Tata Gereja GBI (2021): Suplemen IV Pengakuan Iman GBI dan penjabarannya

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Pengakuan iman GBI dan penjabarannya

A. Pendahuluan

Pada bagian awal ini berisi penjelasan beberapa istilah yang terkait dengan pengakuan iman, yakni Pengakuan Iman gereja secara umum dan Pengakuan Iman GBI.

1. Aku

Secara prinsip pengakuan iman adalah urusan pribadi masing-masing individu yang tidak dapat diwakilkan dengan pihak lain. Secara individual, setiap orang harus mengambil keputusan dan mengucapkan pengakuan itu. Hal itu sesuai dengan firman Tuhan,

"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan" (Roma 10:9).
"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di Sorga" (Matius 10:32).
"Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:12).

Namun pada sisi lain terjadi persekutuan antara aku yang mengaku dengan orang lain yang mengaku juga. Sebagai contoh yaitu pengakuan Yosua bersama umat Israel yang memperlihatkan komitmen iman mereka di hadapan Tuhan.

"Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan" (Yosua 24:24).

Demikianlah halnya Gereja segala abad dan zaman mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli (Symbolum Apostolicum) dengan diawali ungkapan: "Aku percaya". Dalam Bahasa Latin istilah "credo, " atau "pengakuan iman". Jadi setiap individu sebagai bagian dari Gereja menyatakan pengakuan iman yang sama.

2. Mengaku

Kata "mengaku" di sini bermakna mengungkapkan kepercayaan yang berasal dari hati seseorang dengan sungguh dan bukan dengan pura-pura (munafik). Seperti yang dikatakan rasul Paulus: "Karena dengan hati orang percaya akan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Roma 10:10). Jadi yang penting adalah keselarasan antara mulut yang mengaku dan hati yang percaya sehingga yang diucapkan lewat mulut adalah pengakuan iman: "Aku percaya."

Syarat untuk terucapnya pengakuan yang sungguh yakni:

  1. Diucapkan sebagai pernyataan iman percaya kepada TUHAN.
  2. Dinyatakan di hadapan manusia sekalipun dalam situasi sulit.
  3. Dilakukan berdasarkan pilihan individual, dan bukan karena paksaan.
  4. Dilakukan dalam rangka memperdengarkan kesaksian Alkitab dan bukan membela pendapat siapapun.

Yang penting untuk dipahami bahwa mengaku berarti berpihak dan meyakini kebenaran Ilahi serta memberi kesaksian (menyatakan) kebenaran tersebut secara jujur.

Istilah Yunani μάρτυς, (martus, Inggris: martyr; Arab: syahid) mengandung arti pada awalnya saksi dan kemudian juga berarti orang yang dibunuh karena kesaksiannya (mati syahid).

Pengakuan dan mengaku hanya berlaku dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris istilah yang digunakan adalah creed, yang merupakan transliterasi dari istilah Latin credo/kredo yang merupakan kata kerja bentuk indikatif yang berarti mempercayai (atau aku mempercayai/aku percaya).

3. Pengakuan Iman Gereja Kristen Mula-Mula

Mengaku berarti memberi jawab atas pertanyaan Yesus:

"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias (Kristus), Anak Allah yang hidup" (Matius 16:15, 16).

Pengakuan Petrus itu, yang merupakan wahyu dari Bapa, merupakan pengakuan iman gereja mula-mula, yang terdapat dalam khotbah Petrus,

"Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kisah Para Rasul 2:36).

Pemberitaan dan pelayanan para rasul berpusat pada Yesus Kristus Tuhan (Kisah Para Rasul 17:3; 18:28).

Rumusan pengakuan iman yang pendek jelas terlihat dalam:

"Yesus itu Kristus dan Yesus itu Tuhan" (I Korintus 12:3; Kis. 8:37).

Rumusan itu kemudian berkembang seperti yang terdapat dalam Roma 1:3; Filipi 2:6-11 ; I Timotius 3:16.

Pengakuan iman merupakan ikhtisar (ringkasan) pokok-pokok kepercayaan Kristen yang diperlukan Gereja untuk beberapa hal penting, antara Iain sebagai:

  1. Pelayanan baptisan kudus (Kisah Para Rasul 8:37; I Petrus 3:18-22)
  2. Respons jemaat dalam liturgi kebaktian (I Timotius 3:16; Filipi 2:6-11).
  3. Kekuatan iman dalam menghadapi hambatan dan tantangan (Kisah Para Rasul 4:1-22)
  4. Pertahanan terhadap ajaran sesat (I Yohanes 4:2; I Korintus 15:3-8)

4. Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia

Di samping menerima Pengakuan Iman Rasuli yang berisi pengakuan kepada Allah Tritunggal, yaitu Bapa (butir 1), Anak (butir 2-7) dan Roh Kudus (butir 8-12) tiga pribadi dalam satu hakikat Allah maka Gereja Bethel Indonesia mempunyai pengakuan iman sendiri yang terdiri dari 12 butir pengakuan. Pengakuan iman ini merupakan ikhtisar pokok-pokok kepercayaan dan pengajaran GBI. Seperti kita pahami bahwa GBI adalah gereja yang berlatarbelakang pentakostal. Karena itu ajaran (teologi) Pentakostal tampak jelas dalam butir-butir tersebut. Butir-butir itu telah diuraikan oleh Pdt. DR. H.L. Senduk dalam bukunya berjudul "Iman Kristen" terbitan Yayasan Bethel Jakarta. Departemen Theologia BPH-GBI juga telah membuat penjabaran yang telah disetujui oleh BPL-GBI pada tahun 1999.

