Kasih yang semula
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 03 April 2011 |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
"Namun demikian Aku telah mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula." (Wahyu 2:4)
Pesan Tuhan yang disampaikan oleh Rasul Yohanes kepada jemaat di Efesus, tentunya bukan hanya untuk jemaat Efesus pada waktu itu saja, tetapi juga kepada kita hari ini, karena dikatakan: "Barangsiapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar ...", demikianlah pesan Tuhan.
Efesus pada masa itu adalah kota dengan jumlah penduduk antara 250.000-300.000 jiwa, dengan pelabuhan terbesar di Asia Kecil dan disebut sebagai "the greatest metropolis of Asia." Di kota ini terdapat kuil yang disebut the Temple of Diana yang biasa disebut juga Dewi Artemis.
Permulaan pelayanan di Efesus bisa dilihat di dalam Kisah Rasul 19:1-12, di mana mereka mulai dengan 12 orang jemaat yang begitu haus dan lapar akan kebenaran, sehingga mereka mengalami baptisan Roh Kudus, bertekun dalam pengajaran, giat bersaksi sehingga seluruh Asia mendengar berita Injil melalui Efesus, bahkan sapu tangan atau kain yang pernah dipakai Paulus diletakkan atas orang sakit maka mereka disembuhkan dan orang yang kerasukan menjadi dilepaskan. Sungguh kehidupan rohani dan iman yang berkualitas dalam diri jemaat Efesus.
Bertahun-tahun kemudian jemaat Efesus tetap melaksanakan ibadah dan pelayanan; tetapi dalam penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos, jemaat Efesus mendapatkan pesan yang khusus melalui Wahyu 2:1-7 yaitu bahwa mereka telah meninggalkan Kasih yang Semula.
Ada 3 bagian yang bisa kita dalami melalui jemaat Efesus ini, untuk kita juga bisa mengoreksi kasih kita hari ini kepada Tuhan Yesus:
- Pujian Tuhan terhadap pelayanan jemaat Efesus
- Melayani dengan berjerih payah dan bertekun.
- Tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul.
- Tetap sabar dan mau menderita oleh karena nama Kristus.
- Tidak mengenal lelah dalam pelayanan.
- Celaan Tuhan karena meninggalkan kasih yang semula
- Kasih yang pertama
- Yaitu ketika Kristus menjamah kita, sehingga menyebabkan kerinduan, kehausan dan kelaparan yang kuat akan Kristus bagi hidup kita.
- Kasih yang murni atau yang tulus
- Yaitu mengasihi Tuhan dengan tanpa embel-embel atau keinginan apapun kecuali menyenangkan hati Tuhan.
- Kasih yang tanpa pamrih
- Yaitu kasih dengan motivasi yang benar untuk kemuliaan-Nya bukan untuk kemauan diri sendiri.
- Kasih yang tanpa perhitungan untung dan rugi
- Yaitu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan, itu yang kita lakukan dengan tidak menghitung apa untungnya bagi kita.
- Kasih yang tanpa syarat
- Yaitu apapun keadaan kita tidak mempengaruhi kasih kita kepada Kristus.
- Kasih yang berkobar-kobar
- Yaitu mau mengampuni, mendoakan dan memberkati musuh kita, membalas yang jahat dengan kebaikan dan perkataan kita senantiasa perkataan yang penuh kasih.
- Kasih yang dinyatakan sesuai dengan I Yohanes 3:16 yaitu seperti Kristus oleh karena kasih-Nya menyerahkan nyawanya bagi kita
- Demikian juga kasih kita kepada saudara kita sampai pada tingkatan keberanian untuk menyerahkan nyawa kita.
- Peringatan dan ajakan Kristus (ayat 5)
- Agar mereka menyadari betapa dalamnya mereka telah jatuh.
- Agar bertobat.
- Melakukan kembali apa yang semula mereka lakukan, yaitu kasih yang semula.
