Perabot yang mulia

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 9 Desember 2010 16.13 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal09 Desember 2010
Renungan khusus lainnya

“Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.

Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” (2 Timotius 2:20-22)

Waktu masih kecil, Ibu memberi kami masing-masing perabot makan, yang tak boleh tertukar dan selalu harus bersih. Di rumah ada banyak anak piara yaitu mereka yang bukan keluarga namun ditampung karena berbagai alasan. Mereka ini pun diperlakukan sama, punya perabot makan minum sendiri. Kalau alat ini rusak, kotor, pecah maka akan diganti.

Seringkali di rumah ada tamu yang diundang makan, atau pun tamu luar negeri yang tinggal di rumah, mereka disambut khusus. Beberapa hari sebelumnya ibu akan mengeluarkan perabot simpanannya dari lemari, kami bersama membersihkan perabotan itu, mendengarkan sebagian sejarah asal perabot tersebut. Ibu bangga dengan sebagian perabotan makan itu - yang akan dipakai menjamu tamu keluarga kami.

Dalam bacaan kita, Paulus menggambarkan bahwa "di dalam rumah yang besar ada perabotan-perabotan yang dipakai untuk maksud mulia" - yakni yang terbuat dari emas dan perak, dan ada juga perabotan yang akan dipakai untuk maksud yang "kurang mulia" - yakni yang terbuat dari kayu dan tanah (ayat 20).

Dari gambaran tersebut, kita semua tentu ingin dipakai Tuhan untuk memenuhi maksud-maksud yang mulia, yaitu untuk melakukan pekerjaan yang besar dalam multi bidang.

Tuhan Yesus ingin kita semua menjadi anak-Nya yang membawa dampak besar di dunia, bukan hanya di gereja/pelayanan, namun juga dalam bisnis, pendidikan, pemerintahan, teknologi informasi, budaya, dengan kata lain menjadi saksi-Nya!

Tentu saja perlu waktu supaya bisa menjadi perabot yang mulia. Meskipun semua berasal dari tanah, hal yang kurang mulia akan berangsur-angsur jadi logam mulia.

Panas—masalah, problem, tekanan—berperan dalam pembentukan atau pemurnian kita. Yang pasti, besi bisa dibentuk karena dipanaskan. Wortel dapat berubah jadi lunak dan telur jadi keras jika dicelupkan ke dalam air panas.

Waktu emas dipanaskan hingga cair—murni—maka permukaannya seperti cermin, sehingga sang pengrajin emas tersebut bisa bercermin. Tahukah Anda; setiap kali Tuhan menatap kita, Dia berharap bisa melihat Diri-Nya di situ?

Besi setelah dipanaskan mudah dibentuk, tetapi bila lama tak kena panas akan timbul karat pada besi itu.

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:11)

Memang daya tahan setiap manusia terhadap panas itu berbeda-beda, namun percayalah; panas itu akan membentuk kita menjadi perabot yang mulia.

Dalam COOL (Community of Love) ada panas, dalam pelayanan, musik, bisnis - di mana pun selalu ada panas yang Tuhan izinkan terjadi.

Menjelang kedatangan Nya yang kedua, suhu semakin meningkat dan dengan sangat cepat datang di setiap sisi kehidupan kita. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa kalau kita bersama Dia tak ada masalah—panas—tetapi berjanji bahwa meskipun kita berjalan dalam api sekalipun, Dia akan meluputkan kita.

Bagaimana kita menjadi perabot yang mulia itu? Ada 3 hal:

  1. Datang kepada Kristus dengan doa disertai hati yang murni, akui pada-Nya bahwa kita membutuhkan Dia.
  2. Jauhi nafsu yang menuruti keinginan daging. Jangan berkompromi dengan hal itu dan biarkan Firman-Nya menyucikan kita.
  3. Jika kita sebelumnya memakai waktu kita untuk melakukan hal yang mendukakan Dia, sekarang gunakanlah waktu kita untuk mengejar keadilan, kesetiaan, kasih dan damai.

Akhirnya kita perlu hidup dalam persekutuan dengan Saudara seiman.

Siapkah Saudara menerima berkat yang besar ini?

Tuhan rindu Saudara melakukan hal-hal yang besar. Marilah kita semakin intim dengan Dia.

Amin.

Sumber

  • (HP) (08 Desember 2010). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 08 Desember 2010.