Suplemen IV: Pengakuan Iman GBI dan penjabarannya (Tata Gereja 2021)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

A. Pendahuluan

Pada bagian awal ini berisi penjelasan beberapa istilah yang terkait dengan pengakuan iman, yakni Pengakuan Iman gereja secara umum dan Pengakuan Iman GBI.

1. Aku

Secara prinsip pengakuan iman adalah urusan pribadi masing-masing individu yang tidak dapat diwakilkan dengan pihak lain. Secara individual, setiap orang harus mengambil keputusan dan mengucapkan pengakuan itu. Hal itu sesuai dengan firman Tuhan, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan" (Roma 10:9). "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di Sorga" (Matius 10:32). "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:12).

Namun pada sisi lain terjadi persekutuan antara aku yang mengaku dengan orang lain yang mengaku juga. Sebagai contoh yaitu pengakuan Yosua bersama umat Israel yang memperlihatkan komitmen iman mereka di hadapan Tuhan. "Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan" (Yosua 24:24).

Demikianlah halnya Gereja segala abad dan zaman mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli (Symbolum Apostolicum) dengan diawali ungkapan: "Aku percaya". Dalam Bahasa Latin istilah "credo, " atau "pengakuan iman". Jadi setiap individu sebagai bagian dari Gereja menyatakan pengakuan iman yang sama.

2. Mengaku

Kata "mengaku" di sini bermakna mengungkapkan kepercayaan yang berasal dari hati seseorang dengan sungguh dan bukan dengan pura-pura (munafik). Seperti yang dikatakan rasul Paulus: "Karena dengan hati orang percaya akan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Roma 10:10). Jadi yang penting adalah keselarasan antara mulut yang mengaku dan hati yang percaya sehingga yang diucapkan lewat mulut adalah pengakuan iman: "Aku percaya."

Syarat untuk terucapnya pengakuan yang sungguh yakni:

  1. Diucapkan sebagai pernyataan iman percaya kepada TUHAN.
  2. Dinyatakan di hadapan manusia sekalipun dalam situasi sulit.
  3. Dilakukan berdasarkan pilihan individual, dan bukan karena paksaan.
  4. Dilakukan dalam rangka memperdengarkan kesaksian Alkitab dan bukan membela pendapat siapapun.

Yang penting untuk dipahami bahwa mengaku berarti berpihak dan meyakini kebenaran Ilahi serta memberi kesaksian (menyatakan) kebenaran tersebut secara jujur.

Istilah Yunani μάρτυς, (martus, Inggris: martyr; Arab: syahid) mengandung arti pada awalnya saksi dan kemudian juga berarti orang yang dibunuh karena kesaksiannya (mati syahid).

Pengakuan dan mengaku hanya berlaku dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris istilah yang digunakan adalah creed, yang merupakan transliterasi dari istilah Latin credo/kredo yang merupakan kata kerja bentuk indikatif yang berarti mempercayai (atau aku mempercayai/aku percaya).

3. Pengakuan Iman Gereja Kristen Mula-Mula

Mengaku berarti memberi jawab atas pertanyaan Yesus: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias (Kristus), Anak Allah yang hidup" (Matius 16:15, 16). Pengakuan Petrus itu, yang merupakan wahyu dari Bapa, merupakan pengakuan iman gereja mula-mula, yang terdapat dalam khotbah Petrus, "Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kisah Para Rasul 2:36). Pemberitaan dan pelayanan para rasul berpusat pada Yesus Kristus Tuhan (Kisah Para Rasul 17:3; 18:28). Rumusan pengakuan iman yang pendek jelas terlihat dalam: "Yesus itu Kristus dan Yesus itu Tuhan" (I Korintus 12:3; Kis. 8:37). Rumusan itu kemudian berkembang seperti yang terdapat dalam Roma 1:3; Filipi 2:6-11 ; I Timotius 3:16.