Namun semangat kebersamaan dalam kasih, dan upaya meningkatkan kualitas pejabat GBI, maka Departemen Teologi BPS-GBI (periode 2000-2004) telah ditugasi menyusun dan menerbitkan buku "Pengajaran Dasar GBI". Intisari dari pengajaran GBI, yang telah dirumuskan dalam Pengakuan Iman GBI, dijabarkan ulang sebagai penyempurnaan terhadap penjabaran terdahulu. Hasilnya adalah buku "PENGAKUAN IMAN GEREJA BETHEL INDONESIA DAN PENJABARANNYA".

Pengakuan Iman GBI dapat disosialisasi kepada seluruh jemaat GBI sehingga dalam Tata Gereja GBI diatur kewajiban untuk mengucapkannya dalam ibadah tertentu. Di bagian akhir dari buku ini coba dirumuskan inti butir-butir Pengakuan Iman GBI agar mudah diingat oleh seluruh warga GBI.

B. Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia

Aku percaya bahwa:

  1. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
  2. Allah Yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa dan Anak dan Roh Kudus, tiga Pribadi dalam satu hakikat.
  3. Yesus Kristus Juruselamat dan Pengantara kita adalah Anak Allah yang tunggal, dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria, telah disalibkan, mati, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga dari antara orang mati, naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan dan Raja segala raja.
  4. Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, sehingga harus bertobat dan berbalik kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.
  5. Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
  6. Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
  7. Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa firman Allah dan Roh Kudus; karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.
  8. Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.
  9. Perjamuan Kudus dilakukan untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain sebagai gereja.
  10. Kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.
  11. Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati di dalam Dia dan mengangkatnya bersama-sama semua umat-Nya yang masih hidup lalu bertemu dengan Dia di angkasa, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan Kerajaan seribu tahun di bumi ini.
  12. Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.

C. Versi Ringkas Pengakuan Iman GBI

Pengucapan Pengakuan Iman dapat menggunakan versi ringkas dalam Kebaktian Hari Raya Gerejawi, sedangkan dalam Sidang-sidang MD, MPL GBI, Sinode dan kebaktian peresmian jemaat baru atau penerimaan penggabungan menggunakan Pengakuan Iman GBI yang lengkap.

Naskah Pengakuan Iman GBI versi ringkas adalah sebagai berikut:

Aku percaya bahwa:
  • Alkitab adalah Firman Allah.
  • Allah yang esa itu Tritunggal adanya.
  • Yesus yang lahir, mati, bangkit, naik ke Surga adalah Juruselamat, Pengantara kita dan Raja segala raja.
  • Manusia berdosa harus bertobat dan beriman agar diampuni, dibenarkan, dan dilahirkan baru, lalu dibaptis secara selam dan hidup suci.
  • Bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.
  • Gereja melakukan perjamuan kudus dan meyakini kesembuhan ilahi.
  • Tuhan Yesus akan datang kembali, ada kebangkitan tubuh, kerajaan seribu tahun, hukuman kekal, dan hidup kekal.

D. Penjabaran Pengakuan Iman GBI

1. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.

GBI percaya bahwa Alkitab (39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru) adalah Firman Allah sepenuhnya. Keyakinan ini didasarkan pada penerimaan bahwa Alkitab diilhamkan sepenuhnya oleh Roh Kudus. Meskipun Alkitab juga produk manusia yang ditulis di dalam konteks zamannya, tetapi Roh Kudus mengilhami para penulis (kurang lebih 40 penulis dari berbagai profesi dan panggilan seperti Nabi, Imam, Raja, Kaum Cendekiawan, Tabib, Penginjil, dan lain-lain) dari kurun waktu 15 abad.

Karena Alkitab sepenuhnya firman Allah yang diilhamkan, maka memberikan konsekuensi sebagai berikut:

  • Alkitab absolut dan tidak bercacat (infallible) dan tidak mungkin salah pada teks aslinya (inerrant), bukan hanya pada kebenarannya terkait keselamatan dan kehidupan kerohanian, tetapi juga dalam hal sejarah, geografi, dan ilmu pengetahuan.
  • Alkitab sebagai sumber informasi yang paling penting berkenaan dengan Allah, Yesus Kristus serta rencana-Nya bagi manusia dan dunia (Kisah Para Rasul 28:25; 1 Korintus 2:13; 2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1 :21)
  • Alkitab memiliki otoritas mengatasi tradisi dan kebudayaan (Markus 7:9; Matius 15:6)
  • Alkitab bersifat otoritatif berkenaan dengan isu-isu keselamatan dan iman. Di dalam Alkitab ditegaskan bahwa keselamatan itu semata karena kasih karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus (Efesus 2:1-10 Roma 3:21-25; Titus 3:4-7)
  • Alkitab bermanfaat untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16)
  • Alkitab memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh (Mazmur 119:130).
  • Alkitab memberi kesanggupan untuk membedakan pertimbangan dan pikiran manusia (Ibrani 4:12)

2. Allah Yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa dan Anak dan Roh Kudus, tiga Pribadi dalam satu hakikat.

Allah yang Esa (Ulangan 6:4; 33:26)

GBI mempercayai keesaan Allah, dan karenanya menolak paham Tri-teisme dan Politeisme. Allah yang Esa itu memberikan beberapa implikasi bagi ajaran dan iman, di antaranya:

  • Pertama, Allah yang Esa menegaskan bahwa Ia adalah Keberadaan yang personal, bukan makhluk yang tidak jelas (impersonal).
  • Kedua, Tuhan satu-satunya Allah di langit dan di bumi, tidak ada yang lain (Ulangan 4:39; 2 Samuel 7:22).
  • Ketiga, karena Ia Esa maka, tidak boleh ada sesembahan lain kecuali kepada Tuhan Allah (Keluaran 20:2-3; Yesaya 46:9).
  • Keempat, keesaan Allah itu tidak bertentangan dengan ajaran Tritunggal, karena Tritunggal bukanlah Triteisme.

