Pentakosta Ketiga: Lebih dahsyat dari Azusa Street

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 18 November 2022 17.22 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| illustration= " menjadi "| illustration16x9= ")
Lompat ke: navigasi, cari
MorningDevotion.jpgMorningDevotion.jpg
Renungan khusus
Tanggal16 Februari 2020
PenulisPdm Dr Dony Lubianto, MTh
Voice of PentecostVoice of Pentecost 58 (Dio Angga Pradipta)
Renungan khusus lainnya

Secara generasi, saksi mata yang menyaksikan langsung betapa dahsyatnya pencurahan Roh Kudus yang terjadi di Azusa Street pastinya sudah meninggal dan kita hanya dapat mengetahuinya dalam catatan-catatan peristiwa serta bukti sejarah pada waktu itu.

Bukti dahsyatnya pencurahan Roh Kudus di Azusa Street, 1906)

Salah satunya yang ditulis dalam buku "100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kekristenan" karya A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang dan Randy Petersen, diterjemahkan dan dicetak oleh BPK Gunung Mulia tahun 2007 hal 147-148 sebagai berikut:

"Harian Los Angeles Times, hari Rabu tanggal 19 April 1906 memberitakan sebuah pertemuan yang diadakan di sebuah pondok yang hampir rubuh di Azusa Street, dan para pengikut doktrin-doktrin yang mengerikan ini mempraktekkan upacara-upacara paling fanatik, mengkhotbahkan teori-teori liar, dan memaksakan mereka sendiri dalam keadaan kegembiraan yang tidak waras dengan semangat mereka sendiri."

Publisitas negatif semacam ini sesungguhnya membantu mengumpulkan massa. Sesuatu yang supranatural sedang berlangsung di dalam gedung tua itu. William J. Seymour, seorang pengkhotbah kesucian berkulit hitam Gereja Baptis, baru tiba di Houston, memanggil orang-orang percaya untuk mengambil langkah ekstra. Dua langkah ekstra tersebut sebenarnya adalah: Ia ingin mereka "dikuduskan" dan "dibaptis dalam Roh Kudus". Pembaptisan itu, katanya, akan diikuti dengan kemampuan berbahasa lidah. Sebenarnya telah pernah ada beberapa orang berbahasa lidah yang muncul dengan tiba-tiba di negeri itu dan di Eropa pada tahun-tahun silam, tetapi peristiwa di Azusa Street merupakan ledakan terbesar.

Pertemuan yang berlangsung di "pondok yang hampir rubuh" ini berlanjut selama beberapa tahun lamanya. Banyak orang pergi ke sana hanya untuk melihat apa yang sedang terjadi di sana. Penekanan Seymour tentang bahasa lidah menyinggung beberapa anggota gereja dan selanjutnya ia ditolak di gereja. Akhirnya, ia memimpin kebaktian di rumah beberapa orang temannya. Kebaktian ini berlanjut selama tiga hari tiga malam. Menariknya, makin banyak orang dan jumlahnya melebihi jumlah yang dapat ditampung di rumah tersebut. Orang-orang tersebut mengadakan persiapan untuk berpindah ke suatu bangunan di Azusa Street, yang dahulu bekas Gereja Methodis. Di sana mereka duduk (dan berdiri) di atas bangku papan, di antara bahan-bahan bangunan, dan orang-orang itu meneruskan kebaktian yang dipenuhi Roh Kudus. Gerakan yang diawali oleh William J. Seymour ini kemudian melanda dunia, dikenal dengan gerakan atau aliran Pentakosta. Sekarang ini kita menyebut peristiwa tersebut sebagai Pentakosta Kedua.

Pentakosta Ketiga adalah pencurahan Roh Kudus yang dahsyat di zaman now melebihi yang terjadi di Azusa Street

Ini adalah urutan pertama dari pernyataan/deklarasi arti Pentakosta Ketiga yang kita bacakan dalam setiap Ibadah Raya hari Minggu dalam keluarga besar GBI Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta.

