Akibat kontras dari menerima kasih karunia melalui iman

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 05.11 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (Ibrani 11:35)

Ayat ini menjadi ayat jembatan antara berkat yang kita nikmati karena percaya kepada Allah, dengan kesulitan yang harus dialami karena mengandalkan Allah. Di sini kita melihat akibat yang sangat kontras dari menerima kasih karunia melalui iman. Dengan mudah kita dapat mengerti akan berkat-berkat yang ada. Namun kita tidak terbiasa untuk mengerti bahwa ada kesulitan-kesulitan akibat menerima kasih karunia melalui iman.

Bahkan berkat kebangkitan kembali dari orang-orang yang dikasihi bukanlah hal yang mengejutkan dalam sejarah umat Allah, karena kita melayani Allah yang berkuasa membangkitkan. Elia mengerti kebenaran ini. Oleh karena itulah ia tidak ragu ketika Allah menginginkan agar ia menjadi sarana untuk melakukan mujizat kebangkitan. Mujizat ini terjadi di rumah seorang janda yang menyediakan makanan bagi Elia. “Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi” (1 Raja-raja 17:17). Janda yang beriman ini sangat tertekan dan terkejut. “Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?” (1 Raja-raja 17:18). Dalam situasi seperti ini, biasanya doa dinaikkan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan. Namun, Elia dipimpin untuk berseru bagi anak itu. “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya” (1 Raja-raja 17:21). Tuhan meneguhkan bahwa seruan tersebut sesuai dengan kehendak-Nya dengan membangkitkan anak itu. “TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali” (1 Raja-raja 17:22).

Berkat mujizat terjadi karena iman kepada Allah. Namun, iman kepada Allah tidak selalu menghasilkan berkat-berkat yang demikian yang sementara, seperti yang dicatat oleh ayat renungan kita hari ini “Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik." Hidup dalam iman adalah tema utama dalam pasal ini (“Karena iman… “Ibrani 11:3-5). Hidup dalam iman juga tema utama dalam ayat ini (“Yang karena iman…”Ibrani 11:33). “Orang-orang lain” ini disiksa karena iman mereka. Iman mereka kepada Allah akan memberikan kepada mereka sebuah berkat yang kekal, yang akan mereka nikmati pada saat kebangkitan orang-orang benar.

Sudut pandang ini juga berlaku bagi kita. “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18). Sementara itu, kita dapat belajar untuk hidup dalam kuasa kebangkitan: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10).

Doa

Ya Allah yang membangkitkan, aku berseru kepada-Mu untuk membangkitkan area dan situasi hidupku yang mati. Aku memandang kepada-Mu untuk kuasa yang membuat aku bertahan dalam masa-masa kesulitan. Ajar aku untuk hidup dari hari ke hari dalam kuasa kebangkitan-Mu. Amin.

Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (Ibrani 11:35) Ayat ini menjadi ayat jembatan antara berkat yang kita nikmati karena percaya kepada Allah, dengan kesulitan yang harus dialami karena mengandalkan Allah. Di sini kita melihat akibat yang sangat kontras dari menerima kasih karunia melalui iman. Dengan mudah kita dapat mengerti akan berkat-berkat yang ada. Namun kita tidak terbiasa untuk mengerti bahwa ada kesulitan-kesulitan akibat menerima kasih karunia melalui iman.