Allah Tritunggal

Pengakuan Iman GBI mewarisi Pengakuan Iman Gerakan Pentakostal dan berakar pada Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel sesuai dengan ajaran alkitabiah dan rasuli warisan dari Bapa-bapa Gereja. Dalam Pengakuan Iman GBI, GBI menyatakan bahwa: "Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa Anak dan Roh Kudus, tiga pribadi dalam satu" (pokok kedua).

Allah Tritunggal adalah doktrin hakiki bagi gereja. Ini membedakan ortodoksi (yang percaya) dan yang tidak. Kendala (primer) adalah bahwa T1-T3 harus ditafsirkan sedemikian rupa untuk menghindari tiga kesalahan berikut, atau ajaran sesat: modalisme, yaitu pandangan bahwa orang-orang hanyalah manifestasi atau aspek dari sesuatu; subordinasionisme, yaitu pandangan bahwa keilahian satu atau lebih adalah lebih rendah dari yang lain, yang hadir dalam pemikiran Arianisme, dan Politeisme (pandangan bahwa tidak demikian adanya hanya ada satu tuhan). Ini adalah jantung dari doktrin trinitas. Allah satu di dalam esensi atau hakikat sekaligus substansi. Ulangan 6:4 menegaskan keesaan Allah. Ini berarti bahwa esensi Allah tidak terbagi.

Allah adalah tiga terkait dengan pribadi. Allah yang esa dengan tiga pribadi ilahi (three divine persons atau three divine beings). Istilah pribadi menolong dalam menekankan sebagai suatu individu. Ketiga pribadi memiliki esensi yang sama sebagai Allah. Dan ketiga pribadi memiliki kepenuhan sebagai Allah. Ketiga pribadi memiliki relasi yang berbeda. Istilahnya adalah subsistensi. Bapa tidak dilahirkan. Anak berasal dari Bapa sementara Roh Kudus secara kekal berasal dari Bapa dan Anak.

GBI mempercayai Allah yang Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai doktrin yang bukan diciptakan oleh Bapa- bapa Gereja, melainkan disaksikan dengan jelas dalam Alkitab, sehingga Tritunggal merupakan hakekat dan jati diri Allah yang sesungguhnya dari kekal hingga kekal. Karenanya, doktrin ini justru tidak bisa diubah-ubah dan bersifat final dan harga mati, karena Allah tidak berubah-ubah dan ketritunggalan Allah bukanlah ciptaan Bapa-bapa Gereja melainkan penyataan Allah sendiri dalam Alkitab.

Allah adalah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ketiganya adalah pribadi yang berbeda namun satu kesatuan. Bapa bukanlah Anak dan Roh Kudus. Anak bukanlah Bapa dan Roh Kudus dan Roh Kudus bukanlah Anak dan Bapa. Namun ketiganya adalah esa.

A. Allah Tritunggal dalam Alkitab

Alkitab tidak menggunakan istilah Tritunggal, namun doktrin Tritunggal bukanlah ciptaan Bapa-bapa Gereja. Bapa-bapa Gereja justru menggunakan istilah Tritunggal karena Alkitab mengajarkan dengan gamblang Allah yang Esa yang hadir dalam Tritunggal. Dalam tiga ayat penama Alkitab, yang merupakan kisah penciptaan (Kejadian 1:1-3), sudah ditegaskan hadirnya Allah dan Roh Allah. Dalam kisah penampakan kepada Abraham, salah satu dari tiga orang yang mengunjungi Abraham adalah Allah yang menyatakan diri dalam rupa manusia yang merupakan preeksistensi Kristus atau Kristus sebelum inkarnasi. Dalam penglihatan Daniel, ia melihat dua sosok, yaitu Anak Manusia dan Sang Lanjut Usia (Daniel 7:13) yang dirujuk oleh Yesus sendiri sebagai diri-Nya. Dalam banyak bagian dalam keempat Injil, Yesus sendiri merujuk diri-Nya dengan sebutan Anak Manusia (contoh: Matius 8:20; 9:6; 10:23; 11:19; 12:8, 32, 40; 13:37, 41; 16:13, 27, 28; 17:9, 12, 22; 18:11, dst.).

Dalam Perjanjian Baru, presensi Allah Tritunggal sangat jelas. Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30). Dalam teks Yunani dituliskan sebagai berikut: ἐγὼ καὶ ὁ πατὴρ ἕν ἐσμεν (Ego kai ho pater hen semen), yang bila diterjemahkan harfiah adalah: Aku dan Sang Bapa satu adalah. Kata kerja ἐσμεν (adalah) merupakan bentuk jamak, yang menunjuk kepada Aku (Anak, Yesus) dan Bapa adalah benar- benar dua yang berbeda. Penggunaan kata ἕν (satu) dengan demikian menunjukkan keesaan Allah. Dalam hal ini, jelas bahwa Bapa dan Anak adalah satu kesatuan atau esa. Jadi kesimpulan sederhana dari teks itu bahwa Bapa dan Anak adalah dua pribadi berbeda namun juga adalah Allah yang esa.

Kesaksian Perjanjian Baru, sejak baptisan Yesus, presensi Allah Tritunggal sangat jelas. Dalam versi Markus, digunakan hanya istilah Roh, sementara dalam Matius, Roh Allah, dan dalam Lukas, Roh Kudus. Masing-masing memberi makna, yaitu Roh menunjukkan independensi-Nya, Roh Allah menunjukkan bahwa Ia berasal dari Allah, dan Roh Kudus menunjukkan bagian dari Allah Tritunggal karena Roh Kudus adalah istilah yang baku dalam konsep tritunggal, yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Dalam ketiga versi baptisan Yesus, maka saat Yesus dibaptis, Roh Kudus turun menguasai Yesus dan ada suara dari langit (ouranos, 'surga’, yang merupakan parafrase dari Allah) atau dengan kata Iain, Allah (Bapa) berbicara. Dalam kejadian ini, hadir Allah Tritunggal yaitu Yesus, Roh Kudus dan Bapa.

