Kekristenan dan patriotisme

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 November 2022 04.03 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal18 Agustus 2013
PenulisPdt Chris Silitonga, MEd
Renungan khusus lainnya

Merenungkan kembali peran kita sebagai seorang Kristen dan Warga Negara Indonesia.

“Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah Tuhan, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri.” (Mazmur 33:12)

“Merdeka! ” - satu kata yang akan selalu dimengerti dan diingat oleh seluruh orang Indonesia.

“17 Agustus 1945” - satu tanggal yang tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang menyatakan bahwa Merah-Putih adalah Bendera Kebangsaan-nya. Bulan Agustus ini adalah bulan yang sangat berarti bagi kita orang Indonesia karena pada bulan inilah kita semua memperingati berkat Tuhan yang Ia berikan kepada bangsa kita: kemerdekaan. Satu pernyataan yang harus kita ingat adalah bahwa kalau Indonesia bisa ada dan tetap exist hingga saat ini, itu semua karena Tuhan. Tuhan-lah yang mendirikan Indonesia, dan Ia juga yang akan tetap menjaga dan memberkatinya. Amin!

Sejarah bangsa dan negara kita jelas menunjukkan bahwa Tuhan yang kita sembah dalam nama Yesus memiliki peran yang sangat besar. Mulai dari tahun 1850-an di mana kaum Kristen Belanda yang masuk dalam Parlemen menuntut Kerajaan Belanda agar segera memberlakukan “Politik Balas Budi” kepada Hindia Belanda, yang pada akhirnya memungkinkan banyak pemuda sekolah/belajar bahkan hingga ke negeri Belanda itu sendiri. Persekutuan-persekutuan doa di Belanda mulai bermunculan yang pada akhirnya berkembang menjadi organisasi kepemudaan yang lintas agama dan suku. Paling terkenal adalah “Indische Vereeninging” dengan Ketua Dr. M. Hatta. Sementara di dalam negeri, para pemuda Kristen dari berbagai organisasi (“Jong Bond”) mulai bergerak dalam unity yang berpuncak tahun 1928 dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”, di mana kata “Indonesia” mulai digunakan secara formal dan lagu “Indonesia Raya” menjadi lagu visi dan cita-cita kebangsaan. Secara signifikan karya Tuhan pun tampak jelas ketika 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi, para pendiri negara bersidang untuk memfinalisasi penetapan Dasar Negara maka disepakatilah sila pertama Pancasila yang kita tahu sekarang ini dan bukan versi awal yang hanya menitikberatkan kepentingan salah satu agama saja. Kalau hari ini kita sebagai orang Kristen Indonesia bebas untuk menjalankan iman kita, itu semua karena Tuhan-lah yang mendirikan bangsa ini. Haleluya! Begitu banyak catatan sejarah di mana Tuhan melalui anak-anak-Nya melakukan perkara ajaib atas bangsa ini. Sebagai orang Kristen yang lahir/dibesarkan di Indonesia, kita harus bangga dan bersyukur menjadi bagian dari bangsa yang diberkati oleh Tuhan.

Sikap yang harus dijauhi Anak Tuhan

Tetapi apakah tepat bagi seorang Kristen untuk juga memiliki semangat patriotisme? Bagaimana pandangan Alkitab mengenai hal ini? Bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai seorang warga negara yang baik dan juga sebagai seorang anak Tuhan? Pertama-tama marilah kita perhatikan sikap-sikap yang harus kita jauhi sebagai anak-anak Tuhan yang ditempatkan Tuhan sebagai warga suatu negara:

  1. Jauhi sikap yang menginginkan negara kita menjadi negara yang paling dominan dan berkuasa
  2. Jangan salah paham; walaupun kewarganegaraan kita adalah di Sorga (Filipi 3:20), tentu kita juga ingin negara di mana Tuhan menempatkan kita ini terus maju, tetapi bukan untuk mengalahkan atau mengerdilkan bangsa/negara lain. Keinginan kita untuk melihat dan memajukan negara kita adalah agar Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Keinginan hati yang besar adalah melihat bahwa negara ini berjalan dalam kebenaran dan berkat Tuhan. “Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.” (Amsal 14:34)
  3. Jauhi sikap yang mengatakan "right or wrong, it’s my country.
  4. Seorang patriot adalah seseorang yang berani mengatakan apa yang benar dan berani untuk menyatakan apa yang salah, termasuk bila dilakukan oleh negaranya. Sikap yang mengatakan “pokoknya negaraku biarpun salah” bukanlah semangat kebangsaan yang benar; sama sekali tidak patriotik. Sebagai anak Tuhan kita dipanggil oleh Tuhan untuk menegakkan kebenaran, menyatakan keadilan dan menjadi terang di mana Tuhan menempatkan kita.
  5. Jauhi sikap yang merendahkan/memusuhi negara-negara tetangga
  6. Salah satu kecenderungan dari semangat kebangsaan yang “kebablasan” adalah memandang rendah/memusuhi bangsa-bangsa lain, khususnya tetangga kita. Sebagai orang Kristen, kita harus sadar dan memandang bahwa kita memiliki saudara-saudari dalam Kristus yang berasal dari berbagai macam bahasa, ras, bangsa dan negara lain. Sebagai orang Kristen kita juga harus sadar bahwa masih banyak orang-orang yang belum mengenal Tuhan Yesus, termasuk di negara lain, yang membutuhkan Injil dan keteladanan/kesaksian hidup Kristen kita. Kalimat-kalimat dan sikap-sikap negatif yang kita munculkan (hari-hari ini paling banyak melalui social network) kepada negara-negara tetangga tidak akan mendekatkan mereka kepada kasih Tuhan. Ingatlah, sekali lagi, sebagai anak-anak Tuhan di Indonesia, kita ditentukan untuk menjadi berkat bagi banyak orang/bangsa, sehingga bukan hanya nama Tuhan dipermuliakan tetapi pernyataan “Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa” benar-benar menjadi kenyataan, setidaknya melalui sikap dan perkataan kita. “Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.” (Mazmur 67:2-3)