Pengakuan iman merupakan ikhtisar (ringkasan) pokok-pokok kepercayaan Kristen yang diperlukan Gereja untuk beberapa hal penting, antara Iain sebagai:

  1. Pelayanan baptisan kudus (Kisah Para Rasul 8:37; I Petrus 3:18-22)
  2. Respons jemaat dalam liturgi kebaktian (I Timotius 3:16; Filipi 2:6-11).
  3. Kekuatan iman dalam menghadapi hambatan dan tantangan (Kisah Para Rasul 4:1-22)
  4. Pertahanan terhadap ajaran sesat (I Yohanes 4:2; I Korintus 15:3-8)

4. Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia

Di samping menerima Pengakuan Iman Rasuli yang berisi pengakuan kepada Allah Tritunggal, yaitu Bapa (butir 1), Anak (butir 2-7) dan Roh Kudus (butir 8-12) tiga pribadi dalam satu hakikat Allah maka Gereja Bethel Indonesia mempunyai pengakuan iman sendiri yang terdiri dari 12 butir pengakuan. Pengakuan iman ini merupakan ikhtisar pokok-pokok kepercayaan dan pengajaran GBI. Seperti kita pahami bahwa GBI adalah gereja yang berlatarbelakang pentakostal. Karena itu ajaran (teologi) Pentakostal tampak jelas dalam butir-butir tersebut. Butir-butir itu telah diuraikan oleh Pdt. DR. H.L. Senduk dalam bukunya berjudul "Iman Kristen" terbitan Yayasan Bethel Jakarta. Departemen Theologia BPH-GBI juga telah membuat penjabaran yang telah disetujui oleh BPL-GBI pada tahun 1999.

Namun semangat kebersamaan dalam kasih, dan upaya meningkatkan kualitas pejabat GBI, maka Departemen Teologi BPS-GBI (periode 2000-2004) telah ditugasi menyusun dan menerbitkan buku "Pengajaran Dasar GBI". Intisari dari pengajaran GBI, yang telah dirumuskan dalam Pengakuan Iman GBI, dijabarkan ulang sebagai penyempurnaan terhadap penjabaran terdahulu. Hasilnya adalah buku "PENGAKUAN IMAN GEREJA BETHEL INDONESIA DAN PENJABARANNYA".

Pengakuan Iman GBI dapat disosialisasi kepada seluruh jemaat GBI sehingga dalam Tata Gereja GBI diatur kewajiban untuk mengucapkannya dalam ibadah tertentu. Di bagian akhir dari buku ini coba dirumuskan inti butir-butir Pengakuan Iman GBI agar mudah diingat oleh seluruh warga GBI.

B. Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia

Aku percaya bahwa:

  1. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
  2. Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. satu hakikat dalam tiga pribadi.
  3. Yesus Kristus Juruselamat dan Pengantara kita adalah Anak Allah yang tunggal, dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria, telah disalibkan, mati, dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari yang ke tiga dari antara orang mati, bahwa Ia telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan dan Raja segala raja.
  4. Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berbalik kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.
  5. Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
  6. Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.
  7. Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa Firman Allah dan Roh Kudus; karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.
  8. Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa lidah sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.
  9. Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain sebagai Gereja.
  10. Kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.
  11. Tuhan Yesus akan turun dari sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati di dalam Dia dan mengangkatnya bersama-sama semua umat-Nya yang masih hidup lalu bersama-sama bertemu dengan Dia di angkasa, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini.
  12. Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup yang kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada hari yang kedua dan menerima hukuman untuk selama- lamanya.

C. Versi Ringkas Pengakuan Iman GBI

Pengucapan Pengakuan Iman dapat menggunakan versi ringkas dalam Kebaktian Hari Raya Gerejawi, sedangkan dalam Sidang-sidang MD, MPL GBI, Sinode dan kebaktian peresmian jemaat baru atau penerimaan penggabungan menggunakan Pengakuan Iman GBI yang lengkap.

Naskah Pengakuan Iman GBI versi ringkas adalah sebagai berikut:

Aku percaya bahwa:
  • Alkitab adalah Firman Allah.
  • Allah yang esa itu Tritunggal adanya.
  • Yesus yang lahir, mati, bangkit, naik ke Surga adalah Juruselamat, Pengantara kita dan Raja segala raja.
  • Manusia berdosa harus bertobat dan beriman agar diampuni, dibenarkan, dan dilahirkan baru, lalu dibaptis secara selam dan hidup suci.
  • Bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.
  • Gereja melakukan perjamuan kudus dan meyakini kesembuhan ilahi.
  • Tuhan Yesus akan datang kembali, ada kebangkitan tubuh, kerajaan seribu tahun, hukuman kekal, dan hidup kekal.

D. Penjabaran Pengakuan Iman GBI

Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus

GBI percaya bahwa Alkitab (39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru) adalah Firman Allah sepenuhnya. Keyakinan ini didasarkan pada penerimaan bahwa Alkitab diilhamkan sepenuhnya oleh Roh Kudus. Meskipun Alkitab juga produk manusia yang ditulis di dalam konteks zamannya, tetapi Roh Kudus mengilhami para penulis (kurang lebih 40 penulis dari berbagai profesi dan panggilan seperti Nabi, Imam, Raja, Kaum Cendekiawan, Tabib, Penginjil, dan lain-lain) dari kurun waktu 15 abad.