Dalam doa Tuhan Yesus di Injil Yohanes, Ia berkata bahwa Ia akan meminta kepada Bapa untuk mengirimkan seorang Penolong yang lain, yaitu Roh Penolong dan Roh Penghibur (Parakletos) (Yohanes 14:16, 26). Hadir dalam teks ini Allah Tritunggal, yaitu Yesus, Bapa dan Roh Kudus.

Dalam Doa Bapa Kami yang Tuhan Yesus ajarkan, Ia mengajarkan kita untuk berdoa kepada Allah yang Yesus sendiri sebut sebagai Bapa (Matius 6:9). Ia sendiri berdoa kepada Bapa, seperti di Taman Getsemani (Matius 26:36-46; Maleakhi.14:32-35; Lukas 22:39-46). Dalam relasi dengan Allah, Yesus selalu menyebut Allah sebagai Bapa dan diri-Nya sebagai Anak. Sebaliknya, Yesus tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Bapa. Karenanya, menyebut Yesus sama dengan Bapa adalah bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Yesus sendiri.

Formula Baptisan dalam Injil Matius, dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:9), hal ini jelas menegaskan Allah Tritunggal. Dalam Amanat Agung yang Tuhan Yesus sampaikan, teks asli tidak berbunyi "baptislah mereka dalam nama-Ku" seperti yang dinyatakan di atas. Teks asli bahasa Yunani berbunyi: βαπτίζοντες αὐτοὺς εἰς τὸ ὄνομα τοῦ Πατρὸς καὶ τοῦ Υἱοῦ καὶ τοῦ Ἁγίου Πνεύματος (Matius 28:19. Baptizontes autous eis to onoma tou Patros kau tou Huio kai tou Hagiou Pneumatos) yang secara harfiah berarti: membaptis mereka ke dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus". Tuhan Yesus sendiri dengan memberikan perintah untuk membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, sehingga apa yang disampaikan di atas oleh Sabelianisme modern tersebut jelas keliru.

Ketika Stefanus mengalami aniaya akibat khotbahnya, maka kisah Stefanus menghadirkan Allah yang trinitatis tersebut. Dalam Kisah Para Rasul 7:55 dikatakan bahwa Stefanus penuh Roh Kudus dan ia melihat Yesus berada di sebelah Allah (Bapa). Dalam kisah ini hadir Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus, Yesus dan Bapa.

Dalam khotbah Petrus terkait dengan Baptisan Kornelius, aspek trinitarian Allah juga muncul. Petrus menyatakan: "yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia" (Kisah Para Rasul 10:38).

Dalam pidato perpisahan Paulus dengan tua-tua jemaat di Efesus, Paulus dengan tegas menyatakan aspek trinitarianisme Allah ketika ia berkata: "karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah Para Rasul 20:28).

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia menuliskan: "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6; bdk. Roma 8:15) di mana aspek trinitarian Allah nampak dengan jelas.

Dalam salam pembukaan suratnya kepada jemaat Roma, Paulus juga menyatakan aspek trinitarian Allah: "dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita" (Roma 1:4). Di bagian tengah suratnya, Paulus menegaskan kembali aspek trinitarian tersebut dalam 8:9: "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus". Di sini aspek trinitarian Allah nampak dengan jelas.

Dalam bagian akhir surat tersebut, Paulus kembali menyinggung aspek trinitarian Allah: "yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bulan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada- Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus." (Roma 15:6). Di sini aspek trinitarian Allah juga nampak dengan jelas.

Dalam ucapan berkat kepada jemaat Korintus yang menerima surat keduanya, Paulus kembali menyebut aspek Tritunggal: Paulus menuliskan berkat bagi jemaat Korintus dalam 2 Korintus 13:13. "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" di mana urutannya adalah Tuhan Yesus, Bapa dan Roh Kudus.

Demikian juga dalam ucapan syukur kepada Allah dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menegaskan aspek trinitarian tersebut: "dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar" (Efesus 1 :17).

Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama juga menegaskan aspek trinitarian Allah: "yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Ron, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu" (1 Petrus 1:2). Demikian juga Petrus dalam 1 Petrus 3:8 menyatakan: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; la, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh".

Selain itu, Rasul Yohanes juga mengakui aspek trinitarianisme Allah dalam 1 Yohanes 4:2, 3. Selain itu, dalam 1 Yohanes 5:7 dikatakan: "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam surga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu". Walaupun ada yang berkata bahwa ini adalah tambahan kemudian, ia tidak mengurangi pemahaman bahwa teks ini berbicara tentang trinitarianisme Allah.

Perjanjian Baru cukup sering menyebut presensi ketigaan dari Allah yang esa ini dengan menyebutkan ketiga pribadi tersebut. Teks-teks Perjanjian Baru yang menyebutkan tritunggal antara lain: Matius 28:19 dalam Amanat Agung: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" dengan urutan: Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Dari pemaparan di atas tampak jelas bahwa Alkitab menyaksikan dengan tegas bahwa Allah yang esa adalah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus.

B. Mengungkap kekeliruan dalam pemahaman Tritunggal

Allah adalah sosok yang (satu-satunya) tidak berubah. Dengan demikian, Tritunggal adalah hakekat Allah yang bersifat permanen dari kekal hingga kekal. Sebab, jika trinitarianisme Allah berasal, pada suatu titik waktu tertentu, maka Allah dengan demikian berubah. Jika Allah berubah, maka Ia bukan Allah dan dalil tersebut menjadi gagal, Selain itu, Allah yang monoteistik sekaligus trinitarian mensyaratkan keadaan yang tidak berjenjang. Sebab jika Allah berjenjang, maka ia bersifat politeistik. Ini jelas jadi keliru.

