Undangan untuk berdoa di tahta kasih karunia (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 17 Juli 2018 13.52 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4:16)

Jika kita ingin hidup dengan kasih karunia, kita harus memiliki persekutuan yang benar dengan Allah sumber segala kasih karunia: yaitu dengan berjalan dalam kerendahan hati dan mengandalkan Dia. Senantiasa berdoa dengan dipimpin oleh Roh sebagai cara paling mendasar untuk menyatakan kerendahan hati dan iman kepada Tuhan. Itulah sebabnya sebuah hal yang sangat sesuai jika Allah mengundang kita untuk berdoa di tahta kasih karunia.

Tahta di mana kita diundang adalah tahta Allah, seperti yang diperlihatkan kepada Rasul Yohanes. “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Wahyu4:2). Raja alam semesta yang diagungkan ini adalah Pencipta dari segalanya, yang melaksanakan kehendak-Nya dengan kuasa-Nya yang tak terbatas. “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan” (Wahyu4:11). Tahta ini adalah tahta kekudusan yang kekal, seperti yang dikumandangkan oleh para mahkluk sorgawi. “Dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" (Wahyu4:8). Namun bagi mereka yang tidak percaya, tahta yang dimaksud adalah tahta penghakiman. “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya… Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu… Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka… Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Wahyu20:11-15).

Jika tahta ini hanya memiliki karakter kekudusan, penghakiman dan kekuasaan, maka kita tidak akan pernah dapat mendekatinya untuk mendapat berkat. Tetapi, bagi mereka yang dengan rendah hati menerima hidup yang kekal melalui Yesus Kristus, tahta ini adalah tahta kasih karunia. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia.”

Kita dapat menghampiri tahta ini dengan keberanian rohani karena Tuhan Yesus sudah duduk di sana bersama dengan Allah Bapa. “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih” (Wahyu5:6). “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” (Wahyu5:12).

Dia yang layak, yang mati karena dosa-dosa kita, telah membukakan pintu supaya kita bisa memiliki persekutuan yang intim dengan Allah Bapa kita. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15).

Ketakutan akan Tuhan digantikan dengan keberanian, oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus: “Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya” (Efesus 3:12). Inilah altar bagi kita untuk berdoa, tahta kasih karunia!

Doa

Abba Bapa, aku bersujud di hadapan tahta-Mu, mengakui Engkau sebagai satu-satu-Nya Pencipta dan Hakim yang kudus. Namun, dengan keberanian aku menghampiri Engkau sebagai Bapa-Ku yang terkasih! Walaupun aku layak untuk menerima penghukuman, tetapi melalui Yesus, aku menerima kasih karunia. Amin.