. Sebagian masyarakat yang sudah menjadi Kristen masih melakukan tradisi itu, atau atas permintaan keluarga besarnya. Sebaiknya istilah “malam kembang” tidak digunakan, tetapi diganti dengan ibadah penghiburan, ibadah tutup peti, dan lain-lain.

  3. Ibadah penghiburan, bukan peringatan 3 hari, 7 hari, 40 hari dan 1 tahun orang meninggal
  4. GBI tidak melakukan ibadah peringatan kematian, misalnya hari ke 3, 7, 40 atau 1 tahun orang yang meninggal. Ibadah penghiburan diadakan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum.

    Ibadah ini bisa dilakukan beberapa hari setelah upacara pemakaman, tetapi jangan dilakukan pada hari ketiga atau ketujuh setelah kematian agar jemaat dan hadirin tidak meyakini bahwa GBI juga percaya arwah almarhum masih hadir setelah kematian di sekitar tempat hidupnya dulu.

    Setelah itu tidak perlu lagi diadakan ibadah penghiburan (hari ke-40 dan 1 tahun). Isi khotbah harus jelas untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan, bukan untuk memperingati yang telah meninggal.

D. Kematian karena musibah

  1. Meninggal karena kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri
  2. Dalam melayani ibadah yang demikian, Hamba Tuhan perlu minta hikmat khusus dari Tuhan.

    Yang perlu diperhatikan/disampaikan:

    1. Kematian adalah kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Manusia diberi wewenang untuk mengelola hidup, tapi tidak berhak mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri) maupun mengambil nyawa orang lain.
    2. Bukan cara bagaimana meninggalnya, tetapi bagaimana cara hidupnya. Musibah yang terjadi tidak perlu dibahas dalam ibadah.
    3. Tidak perlu menyalahkan siapapun atau apapun termasuk Tuhan yang mengizinkan hal ini terjadi.

  3. Keluarga tetap dihibur
  4. Dalam ibadah kedukaan/penghiburan ini apapun situasinya, fokus utama adalah penghiburan terhadap keluarga, agar mereka tidak tenggelam dalam kedukaan, tapi bangkit melanjutkan tugas-tugas kehidupan dan kembali setia mengiring/melayani Tuhan.

II. Tata ibadah pemakaman

A. Di rumah duka

Pengantar:

Pendeta memasuki ruang duka memberi salam kepada keluarga, terutama keluarga yang terdekat dengan almarhum. Dalam kedukaan ini biasanya seluruh kerabat/keluarga besar hadir. Sebaiknya pendeta tidak menunjukkan sikap yang memberi kesan berdoa dan menghormati jenazah.

Pelaksanaan ibadah tutup peti:

  1. Pemimpin Ibadah (WL atau langsung Pendeta) berdiri di samping peti jenazah.
  2. Hadirin (Jemaat, keluarga, tamu yang hadir) dipersilakan berdiri.
  3. Nyanyian Pembuka
  4. Doa pembukaan.
  5. Nyanyian Pujian
  6. Paduan Suara/vocal group (kalau ada)
  7. Doa dan Pemberitaan Firman
  8. Doa singkat penutup firman
  9. Sambutan keluarga dan pengumuman.
  10. Hadirin dipersilakan melihat terakhir almarhum sebelum peti ditutup. Didahului keluarga, lalu jemaat dan hadirin yang lain.
  11. Doa syafaat diakhiri doa berkat. Hadirin dipersilakan berdiri.
  12. Peti jenazah ditutup oleh petugas
  13. Ibadah selesai

B. Di pemakaman

Setelah peti jenazah diletakkan pada balok di atas liang lahat, Pendeta berdiri di di sisi peti dekat bagian kepala. Sound system dipersiapkan dengan baik agar tidak terganggu selama acara ibadah.

  1. Pendeta menyampaikan salam pembuka sekaligus mengajak seluruh hadirin menyiapkan diri untuk mulai ibadah.
  2. Nyanyian Pujian.
  3. Doa dan pembacaan Alkitab.
  4. Renungan singkat, jelas, dan lantang karena di tempat terbuka.
  5. Doa singkat penutup renungan.
  6. Pendeta mempersilakan petugas menurunkan peti jenazah ke liang kubur.
  7. Pendeta mengambil segenggam tanah dan menaburkan ke atas peti sambil mengucapkan:
    dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya. (Pengkhotbah 12:7)
  8. Pendeta mengambil segenggam kembang tabur yang sudah disiapkan sambil mengucapkan:
    Sebab: “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu. (1 Petrus 1:24-25)
    Lalu menaburkan kembang tabur tersebut ke atas peti jenazah.
  9. Hadirin dipersilakan menaburkan bunga dimulai dengan keluarga, anggota jemaat dan semua yang hadir.
  10. Setelah semua menabur bunga, petugas dipersilakan menimbun liang dengan tanah. Papan nama yang biasa berupa salib dengan nama dan tanggal kematian almarhum ditancapkan di bagian kepala makam. Sisa bunga tabur ditaburkan di atas tanah.
  11. Pendeta kembali berdiri dekat tanah makam, memberi kesempatan keluarga memberi kata sambutan atau pengumuman.
  12. Pendeta mengakhiri dengan doa berkat.
  13. Ibadah pemakaman selesai.