Pernyataan ini bukanlah sekedar pernyataan iman semata, apalagi klaim sepihak dari Gembala Sidang/Pembina. Pernyataan ini terkait dengan 2 (dua) aspek, yaitu:

  1. Aspek Historis
  2. Pada tahun 1909, William J. Seymour, tokoh kegerakan Pentakosta di Azusa Street bernubuat: “Dalam seratus tahun yang akan datang akan ada kebangunan rohani lain seperti yang terjadi di Azusa, dan kemuliaan Shekinah akan kembali! Dan kegerakan Allah tersebut akan lebih besar dan lebih luas dari yang terjadi di Azusa. Tidak hanya terjadi di satu tempat atau kepada beberapa orang saja, melainkan akan menjangkau seluruh dunia. Dan kegerakan itu tidak akan berakhir, bahkan sampai kedatangan Tuhan!” Amin. Haleluya!

    Nubuatan tersebut menjadi bukti bahwa pernyataan Pentakosta Ketiga lebih dahsyat dari yang terjadi di Azusa Street bukanlah klaim sepihak dari pihak kita, melainkan sudah menjadi janji, rencana dan kehendak TUHAN.

    Dalam nubuatan tersebut dinyatakan 3 (tiga) hal yang membuat Pentakosta Ketiga lebih dahsyat dari Kegerakan Azusa Street, yakni:

    1. Sisi kuantitas
    2. Tidak hanya terjadi di satu tempat atau kepada beberapa orang saja, melainkan di banyak tempat dan kepada banyak orang.
    3. Sisi jangkauan
    4. Bukan hanya kepada satu kota, negara, atau benua saja, melainkan seluruh dunia.
    5. Sisi Rentang Waktu
    6. Bukan hanya terjadi 1 tahun atau 3 tahun, melainkan akan terus berlangsung sampai Tuhan Yesus datang kembali.
  3. Aspek Teologis/Biblikal
  4. Alkitab kita menyebutkan istilah hujan awal (yoreh) yang terkait musim menanam dan hujan akhir (malqosh) yang terkait dengan musim menuai sebagaimana kita temukan dalam Ulangan 11:13-17; Maz 84:6; Yeremia 5:24; Yoel 2:23; Ayub 29:23; Hosea 6:3; Zakharia 10:1; Yakobus 5:7. Dalam konteks pencurahan Roh Kudus berdasarkan prinsip Hujan Awal dan Hujan Akhir, dapat kita pahami bahwa:

    • Hujan Awal adalah pencurahan Roh Kudus yang mengawali kelahiran gereja, dan
    • Hujan Akhir adalah pencurahan Roh Kudus yang mengawali penuaian jiwa terbesar dan terakhir sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali (Matius 13:37-43)

Pencurahan Roh Kudus Hujan Akhir jauh lebih dahsyat daripada Hujan Awal, dan berdampak kepada penuaian jiwa-jiwa yang jauh lebih besar pula.

Bradley Truman Noel dalam bukunya berjudul Pentecostalism, Secularism, and Post Christendom terbitan Wipf and Stock Publisher, 2015 hal 38-39 menyatakan: “Kita dapat menyimpulkan bahwa kita sedang menantikan pencurahan Roh Kudus yang dahsyat terkait dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dan pencurahan ini jauh lebih besar dari ledakan Pentakosta pada zaman gereja mula-mula. Kita sekarang ini berada di era di mana kita sedang menantikan Hujan Akhir. Tujuan dari Hujan Akhir ini memiliki dua sisi, yakni pemberitaan Injil Kerajaan kepada seluruh dunia di mana kita menjadi saksi, dan mempersiapkan berkas tuaian untuk siap dituai.” Haleluya!

Jika kita memperhatikan kedua aspek tersebut di atas, kita memiliki dasar untuk mengatakan bahwa gerakan Pentakosta Ketiga terjadi dalam dimensi yang jauh lebih besar, jauh lebih dahsyat dari Azusa Street. Ini merupakan sebuah hak istimewa bagi kita semua yang hidup di generasi ini. Jangan sampai ketinggalan, jadilah Utusan Pentakosta Ketiga – Messenger of the Third Pentecost. (DL)

Sumber

  • Pdm Dr Dony Lubianto, MTh (16 Februari 2020). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 04 November 2020.

    Secara generasi, saksi mata yang menyaksikan langsung betapa dahsyatnya pencurahan Roh Kudus yang terjadi di Azusa Street pastinya sudah meninggal dan kita hanya dapat mengetahuinya dalam catatan-catatan peristiwa serta bukti sejarah pada waktu itu.