Allah Tritunggal adalah doktrin hakiki bagi gereja. Ini membedakan ortodoksi (yang percaya) dan yang tidak. Penafsiran terhadap Alkitab harus dilakukan sedemikian rupa secara teliti, kritis dan objektif untuk menghindari tiga kesalahan memahami Tritunggal yang berakibat pada kesalahan atau ajaran sesat seperti antara lain: modalisme, subordinasionisme yang hadir dalam pemikiran Arianisme, Politeisme atau Sabelianisme. Ini adalah jantung dari doktrin trinitas.

  • Modalisme memahami bahwa hanya ada satu Allah dengan tiga manifestasi yang beragam. Ketigaan Allah hanya dipahami sebagai sebuah wajah atau manifestasi yang jamak. Tritunggal bukanlah Modalisme.
  • Subordinasionisme, seperti Arianisme (pandangan bahwa keilahian satu atau lebih adalah lebih rendah dari yang lain), memahami bahwa Anak bersifat subordinasi kepada Bapa. Gagasan ini muncul pertama-tama oleh Tertulianus. Kemudian Origenes membuat menjadi lebih kuat dengan menyatakan bahwa Anak lebih rendah dari Bapa. Arius mengatakan bahwa hanya Bapa yang tidak bermula. Ide ini ditolak di dalam pengakuan iman Nicea melalui konsilinya (325). Tritunggal bukanlah Subordinasionisme atau Arianisme.
  • Triteisme mengajarkan bahwa ada tiga Allah yang benar-benar terpisah satu dengan yang lain. Pemahaman ini menekankan keterpisahan mutlak dan tidak melihat keterikatan dari spek ketigaan Allah. Allah benar-benar tiga. Ini sebetulnya adalah salah satu bentuk politeisme. Tritunggal bukanlah Triteisme.
  • Sabelianisme adalah bidat Gereja Timur merupakan bentuk modalisme teologis. Sabelianisme adalah kepercayaan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga mode atau aspek Allah yang berbeda, yang bertentangan dengan pandangan Tritunggal tentang tiga pribadi yang berbeda di dalam ketuhanan. Sabellius menganggap Yesus sebagai Allah sambil menyangkal pluralitas pribadi-pribadi di dalam Tuhan dan memegang kepercayaan yang mirip dengan modalistik monarki. Monarki kapitalisme umumnya dipahami telah muncul selama abad kedua dan ketiga, dan telah dianggap sebagai bidat setelah abad keempat, meskipun hal ini dibantah oleh beberapa orang. Sabelianisme dinyatakan bidat dalam Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Tritunggal bukan lah Sabelianisme atau Unitarianisme.

C. Sikap Gereja Bethel lndonesia.

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dengan ini:

GBI menyatakan menolak dengan tegas doktrin atau ajaran Modalisme, Subordinasionisme, Arianisme, Triteisme dan Sabelianisme, termasuk Sabelianisme modern yang akhir-akhir ini sedang mencuat. GBI berpegang teguh pada ajaran Alkitab yang mempercayai Allah adalah Allah Tritunggal, yaitu Bapa, Anak dan Roh, yang tiga pribadi Allah yang Esa. sebagaimana kemudian diteguhkan oleh Bapa-bapa Gereja dalam tujuh Konsili Ekumenis yang pertama yang diterima oleh semua Gereja di sepanjang zaman dan di seluruh dunia. GBI sependapat dengan apa yang ditegaskan dalam tujuh Konsili Ekumenis tersebut bahwa doktrin Tritunggal adalah doktrin hakiki dan jatidiri Kristen yang tidak dapat diubah.

3. Yesus Kristus Juruselamat dan Pengantara kita adalah Anak Allah yang tunggal, dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria, telah disalibkan, mati, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga dari antara orang mati, naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan dan Raja segala raja.

Dalam pengakuan Iman GBI butir 3 dikatakan: Yesus Kristus Anak Allah yang Tunggal. “Anak Allah” menunjukkan hubungan yang dekat antara Yesus dengan Bapa. Selain itu Anak Allah menggambarkan keberadaan ke-Allah-an dan pekerjaan ke-ilahian-Nya (Lukas 1:35). Di sisi lain Anak Allah menerangkan keberadaan dalam konsep Tritunggal yang kita percayai (Matius 11:27; Matius 22:41-46). Dikatakan bahwa Yesus sebagai Anak tunggal Bapa; hal tersebut menerangkan bahwa Bapa yang dengan kasih sayang-Nya telah memberikan Anak- Nya yang sangat dikasihi kepada kita (Yohanes 1:14).

Inkarnasi (Allah menjadi manusia) Yesus Kristus (Yohanes 1:14; Roma 8:3) dengan tujuan untuk menyatakan bahwa firman Allah telah menjadi daging (manusia) sebagai bentuk karya keselamatan Allah bagi manusia. Inkarnasi Yesus Kristus menunjukkan kasih Allah kepada Manusia sehingga manusia bisa mengenal siapa Allah sesungguhnya lewat pribadi Yesus Kristus.

4. Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, sehingga harus bertobat dan berbalik kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.

Pernyataan tentang keberdosaan manusia dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab. Firman Tuhan mengatakan bahwa “Semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23).

Tetapi dipihak lain ada pandangan dari agama lain yang menyatakan bahwa manusia yang baru lahir masih suci dan bersih. Hal ini juga dikemukakan dalam salah satu teori psikologi yang disebut tabularasa. Seorang bayi diibaratkan dengan kertas putih atau ‘eja lilin’ yang belum ditulisi. Lingkunganlah yang dianggap berperan untuk memberi warna dalam kehidupannya. Jika ia ditulisi dengan tinta merah, maka ia akan menjadi merah. Sebaliknya jika ia ditulisi dengan tinta hitam, ia akan menjadi hitam.