Kremasi

A. Pengantar

Dalam sejarah Perjanjian Lama orang-orang yang matinya dibakar adalah orang-orang yang disebut kafir. Ada juga orang-orang Israel yang berdosa dan dihukum bakar. Semua leluhur dan raja-raja Israel, betapapun jahatnya mereka, matinya dikubur. Bandingkan kitab Raja-raja, terutama raja-raja kerajaan Utara (Israel). Juga baca Lukas 16 (orang kaya dan Lazarus).

Dewasa ini di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia, warisan agama dan tradisi leluhur membuat orang-orang meninggal dikremasikan, termasuk warga jemaat GBI. Namun di negara-negara yang wilayahnya terbatas seperti Singapura dan Hongkong, alasan kremasi bukan lagi sekedar warisan tradisi atau agama, tetapi memang karena tidak adanya tanah pemakaman dan karena alasan praktis (contoh: iuran makam, perpanjangan kontrak makam, dan pemeliharaannya).

B. Berita Alkitab tentang kematian tubuh jasmani

Telah disebutkan dalam Alkitab, PL maupun PB bahwa bahwa tubuh manusia bersifat fana. Tubuh berguna dan memegang peran penting selama roh masih berdiam di dalamnya. Pengkhotbah 3:20 dan 12:7 menyatakan:

Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu…. dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

Begitu juga dalam 2 Korintus 5:1,

Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Dan banyak ayat yang lain.

Artinya setelah roh meninggalkan tubuh jasmani, tubuh ini sama sekali tidak berguna, cepat atau lambat akan rusak dan kembali menjadi debu tanah. 1 Korintus 15:51-53 memberitakan tentang kebangkitan tubuh:

Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.

Apapun yang diperlakukan terhadap jenazah yang sudah ditinggalkan rohnya, sama sekali tidak berpengaruh terhadap keselamatan dan kebangkitan.

C. Dikubur atau kremasi

GBI percaya bahwa orang yang telah meninggal dunia harus dikuburkan seperti teladan para tokoh Alkitab, seperti: Abraham, Yusuf, Daud, Yesus.

Kremasi tidak dicatat dalam Alkitab. Namun GBI menolak pandangan bahwa orang yang dikremasi itu pasti masuk neraka.

Keselamatan kekal seseorang terjadi ketika seseorang percaya kepada Yesus saat dia hidup. Perlakuan terhadap jasadnya setelah meninggal (misalnya: dikremasi) tidak mempengaruhi keselamatannya. Karena itu bilamana terpaksa, kremasi bisa ditoleransi bilamana pemerintah mengharuskannya karena kelangkaan tanah dan mahalnya biaya penguburan (ini bisa dialami oleh jemaat GBI misalnya: di Singapore, Hong Kong, Amerika Serikat). Namun sedapat mungkin tetap penguburan adalah cara utama yang dipilih. Bilamana pihak keluarga mendesak untuk jenazah dikremasi, maka bisa saja upacara penghiburan dilakukan di rumah duka, namun tidak harus dilaksanakan di krematorium.

D. Abu jenazah

Sebagai orang beriman yang tidak memberhalakan apapun termasuk abu jenazah, maka abu tersebut tidak perlu dibawa pulang atau disimpan di tempat tertentu yang sewaktu-waktu dapat dikunjungi lagi. Abu tersebut dapat ditinggalkan di tempat kremasi atau dibuang di laut.

Tanya jawab

Tanya Jawab
Kalau seseorang meninggal, sebagian keluarganya sudah Kristen, sebagian lain masih beragama lain. Kedua belah pihak sama-sama ingin melakukan ibadah kedukaan sesuai dengan agama mereka masing-masing. Apakah Hamba Tuhan GBI juga akan melakukannya secara Kristen?
  1. Tanyakan kepada anggota keluarga yang bukan Kristen, apakah mereka menyetujui kalau diadakan juga ibadah Kristen.
  2. Kalau setuju, ibadah dilakukan. Ibadah dilakukan bukan untuk yang meninggal, tetapi untuk menghibur yang ditinggalkan sekaligus kesempatan memberitakan Injil kasih Allah.
  3. Kalau keluarga yang Kristen ditambah anggota jemaat dan hadirin yang seiman jumlahnya cukup banyak, lakukan ibadah lengkap sesuai dengan tata ibadah. Kalau hanya sedikit, kurang dari sepuluh, lakukan yang lebih sederhana tanpa mengurangi intinya. Ajak mereka duduk di deretan kursi paling depan.
  4. Bila tidak disetujui, ibadah kedukaan secara Kristen tidak perlu dipaksakan, karena keselamatan sudah dipastikan semasa hidup bagi orang yang Bertuhankan Kristus.
Bolehkah memasukkan Alkitab dan barang-barang milik almarhum ke dalam peti jenazah? Memasukkan Alkitab dan barang-barang milik almarhum tidak perlu dipermasalahkan. Perbuatan itu tidak bermakna apapun menurut iman Kristen. Sebaiknya tidak dimasukkan barang-barang berharga agar kuburan tidak dibongkar kelak.
Apakah seorang Pejabat Gereja yang belum Pendeta (yaitu Pdp dan Pdm) atau pengerja boleh melayankan Ibadah Kedukaan? Boleh atas seizin atau direkomendasikan Pendeta/Gembala Jemaat.