Nebukadnezar menjadi contoh dari hukuman Tuhan terhadap kesombongan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 05.08 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
Lompat ke: navigasi, cari
Semuanya itu terjadi atas raja Nebukadnezar; sebab setelah lewat dua belas bulan, ketika ia sedang berjalan-jalan di atas istana raja di Babel, berkatalah raja: "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?" Raja belum habis bicara, ketika suatu suara terdengar dari langit: "Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu. (Daniel 4:28-31)

Allah kita yang Mahatinggi dan Mahamulia menganugerahkan pemulihan hati kepada semua orang yang berjalan dalam kerendahan hati.

“TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh” (Mazmur 138:6).

Mereka yang berjalan dalam kesombongan akan mengalami tanggapan yang sangat berbeda dari Allah. Apa yang dialami oleh raja Nebukadnezar menjadi contoh dari penolakan Allah terhadap kesombongan.

Nebukadnezar adalah seorang raja yang sangat berkuasa di Babel. Satu hari, ia sedang berada di dalam istananya sambil mengagumi kemegahan kerajaannya. Ia menyimpulkan bahwa semuanya itu bisa terjadi semata-mata karena pekerjaannya dan untuk kemuliaannya sendiri.

“Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?”

Pengakuan yang penuh dengan keangkuhan ini bertolak belakang dengan pengakuan Daud yang rendah hati.

“Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu” (1 Tawarikh 29:11-13).

Sebelum Nebukadnezar menyelesaikan pernyataannya yang sombong itu, sorga mengumandangkan penolakan Allah terhadap keangkuhannya.

“Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu.”

Akibat dari kesombongan Nebukadnezar juga sangat berat.

“Engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!” (Daniel 4:32).

Seorang penguasa angkuh yang lainnya juga mengalami akibat yang serupa pada zaman gereja mula-mula.

“Dan pada suatu hari yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: "Ini suara allah dan bukan suara manusia!" Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing” (Kisah Para Rasul 12:21-23).

Doa

Allah yang Mahakuasa, Pencipta segalanya dan Penguasa atas segalanya, aku bertobat dari saat-saat di mana aku sudah berbicara dengan sombong, seperti Nebukadnezar. Aku ingin memiliki sikap seperti Daud yang rendah hati, memuliakan Tuhan setiap hari sepanjang hidupku. Amin.