Berbeda dengan pandangan tersebut, iman Kristen menegaskan bahwa semua orang telah berbuat dosa, termasuk bayi yang baru lahir. Walaupun seorang bayi belum bisa berbuat apa- apa tetapi ia merupakan orang berdosa, karena benih dosa sudah ada di dalamnya dan akan semakin nampak jelas bersamaan dengan perkembangan dan pertumbuhannya. “Jika ia berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (1 Yohanes 1:8).

Manusia yang berdosa itu mengalami kehilangan, yakni kehilangan kemuliaan Allah. Kemuliaan yang dimiliki oleh manusia adalah bersekutu dengan Allah. Ia dapat berhubungan langsung dengan Allah. Namun setelah manusia berbuat dosa, ia terpisah dari Allah. Manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah. Bahkan manusia diusir dari hadapan Allah kemudian firman Allah menyatakan; “Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak seorang pun yang mencari Allah, semuanya telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:11-12).

Meski tidak ada yang mencari Allah, namun Allah berinisiatif untuk mencari manusia. Allah datang di dalam Tuhan Yesus Kristus menjadi jalan keselamatan bagi semua manusia. Sebab manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya dengan perbuatan baik atau apapun juga. Jalan keluar yang Allah berikan adalah pertobatan bahkan Yesus juga memberitakan, “... bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Para rasul juga meneruskan pelayanan perdamaian itu kepada semua orang berdosa. Seperti yang dikatakan Petrus kepada orang- orang di Yerusalem ketika mereka ditegur, tertempelak dan menyadari dosanya; “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis didalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38). Tanpa pertobatan tidak ada pengampunan dosa dan tanpa pengampunan dosa tidak ada hidup kekal atau keselamatan.

5. Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.

1. Pembenaran karena iman.

Konsep pembenaran terkait erat dengan proses legal manusia di hadapan Allah. Karena itu, pembenaran Allah oleh iman merupakan elemen penting dalam usaha memahami secara komprehensif tentang konsep keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pembenaran bermula dan berakhir pada Allah. Dalam Roma 3:26, dinyatakan bahwa "la adalah benar dan juga membenarkan orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus".

Istilah pembenaran (justification) merupakan istilah di mana seseorang dinyatakan benar dalam hubungannya dengan Allah. Dengan lain perkataan, pembenaran merupakan tindakan Allah mengumandangkan orang berdosa benar di mata-Nya. Manusia berdosa diampuni dan dinyatakan telah memenuhi semua tuntutan hukum Allah kepada mereka. Sarana utamanya terletak di dalam iman kepada Yesus Kristus.

Hasil pembenaran oleh iman kepada Yesus Kristus, dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Manusia berdamai dengan Allah (Roma 5:1).
  2. Manusia memperoleh akses untuk dapat menikmati hadirat Allah waktu menyembah, memuji dan berdoa.
  3. Manusia termotivasi untuk hidup bagi Allah dalam kebenaran dan kekudusan.
  4. Pembebasan dari penghukuman dosa (bnd. Roma 8:1. 33, 34).
  5. Pembebasan murka Allah yang menimpa manusia beriman sebagai akibat dosanya (bnd. 1 Petrus 2:24).

2. Kelahiran baru karena iman yang dikerjakan Roh Kudus

Kelahiran baru merupakan salah satu bagian inti dari usaha memahami secara komprehensif tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. Pembenaran menyangkut ketetapan yuridis status manusia berdosa yang mempercayai pekerjaan Kristus di atas kayu salib di mana dibutuhkan iman kepada pekerjaan tersebut, maka kelahiran baru merupakan pekerjaan tersembunyi yang dilakukan Roh Kudus atas seseorang yang menerima pembenaran.

Gambaran Alkitab mengenai kelahiran baru diungkapkan beragam, jelas dan bervariasi. Hal itu terlihat dalam berbagai ungkapan atau istilah antara lain: "dilahirkan kembali" (Yohanes 3:3), "dilahirkan dari air dan Roh" (Yohanes 3:5), "penciptaan kembali" (Titus 3:5), "dihidupkan dari mati secara rohani" (Efesus 2:5), "mengenakan manusia baru" (Efesus 4:24; Kolose 3:10).

Kata Yunani yang digunakan adalah anothen yang artinya sebagai "dari atas" (Yohanes 3:3), merupakan parafrase untuh Allah. Hal itu berarti dikerjakan oleh Allah, maka sangat tepat bila dikatakan "dilahirkan kembali" atau "dilahirkan baru" (bnd. Yohanes 3:4). Hasil-hasil baru adalah sebagai berikut:

  • Kelahiran baru menjadikan orang percaya itu menjadi anak Allah. Hal itu berarti semua milik Bapa di Sorga, tersedia baginya sekarang dan selamanya (Yohanes 1:12; Galatia 3:26; Roma 8:16-17).
  • Kelahiran baru menjadikan seseorang menjadi ciptaan baru dengan hati yang baru (2 Korintus 5:17). Yang dimaksud bukanlah perubahan fisik (lih. Roma 8:9). namun bentuk atau pola hidupnya tidak lagi mengikuti cara hidup orang dunia.
  • Kelahiran baru menjadikan orang-orang percaya menjadi pewaris kodrat Allah (Efesus 4:24; Kolose 3:10). Kodrat lama yang hancur dan bejat total diganti dengan kodrat baru.
  • Kelahiran mengakibatkan hadirnya ciri hidup "kasih kepada semua saudara" (1 Yohanes 3 14; 4:7). Identifikasi terhadap sesama saudara itu jelas dikemukakan dalam 1 Yohanes 5:1, "setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga yang lahir dari pada-Nya". Mengasihi saudara mengikuti teladan yang diberikan Yesus, dalam 1 Yohanes 3:16, 18 yaitu "menyerahkan nyawa, mengasihi dengan perbuatan dan kebenaran".
  • Kelahiran baru menjadikan orang percaya berbuat kebenaran. "Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir daripada-Nya" (1 Yohanes 2:29)
  • Kelahiran baru menjadikan orang percaya tidak akan hidup dalam dosa. "Setiap orang yang lahir dari ALLAH, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada dalam dia, ia tidak dapat berbuat dosa lagi karena ia lahir dari ALLAH" (1 Yohanes 3:9). "Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari ALLAH, tidak berbuat dosa, tetapi Dia lahir dari ALLAH melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya" (1 Yohanes 5:18)
  • Kelahiran baru menjadikan orang percaya memiliki sensitivitas yang baru kepada perkara-perkara rohani, suatu arah hidup yang baru dan mempunyai kemampuan yang meningkat untuk mentaati Allah. Hal ini memungkinkan terjadi sebab sekarang dia telah menjadi ciptaan yang baru. "Sebab itu barangsiapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan kara, sesungguhnya yang lama sudah berlalu" (2 Korintus 5:17). Jadi hidup yang baru telah menjadi nyata di dalam hidup sekarang ini, sekalipun kesempurnaannya baru akan menjadi kenyataan kelak pada akhir zaman.
  • Dengan pembaruan, yang sekarang telah berlaku di dalam hidup orang beriman itu, orang beriman diberi jaminan bahwa kelak ia akan menerima kesempurnaannya (2 Korintus 1:20-22 bnd. 2 Korintus 5:5; Efesus 1:13-14).

6. Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Formulasi di atas tidak memiliki kaitan dengan Unitarianisme atau Sabelianisme atau Jesus Only karena GBI meyakini dan memegang teguh doktrin hakiki Tritunggal seperti semua Gereja universal di sepanjang zaman dan di segala tempat. Formulasi yang digunakan oleh GBI adalah warisan dari Old Pentecostals sejak berdirinya, yang mengambil formula baptisan Matius 28:19 (dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus); dan Kisah Para Rasul 2:38 (dalam nama Yesus Kristus) dengan menggabungkan keduanya menjadi satu kesatuan formula. Namun penggabungan formula ini tidak ada dalam aliran Gereja manapun, baik Ortodoks, Katolik Roma, Protestan, dan gereja lainnya. Formula dalam Kisah Para Rasul. 2:38, merupakan formula yang Rasul Petrus gunakan pasca khotbah di Hari Pentakosta. Sementara yang menjadi perintah Tuhan Yesus Kristus adalah Matius 28:19. Penggabungan kedua formula itu oleh Kelompok Pentakostal perdana meyakini bahwa kedua formula tersebut terdapat dalam Alkitab dan karenanya keduanya digunakan dalam formula baptisan GBI.

Baptisan air adalah salah satu dari dua Sakramen Gereja-gereja Protestan. sejak awal abad pertama. Perjamuan Kudus adalah Sakramen Gerejawi yang kedua. Perlu dibedakan antara Baptisan Yohanes sebagai Baptisan Pertobatan (Matius 3:11; Markus 1:4; Lukas 3:3) dengan Baptisan air dalam Tuhan Yesus yang mendatangkan keselamatan. Keduanya dilandasi oleh iman.

Baptisan air adalah perintah Tuhan dan merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus tercatat dalam Alkitab:

  1. Matius 28:18-20: "Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman".
  2. Markus 16:15-16: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum".

Dalam pelaksanaannya dalam Kisah Para Rasul 1:8; Kisah Para Rasul 2:4, 7-8, 11, 37, 41-43, 47 dan Kisah Para Rasul 10:5, maka tanda-tanda dalam Markus 16:17 menyertai orang yang percaya.

Jadi penerimaan Injil dan menjadikan seorang murid Kristus, didukung oleh penyertaan dan kuasa-Nya sehingga Baptisan sebagai tindakan iman dalam penerimaan Injil disertai dengan kuasa maupun tanda Tuhan Yesus Kristus yang mendatangkan hidup baru di dalam Yesus Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syarat untuk dapat dibaptis adalah:

1. Makna Baptisan

Makna Baptisan secara alkitabiah tercatat dalam Alkitab, antara lain: Roma 6:3-11 khususnya ayat 3-4: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikubur bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa. demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru."

Selanjutnya dalam Kolose 2:12: "Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati". Dalam 1 Petrus 3:21: "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya yaitu baptisan, maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus."

Jadi baptisan adalah tindakan iman yaitu percaya kepada Injil bahwa Kristus telah mati karena dosa kita, bahwa ia dikuburkan dan dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Korintus 15:3-4) dan memberi kehidupan baru bagi setiap orang yang percaya dan menerima Dia (Roma 6:3-5).

2. Pelaksanaan Baptisan Air.

Pelaksanaan Baptisan air sesuai dengan Alkitab ialah diselam. Hal itu sesuai dengan arti kata baptis dari kata Yunani βᾰπτῐ́ζω, baptiso atau baptisomay, yang berarti dicelup total, atau diselam. Perhatikan dengan cermat bahwa baik dalam Matius 3:13-17 maupun dalam Kisah Para Rasul 8:38-39 disebutkan mereka turun ke dalam air dan setelah dibaptis maka mereka keluar dari dalam air dan bukan keluar dari sungai atau kolam. Dengan demikian, hal ini sesuai dengan arti baptisan (Roma 6:3-4; Kolose 2:11-12; 1 Petrus 1:3).

7a. Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa firman Allah dan Roh Kudus;

Perubahan status orang berdosa yang seharusnya dihukum dan dibinasakan (Roma 6:23; 1:18), kini menjadi orang yang dinyatakan benar dan kudus. Artinya, seseorang yang telah menerima penyucian hidup karena bertobat dan percaya Tuhan Yesus. Percaya Tuhan Yesus artinya menerima dan mengakui sengsara, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus untuk menebus orang percaya. Jadi orang berdosa membutuhkan karya keselamatan Yesus melalui pekerjaan Roh dan Injil atau Firman Tuhan (Yohanes 16:8; Kisah Para Rasul 2:37, 38; 1 Korintus 12:3; Roma 1:16). Hal tersebut sudah dijelaskan dalam butir ke 5 dan ini dikenal dengan peristiwa kelahiran baru, pada saat orang menerima Tuhan Yesus ia menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Allah yang diperanakkan bukan dari darah dan daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah (Yohanes 1:12, 13).