Karena Alkitab sepenuhnya firman Allah yang diilhamkan, maka memberikan konsekuensi sebagai berikut:

  • Alkitab absolut dan tidak bercacat (infallible) dan tidak mungkin salah pada teks aslinya (inerrant), bukan hanya pada kebenarannya terkait keselamatan dan kehidupan kerohanian, tetapi juga dalam hal sejarah, geografi, dan ilmu pengetahuan.
  • Alkitab sebagai sumber informasi yang paling penting berkenaan dengan Allah, Yesus Kristus serta rencana-Nya bagi manusia dan dunia (Kisah Para Rasul 28:25; 1 Korintus 2:13; 2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1 :21)
  • Alkitab memiliki otoritas mengatasi tradisi dan kebudayaan (Markus 7:9; Matius 15:6)
  • Alkitab bersifat otoritatif berkenaan dengan isu-isu keselamatan dan iman. Di dalam Alkitab ditegaskan bahwa keselamatan itu semata karena kasih karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus (Efesus 2:1-10 Roma 3:21-25; Titus 3:4-7)
  • Alkitab bermanfaat untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16)
  • Alkitab memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh (Mazmur 119:130).
  • Alkitab memberi kesanggupan untuk membedakan pertimbangan dan pikiran manusia (Ibrani 4:12)

Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tiga Pribadi di dalam satu

Allah yang Esa (Ulangan 6:4; 33:26)

GBI mempercayai keesaan Allah, dan karenanya menolak paham Tri-teisme dan Politeisme. Allah yang Esa itu memberikan beberapa implikasi bagi ajaran dan iman, di antaranya:

  • Pertama, Allah yang Esa menegaskan bahwa Ia adalah Keberadaan yang personal, bukan makhluk yang tidak jelas (impersonal).
  • Kedua, Tuhan satu-satunya Allah di langit dan di bumi, tidak ada yang lain (Ulangan 4:39; 2 Samuel 7:22).
  • Ketiga, karena Ia Esa maka, tidak boleh ada sesembahan lain kecuali kepada Tuhan Allah (Keluaran 20:2-3; Yesaya 46:9).
  • Keempat, keesaan Allah itu tidak bertentangan dengan ajaran Tritunggal, karena Tritunggal bukanlah Triteisme.

Allah Tritunggal

Pengakuan Iman GBI mewarisi Pengakuan Iman Gerakan Pentakostal dan berakar pada Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel sesuai dengan ajaran alkitabiah dan rasuli warisan dari Bapa-bapa Gereja. Dalam Pengakuan Iman GBI, GBI menyatakan bahwa: "Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa Anak dan Roh Kudus, tiga pribadi dalam satu" (pokok kedua).

Allah Tritunggal adalah doktrin hakiki bagi gereja. Ini membedakan ortodoksi (yang percaya) dan yang tidak. Kendala (primer) adalah bahwa T1-T3 harus ditafsirkan sedemikian rupa untuk menghindari tiga kesalahan berikut, atau ajaran sesat: modalisme, yaitu pandangan bahwa orang-orang hanyalah manifestasi atau aspek dari sesuatu; subordinasionisme, yaitu pandangan bahwa keilahian satu atau lebih adalah lebih rendah dari yang lain, yang hadir dalam pemikiran Arianisme, dan Politeisme (pandangan bahwa tidak demikian adanya hanya ada satu tuhan). Ini adalah jantung dari doktrin trinitas. Allah satu di dalam esensi atau hakikat sekaligus substansi. Ulangan 6:4 menegaskan keesaan Allah. Ini berarti bahwa esensi Allah tidak terbagi.

Allah adalah tiga terkait dengan pribadi. Allah yang esa dengan tiga pribadi ilahi (three divine persons atau three divine beings). Istilah pribadi menolong dalam menekankan sebagai suatu individu. Ketiga pribadi memiliki esensi yang sama sebagai Allah. Dan ketiga pribadi memiliki kepenuhan sebagai Allah. Ketiga pribadi memiliki relasi yang berbeda. Istilahnya adalah subsistensi. Bapa tidak dilahirkan. Anak berasal dari Bapa sementara Roh Kudus secara kekal berasal dari Bapa dan Anak.