Menunjukkan sikap patriotisme

Setelah membaca ketiga poin di atas, mungkin saja Anda menganggap bahwa kalau kita melakukan hal-hal tersebut, lalu di mana sikap patriotisme itu dimunculkan? Di mana momen saat orang-orang Kristen di Indonesia menunjukkan sikap patriotisme-nya? Justru di bulan Agustus inilah mari kita tunjukkan semangat patriotisme kita dengan turut merayakan Kemerdekaan Indonesia dan terus-menerus berkarya di Indonesia karena:

  1. Tuhanlah yang mendirikan negara Indonesia dan memberinya sejarah yang luar biasa, peran-peran yang tidak terbayangkan dan tanggung-jawab di masa depan yang lebih besar lagi.
  2. Sebagai warga negara Indonesia, kita semua berhutang kepada kasih karunia Tuhan yang telah mendirikan, menjaga, merawat dan membela negara kita. Di negara yang menurut logika seharusnya menjadi negara agama mayoritas, justru Tuhan menunjukkan pembelaan-Nya kepada anak-anak-Nya sehingga Kekristenan tetap bisa exist. Bahkan hari-hari ini banyak hamba-hamba Tuhan yang mengakui bahwa kekristenan di Indonesia menjadi sangat berdampak bagi dunia, terutama melalui restorasi/pemulihan doa-pujian-penyembahan. Ps David Yonggi Cho (Korea Selatan) bahkan pernah berkata pada tahun 2001 di Surabaya bahwa Kaki Dian kini sudah berpindah dari Korea Selatan ke Indonesia! Tuhan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia agar kita semua dapat melakukan apa yang menjadi rencana besar-Nya bagi dunia. 1 Petrus 2:9-10, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Tuhan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia agar kita bisa menjadi saksi atas perbuatan-Nya yang ajaib bagi negara/bangsa kita.
  3. Tuhanlah pemilik kuasa dan otoritas atas tanah air dan pemerintahan negara kita.
  4. Sebagaimana kita telah baca sejarah lahirnya negara ini, Tuhan-lah yang memiliki kendali atas tanah ini, bangsa dan negara ini. Tuhan masih melakukannya dan terus memberikan kepada kita sejarah dan perjalanan bangsa yang luar biasa. Kita merayakan kemerdekaan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas fakta ini. Di bulan Agustus ini, kita sebagai anak-anak Tuhan perlu bangkit untuk berdoa lebih lagi agar berkat Tuhan makin dicurahkan atas tanah air kita dan hikmat Tuhan menguasai para pemimpin negara kita. 1 Timotius 2:1-3, “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.” Sebagai anak-anak Tuhan milikilah sikap patriotik yang benar yaitu memilih untuk memberkati dan mendoakan bangsa, negara dan pemerintah karena semua itu diberikan dalam kuasa dan otorisasinya Tuhan (Roma 13:1-6).
  5. Tuhanlah yang menempatkan kita di Indonesia agar kita bisa menjadi pribadi yang membawa dampak.
  6. Kita semua bisa ada dan menjadi warga negara Indonesia bukanlah tanpa sebab. Tuhan menempatkan kita sebagai orang Indonesia karena inilah tempat di mana kita bisa menjadi pribadi yang membawa dampak. Seandainya jalan hidup Anda pun dibawa Tuhan kepada bangsa/negara lain, Anda akan diingat sebagai seorang “Indonesian.” Di manapun Tuhan menempatkan kita -dalam hal ini di Indonesia- kita diminta untuk mengusahakan kesejahteraannya.
    “Usahakanlah kesejahteraan kota (negara) ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota (negara) itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7)
    Ujian apakah kita layak atau tidak untuk menjadi warga Kerajaan Allah yang kekal itu adalah apakah kita saat di dunia telah menjadi warga negara yang dapat dipercaya, dibanggakan dan berdampak? Kita harus terus bekerja, berkarya dan berdampak di Indonesia, karena itulah yang Tuhan minta dan percayakan kepada kita. Kita harus lebih aktif membangun komunitas-komunitas kita, lebih banyak lagi mendoakan bangsa-negara kita dan lebih banyak lagi bergerak sebagai saksi-saksi Yesus di negara ini.

Renungan

Wage Rudolf Supratman, pengarang lagu kebangsaan “Indonesia Raya” menulis sebuah kalimat “Di sanalah aku berdiri jadi Pandu ibuku” (There I will stand as a Guardian of my motherland) dalam lagu kebangsaan tersebut. Anak-anak Tuhan dipanggil oleh-Nya untuk menjadi penjaga atas bangsanya, sebagaimana Tuhan tegaskan dalam Yehezkiel 3:17. Tuhan memanggil kita untuk menjadi patriot-Nya, yaitu memperingati, memperbaiki dan menjaga bangsa-negara kita, Indonesia (Yehezkiel 3:17-21). Kita anak-anak Tuhan dipanggil oleh-Nya untuk berdiri bagi bangsa ini di hadapan-Nya dan memohonkan berkat/perkenanan Tuhan atas Indonesia. Kitalah penjaga-penjaga atas Indonesia. Hiduplah Indonesia Raya!

Sumber

  • (CS) (13 Agustus 2013). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 29 Agustus 2013.