Tuhan memberi dengan cuma-cuma, manusia menerima dengan rendah hati

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 05.08 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32)

Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya? (1 Korintus 4:7)

Rencana Allah untuk menolong dan mengubah hidup dengan kasih karunia-Nya dilakukan dengan jalan Anak-Nya diberikan sebagai korban atas dosa kita: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua.” Anak Allah yang dianugerahkan kepada kita menjamin kita bahwa Allah juga akan memberikan kepada kita semua yang kita perlukan di dalam Kristus. “Bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Pemberian Tuhan harus disertai dengan penerimaan manusia. Saat Tuhan memberi dengan cuma-cuma kepada manusia, Ia menghendaki agar manusia menerima dengan rendah hati.

Setiap berkat yang sudah kita terima datang dari Allah. “Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?” Tidak ada sumber lain yang darinya kita dapat menerima berkat rohani yang sejati selain dari Allah. “Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga” (Yohanes 3:27). Sukacita memiliki Yesus dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah dapat terjadi karena kita menerima Dia. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah” (Yohanes 1:12). Fakta bahwa sekarang kita sudah berdamai dengan Allah dan bukan lagi menjadi musuhnya adalah karena kita menerima anugerah pendamaian. “Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” (Roma 5:11). Kehormatan untuk melayani Tuhan dalam pelayanan adalah sebuah anugerah kasih karunia yang harus diterima: “pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah Para Rasul 20:24). Karunia-karunia rohani yang kita perlukan untuk dapat melayani adalah juga berkat yang kita terima dari Tuhan. “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10)

Mulai dari keselamatan hingga pertumbuhan rohani dan pelayanan, semua yang kita perlukan harus kita terima dari Tuhan. Ini adalah sebuah kebenaran yang menguatkan. Namun juga sebuah kebenaran yang membuat kita rendah hati. Tidak ada tempat bagi kita untuk memegahkan diri. “Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”

Doa

Ya Allah, aku mengakui bahwa semua berkat yang pernah aku terima adalah pemberian dari Engkau. Dengan rendah hati aku sujud di hadapan-Mu, mengakui bahwa sebenarnya aku tidak layak untuk menerima satupun dari berkat-berkat-Mu yang tak terhitung banyaknya. Aku memuji Engkau karena Engkau memberikan semuanya dengan cuma-cuma kepadaku. Dengan rendah hati aku mau menerima dari Engkau setiap hari. Amin.

Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32)

Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya? (1 Korintus 4:7)

Rencana Allah untuk menolong dan mengubah hidup dengan kasih karunia-Nya dilakukan dengan jalan Anak-Nya diberikan sebagai korban atas dosa kita: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua.”