GBI mempercayai Allah yang Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai doktrin yang bukan diciptakan oleh Bapa- bapa Gereja, melainkan disaksikan dengan jelas dalam Alkitab, sehingga Tritunggal merupakan hakekat dan jati diri Allah yang sesungguhnya dari kekal hingga kekal. Karenanya, doktrin ini justru tidak bisa diubah-ubah dan bersifat final dan harga mati, karena Allah tidak berubah-ubah dan ketritunggalan Allah bukanlah ciptaan Bapa-bapa Gereja melainkan penyataan Allah sendiri dalam Alkitab.

Allah adalah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ketiganya adalah pribadi yang berbeda namun satu kesatuan. Bapa bukanlah Anak dan Roh Kudus. Anak bukanlah Bapa dan Roh Kudus dan Roh Kudus bukanlah Anak dan Bapa. Namun ketiganya adalah esa.

A. Allah Tritunggal dalam Alkitab

Alkitab tidak menggunakan istilah Tritunggal, namun doktrin Tritunggal bukanlah ciptaan Bapa-bapa Gereja. Bapa-bapa Gereja justru menggunakan istilah Tritunggal karena Alkitab mengajarkan dengan gamblang Allah yang Esa yang hadir dalam Tritunggal. Dalam tiga ayat penama Alkitab, yang merupakan kisah penciptaan (Kejadian 1:1-3), sudah ditegaskan hadirnya Allah dan Roh Allah. Dalam kisah penampakan kepada Abraham, salah satu dari tiga orang yang mengunjungi Abraham adalah Allah yang menyatakan diri dalam rupa manusia yang merupakan preeksistensi Kristus atau Kristus sebelum inkarnasi. Dalam penglihatan Daniel, ia melihat dua sosok, yaitu Anak Manusia dan Sang Lanjut Usia (Daniel 7:13) yang dirujuk oleh Yesus sendiri sebagai diri-Nya. Dalam banyak bagian dalam keempat Injil, Yesus sendiri merujuk diri-Nya dengan sebutan Anak Manusia (contoh: Matius 8:20; 9:6; 10:23; 11 :19; 12:8, 32, 40; 13:3T, 41; 16:13, 27, 28 17:9, 12, 22; 18:11, dst.).

Dalam Perjanjian Baru, presensi Allah Tritunggal sangat jelas. Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10 30). Dalam teks Yunani dituliskan sebagai berikut: ἐγὼ καὶ ὁ πατὴρ ἕν ἐσμεν (Ego kai ho pater hen semen), yang bila diterjemahkan harfiah adalah: Aku dan Sang Bapa satu adalah. Kata kerja ἐσμεν (adalah) merupakan bentuk jamak, yang menunjuk kepada Aku (Anak, Yesus) dan Bapa adalah benar- benar dua yang berbeda. Penggunaan kata ἕν (satu) dengan demikian menunjukkan keesaan Allah. Dalam hal ini, jelas bahwa Bapa dan Anak adalah satu kesatuan atau esa. Jadi kesimpulan sederhana dari teks itu bahwa Bapa dan Anak adalah dua pribadi berbeda namun juga adalah Allah yang esa.

Kesaksian Perjanjian Baru, sejak baptisan Yesus, presensi Allah Tritunggal sangat jelas. Dalam versi Markus, digunakan hanya istilah Roh, sementara dalam Matius, Roh Allah, dan dalam Lukas, Roh Kudus. Masing-masing memberi makna, yaitu Roh menunjukkan independensi-Nya, Roh Allah menunjukkan bahwa Ia berasal dari Allah, dan Roh Kudus menunjukkan bagian dari Allah Tritunggal karena Roh Kudus adalah istilah yang baku dalam konsep tritunggal, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Dalam ketiga versi baptisan Yesus, maka saat Yesus dibaptis, Roh Kudus turun menguasai Yesus dan ada suara dari langit (ouranos, 'surga’, yang merupakan parafrase dari Allah) atau dengan kata Iain, Allah (Bapa) berbicara. Dalam kejadian ini, hadir Allah Tritunggal yaitu Yesus, Roh Kudus dan Bapa.

Dalam doa Tuhan Yesus di Injil Yohanes, Ia berkata bahwa Ia akan meminta kepada Bapa untuk mengirimkan seorang Penolong yang lain, yaitu Roh Penolong dan Roh Penghibur (Parakletos) (Yohanes 14:16, 26). Hadir dalam teks ini Allah Tritunggal, yaitu Yesus, Bapa dan Roh Kudus.