Melalui ayat 2-3 dikatakan bahwa Kristus tahu segala pekerjaan yang dilakukan oleh jemaat Efesus bahwa mereka:
Betapa baiknya jemaat Efesus, mereka mau berjerih lelah dalam pelbagai pelayanan pekerjaan Tuhan, dan bersabar mengalami penganiayaan. Ini tentunya menunjukkan kualitas rohani dan iman mereka akan keyakinan pada ketaatan mengikut Kristus, bahkan pengetahuan rohani yang tinggi dan bermutu akan kebenaran yang membuatnya mengenali adanya rasul palsu yang tidak melayani dalam kebenaran.
Bukankah hari-hari ini kita juga memiliki kualitas pekerjaan pelayanan kepada Kristus dengan kerja keras, tekun dan tak mengenal lelah agar orang-orang mengalami pertumbuhan rohani dan berkat Tuhan dalam hidupnya?
Namun Kristus tidak menutup mata untuk melihat penyakit rohani di dalam diri mereka yang sangat fatal, sehingga Kristus mencela mereka yang telah meninggalkan kasih yang semula.
Apa yang dimaksud dengan kasih yang semula yang telah ditinggalkan oleh jemaat Efesus?
Ada beberapa pemahaman yang perlu kita perhatikan:
Kasih semacam inilah yang Kristus lihat sampai ke kedalaman hati dan hidup kita, kita masih bisa melakukan aktivitas, kesibukan, ketekunan dalam pelayanan pekerjaan Tuhan tetapi telah kehilangan esensi dari Allah yaitu Kasih sebab Allah itu adalah Kasih.
Apakah kita melakukan semua kegiatan yang berkenaan dengan Tuhan dan jemaat-Nya dengan didasari akan kasih kita kepada Kristus?
Melalui ayat ini Kristus memperingatkan dan mengajak mereka untuk:
Selama ini kita memahami bahwa orang Kristen disebut jatuh jika tersangkut dengan masalah perzinahan, amoral, keuangan dan perbuatan yang tidak senonoh, ternyata di mata Tuhan ketika kita tidak dalam posisi kasih yang semula maka di hadapan-Nya; kita juga telah jauh terjatuh dan harus bertobat kembali pada kasih yang semula.
Ini merupakan saat di mana kembali melakukan general check-up kerohanian kita; apakah kasih kepada Kristus masih tetap menjadi dasar dan pondasi utama kita dalam melayani, melakukan pekerjaan Tuhan, beribadah, mempersembahkan sesuatu bagi pelayanan pekerjaan Tuhan dan yang lainnya?
Jika kita mengabaikan peringatan ini dan tidak mau bertobat serta kembali pada kasih yang semula maka berikutnya Kristus akan mengambil "kaki dian" dari tempatnya, maksudnya adalah Kehadiran dan Kemuliaan Kristus tidak ada lagi di tempat tersebut, sekalipun di dalam gereja masih ada mimbar, kursi, sound-system, jadwal ibadah, kegiatan ibadah, jemaatnya masih ada, pendetanya masih ada, namun kaki diannya sudah tidak ada.
Benarlah pesan Tuhan yang disampaikan oleh Bapak Gembala kepada kita bahwa hari-hari ini menjelang kedatangan Tuhan yang sudah di ambang pintu supaya kita kembali mengasihi Tuhan dengan kasih yang benar, kasih yang ingin menyenangkan hati Tuhan.
Kehilangan kasih yang semula merupakan peringatan yang serius bagi jemaat Efesus waktu itu dan juga bagi kita hari ini, untuk tidak membiarkan Kasih yang Semula itu hilang dari kehidupan rohani kita. Kembali pada kasih yang semula dan tunjukkan kepada Kristus bahwa apapun yang kita lakukan bagi Dia didasari dan termotivasi oleh karena kita Mengasihi Kristus. Amin.
Sumber
- (AEN) (03 April 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto.