Yosua memimpin umat Allah dalam kemenangan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.10 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" (Yosua 5:13-14)

Ketika Musa memimpin orang Israel kepada Allah saat mereka menghadapi peperangan, ia sedang mengajar umat Israel untuk hidup dalam kasih karunia, di mana Allah yang bekerja untuk umat-Nya. “Sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu” (Ulangan 20:4). Yosua memperlihatkan kebenaran yang sama ketika ia memimpin bangsa Israel kepada kemenangan Allah.

Sebelum pertempuran pertama di Yerikho, Tuhan memberikan kesempatan kepada Yosua untuk menyatakan kesetiaannya kepada Tuhan sebagai Panglima Balatentara Israel. “Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?” Tuhan menampakkan diri sebagai seorang prajurit bersenjata. Yosua beratnya apakah prajurit tersebut sekutu atau musuh Israel. Tuhan menjawab bahwa Ia adalah pemimpin dari Israel. “"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah.” Pada saat itu, Yosua menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sebagai Panglima Balatentara Allah. “Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?” Yosua sadar bahwa kemenangan hanya akan dapat diberikan oleh sang Panglima sorgawi.

Di Yerikho, Panglima ilahi ini akan menyebabkan tembok-tembok kota tersebut runtuh, saat umatnya dengan rendah hati mengandalkan Dia, dengan taat berbaris mengelilingi kota. “Segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu” (Yosua 6:20). Di Ai, sang Panglima memerintahkan Yosua untuk melakukan strategi perangkap dengan menggunakan dua kelompok penyerang. “Jika kami melarikan diri dari hadapan mereka, maka kamu harus bangun dari tempat persembunyianmu itu untuk menduduki kota itu, dan TUHAN, Allahmu, akan menyerahkannya ke dalam tanganmu” (Yosua 8:6-7). Saat mereka melawan raja orang Amori, sang Panglima menyebabkan hujan batu dan hari yang diperpanjang untuk memberikan kemenangan kepada orang Israel. “TUHAN melempari mereka dengan batu-batu besar dari langit” (Yosua 10:11) “Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh” (Yosua 10:13). Baik dengan perintah berbaris yang tidak biasa, dengan strategi yang masuk akal, dengan fenomena alam, atau perpanjangan waktu yang ajaib, sang Panglima selalu membawa kemenangan.

Doa

Allah Israel yang perkasa, aku memandang kepada Engkau sebagai Yang Berkuasa atas peperanganku, Ia yang berperang untuk aku. Biarlah Engkau membawa kemenangan dalam hidupku sebagaimana Engkau berkenan – baik dengan yang tidak biasa, maupun yang masuk akal, yang alamiah maupun yang ajaib. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" (Yosua 5:13-14) Ketika Musa memimpin orang Israel kepada Allah saat mereka menghadapi peperangan, ia sedang mengajar umat Israel untuk hidup dalam kasih karunia, di mana Allah yang bekerja untuk umat-Nya.