Dalam Doa Bapa Kami yang Tuhan Yesus ajarkan, Ia mengajarkan kita untuk berdoa kepada Allah yang Yesus sendiri sebut sebagai Bapa (Matius 6:9). Ia sendiri berdoa kepada Bapa, seperti di Taman Getsemani (Matius 26:36-46; Maleakhi.14:32-35; Lukas 22:39-46). Dalam relasi dengan Allah, Yesus selalu menyebut Allah sebagai Bapa dan diri-Nya sebagai Anak. Sebaliknya, Yesus tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Bapa. Karenanya, menyebut Yesus sama dengan Bapa adalah bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Yesus sendiri.

Formula Baptisan dalam Injil Matius, dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:9), hal ini jelas menegaskan Allah Tritunggal. Dalam Amanat Agung yang Tuhan Yesus sampaikan, teks asli tidak berbunyi "baptislah mereka dalam nama-Ku" seperti yang dinyatakan di atas. Teks asli bahasa Yunani berbunyi: βαπτίζοντες αὐτοὺς εἰς τὸ ὄνομα τοῦ Πατρὸς καὶ τοῦ Υἱοῦ καὶ τοῦ Ἁγίου Πνεύματος (Matius 28:19. Baptizontes autous eis to onoma tou Patros kau tou Huio kai tou Hagiou Pneumatos) yang secara harfiah berarti: membaptis mereka ke dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus". Tuhan Yesus sendiri dengan memberikan perintah untuk membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, sehingga apa yang disampaikan di atas oleh Sabelianisme modern tersebut jelas keliru.

Ketika Stefanus mengalami aniaya akibat khotbahnya, maka kisah Stefanus menghadirkan Allah yang trinitatis tersebut. Dalam Kisah Para Rasul 7:55 dikatakan bahwa Stefanus penuh Roh Kudus dan ia melihat Yesus berada di sebelah Allah (Bapa). Dalam kisah ini hadir Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus, Yesus dan Bapa.

Dalam khotbah Petrus terkait dengan Baptisan Kornelius, aspek trinitarian Allah juga muncul. Petrus menyatakan: "yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kisah Para Rasul 10:38).

Dalam pidato perpisahan Paulus dengan tua-tua jemaat di Efesus, Paulus dengan tegas menyatakan aspek trinitarianisme Allah ketika ia berkata: "karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah Para Rasul 20:28).

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia menuliskan: "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6; bdk. Roma 8:15) di mana aspek trinitarian Allah nampak dengan jelas.

Dalam salam pembukaan suratnya kepada jemaat Roma, Paulus juga menyatakan aspek trinitarian Allah: "dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita" (Roma 1:4). Di bagian tengah suratnya, Paulus menegaskan kembali aspek trinitarian tersebut dalam 8:9: "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus". Di sini aspek trinitarian Allah nampak dengan jelas.

Dalam bagian akhir surat tersebut, Paulus kembali menyinggung aspek trinitarian Allah: "yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bulan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada- Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus." (Roma 15:6). Di sini aspek trinitarian Allah juga nampak dengan jelas.

Dalam ucapan berkat kepada jemaat Korintus yang menerima surat keduanya, Paulus kembali menyebut aspek Tritunggal: Paulus menuliskan berkat bagi jemaat Korintus dalam 2 Korintus 13:13. "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" di mana urutannya adalah Tuhan Yesus, Bapa dan Roh Kudus.

Demikian juga dalam ucapan syukur kepada Allah dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menegaskan aspek trinitarian tersebut: "dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar" (Efesus 1 :17).

Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama juga menegaskan aspek trinitarian Allah: "yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Ron, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu" (1 Petrus 1:2). Demikian juga Petrus dalam 1 Petrus 3:8 menyatakan: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; la, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh".

Selain itu, Rasul Yohanes juga mengakui aspek trinitarianisme Allah dalam 1 Yohanes 4:2, 3. Selain itu, dalam 1 Yohanes 5:7 dikatakan: "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam surga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu". Walaupun ada yang berkata bahwa ini adalah tambahan kemudian, ia tidak mengurangi pemahaman bahwa teks ini berbicara tentang trinitarianisme Allah.

Perjanjian Baru cukup sering menyebut presensi ketigaan dari Allah yang esa ini dengan menyebutkan ketiga pribadi tersebut. Teks-teks Perjanjian Baru yang menyebutkan tritunggal antara lain: Matius 28:19 dalam Amanat Agung: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" dengan urutan: Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Dari pemaparan di atas tampak jelas bahwa Alkitab menyaksikan dengan tegas bahwa Allah yang esa adalah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus.

B. Mengungkap kekeliruan dalam pemahaman Tritunggal

Allah adalah sosok yang (satu-satunya) tidak berubah. Dengan demikian, Tritunggal adalah hakekat Allah yang bersifat permanen dari kekal hingga kekal. Sebab, jika trinitarianisme Allah berasal, pada suatu titik waktu tertentu, maka Allah dengan demikian berubah. Jika Allah berubah, maka Ia bukan Allah dan dalil tersebut menjadi gagal, Selain itu, Allah yang monoteistik sekaligus trinitarian mensyaratkan keadaan yang tidak berjenjang. Sebab jika Allah berjenjang, maka ia bersifat politeistik. Ini jelas jadi keliru.

Allah Tritunggal adalah doktrin hakiki bagi gereja. Ini membedakan ortodoksi (yang percaya) dan yang tidak. Penafsiran terhadap Alkitab harus dilakukan sedemikian rupa secara teliti, kritis dan objektif untuk menghindari tiga kesalahan memahami Tritunggal yang berakibat pada kesalahan atau ajaran sesat seperti antara lain: modalisme, subordinasionisme yang hadir dalam pemikiran Arianisme, Politeisme atau Sabelianisme. Ini adalah jantung dari doktrin trinitas.

  • Modalisme memahami bahwa hanya ada satu Allah dengan tiga manifestasi yang beragam. Ketigaan Allah hanya dipahami sebagai sebuah wajah atau manifestasi yang jamak. Tritunggal bukanlah Modalisme.
  • Subordinasionisme, seperti Arianisme (pandangan bahwa keilahian satu atau lebih adalah lebih rendah dari yang lain), memahami bahwa Anak bersifat subordinasi kepada Bapa. Gagasan ini muncul pertama-tama oleh Tertulianus. Kemudian Origenes membuat menjadi lebih kuat dengan menyatakan bahwa Anak lebih rendah dari Bapa. Arius mengatakan bahwa hanya Bapa yang tidak bermula. Ide ini ditolak di dalam pengakuan iman Nicea melalui konsilinya (325). Tritunggal bukanlah Subordinasionisme atau Arianisme.
  • Triteisme mengajarkan bahwa ada tiga Allah yang benar-benar terpisah satu dengan yang lain. Pemahaman ini menekankan keterpisahan mutlak dan tidak melihat keterikatan dari spek ketigaan Allah. Allah benar-benar tiga. Ini sebetulnya adalah salah satu bentuk politeisme. Tritunggal bukanlah Triteisme.
  • Sabelianisme adalah bidat Gereja Timur merupakan bentuk modalisme teologis. Sabelianisme adalah kepercayaan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga mode atau aspek Allah yang berbeda, yang bertentangan dengan pandangan Tritunggal tentang tiga pribadi yang berbeda di dalam ketuhanan. Sabellius menganggap Yesus sebagai Allah sambil menyangkal pluralitas pribadi-pribadi di dalam Tuhan dan memegang kepercayaan yang mirip dengan modalistik monarki. Monarki kapitalisme umumnya dipahami telah muncul selama abad kedua dan ketiga, dan telah dianggap sebagai bidat setelah abad keempat, meskipun hal ini dibantah oleh beberapa orang. Sabelianisme dinyatakan bidat dalam Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Tritunggal bukan lah Sabelianisme atau Unitarianisme.
C. Sikap Gereja Bethel lndonesia.

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dengan ini:

GBI menyatakan menolak dengan tegas doktrin atau ajaran Modalisme, Subordinasionisme, Arianisme, Triteisme dan Sabelianisme, termasuk Sabelianisme modern yang akhir-akhir ini sedang mencuat. GBI berpegang teguh pada ajaran Alkitab yang mempercayai Allah adalah Allah Tritunggal, yaitu Bapa, Anak dan Roh, yang tiga pribadi Allah yang Esa. sebagaimana kemudian diteguhkan oleh Bapa-bapa Gereja dalam tujuh Konsili Ekumenis yang pertama yang diterima oleh semua Gereja di sepanjang zaman dan di seluruh dunia. GBI sependapat dengan apa yang ditegaskan dalam tujuh Konsili Ekumenis tersebut bahwa doktrin Tritunggal adalah doktrin hakiki dan jatidiri Kristen yang tidak dapat diubah.