Perbedaan penyucian hidup dalam butir ke-7 dengan kesucian sebagai prinsip hidup umat Kristen dalam butir ke-8 dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Pertama, Penyucian hidup yang berkaitan dengan lahir baru (justification). Sama seperti anak lahir pada satu saat, pada jam dan hari tertentu, bukan oleh jasa atau perjuangan si bayi. Demikian pula lahir baru, dapat status dibenarkan dan kudus terjadi pada saat menerima Yesus bukan oleh jasa atau perjuangan manusia tetapi hanya oleh iman. Dan sekaligus diberi upah batiniah, yaitu rasa muak terhadap kehidupan lama yang berdosa (Yehezkiel 36:31) dan ingin yang baru dalam kebenaran (2 Korintus 5:17) dan inilah yang menjadi dasar untuk menindaklanjuti langkah berikut ini.
  • Kedua, Kesucian/kekudusan sebagai prinsip hidup (sanctification). Hidup dalam kesucian merupakan tindak lanjut dari kelahiran baru, diberi kuasa menjadi anak-anak Allah. Arti utamanya adalah kemampuan menjalani hidup yang baru yaitu kesucian hidup dan ini merupakan proses yang terus menebus. Yang pertama orang percaya karena imannya mendapat status orang kudus justification) kemudian terpanggil untuk hidup dan memiliki karakter kudus (sanctification) (1 Korintus 1:2; 1 Petrus 1:15, 16) dan dalam ketaatan sebagai hamba Allah/Kebenaran (Roma 6:22).

7b. Karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.

1. Isi butir pengakuan iman.

Kesucian itulah asas dan prinsip hidup umat Kristen. Ini berarti, kesucian itu harus menjadi gaya hidup orang Kristen, hal itu menjadi way of life orang percaya.

2. Arti kesucian (kekudusan).

Dalam Perjanjian Lama kata kudus diterjemahkan dari akar kata Ibrani qadosy yang berarti dipisahkan untuk keperluan atau tujuan khusus yang berkaitan dengan rencana Tuhan (Imamat 20:26). Misalnya: semua anak sulung Israel dipisahkan untuk melayani Tuhan sebelum dipilih suku Lewi (Keluaran 13:2). Harun dan anak-anaknya ditahbiskan dan dikuduskan (dipisahkan) untuk pelayanan Imamat (Keluaran 28:41). Tabernakel (Kemah Peı1emuan) dan alat- alat yang ada di dalamnya dipisahkan/dikuduskan untuk keperluan khusus, yaitu tempat Tuhan berdiam di tengah umat-Nya (Imamat 30:29; 8:10; Keluaran 25:8).

Dalam Perjanjian Baru, konsep kekudusan diambil dari kata hagiasmos yang berarti terpisah dari yang duniawi, atau dari yang tercemar. Terpisah dari yang tercemar atau yang duniawi merupakan proses yang terus menerus. Kekudusan memiliki jangkauan yang sangat luas seperti dikemukakan Paulus dalam Roma 6:22 tertera kalimat yang mengatakan: "membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal."

Beroleh status dibenarkan karena iman (justification) maka di dalamnya termasuk kelahiran baru di mana seseorang memasuki proses karakter/kwalitas kudus (sanctification) dan seluruhnya adalah bagian keselamatan (karakter hidup kekal). Jadi keselamatan adalah proses yang terjadi terus menerus, sejak seseorang mengenal Yesus, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, mengagumi Yesus, melekat dengan Yesus menjadi murid yang setia sampai kita menjadi seperti Yesus.

Jadi pemahaman keselamatan yang salah harus dikoreksi. Keselamatan adalah anugerah Allah, yang hanya diterima dengan iman (Solagracia, Solafide), biarpun kita lemah masih bisa jatuh dalam dosa. Ini dapat dikatakan benar untuk keselamatan dalam pengertian mendapat justification. Tapi prinsip ini tidak dapat digunakan sebagai dalih pembenaran atas kelemahan kita. Juga bukan sikap bahwa karena keselamatan itu adalah anugerah maka sekali selamat tetap selamat sekalipun hidup kita dalam dosa atau hidup duniawi. Sikap demikian dapat dikatakan hanya menerima sebagian kebenaran, atau memperoleh sebagian keselamatan yaitu mendapat status dibenarkan atau justification. Keadaan seperti itu hanya fondasi, belum ada bangunan di atasnya yang wajib dibangun oleh orang yang percaya (1 Korintus 3:11, dst). Jadi orang percaya setelah dimerdekakan dari dosa harus menjadi hamba Allah (Hamba Kebenaran) sehingga akan memperoleh buah yang membawa kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Roma 6:19-22).

3. Tujuan keselamatan adalah pengudusan hidup sampai memiliki karakter Kristus.

Klimaks dari tujuan keselamatan adalah menjadi serupa dalam karakter seperti Yesus. Sebab semua yang dipilihnya dari semula (diselamatkan dalam Kristus) mereka juga ditentukan- Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya (Roma 8:29). Jadi tujuan keselamatan adalah kembali (dipulihkan) pada desain Allah semula dalam posisi Kejadian 1:26-28, di mana manusia menjadi sekutu Allah atau kawan (mitra) kerja Allah dan sebagai finalnya kalau kita menang, maka kita akan diberi makan buah pohon kehidupan di taman Firdaus Allah dan didudukkan dalam kemuliaan bersama Yesus di atas tahta-Nya (Wahyu 2:7; 3:21). Inilah yang dimaksud keselamatan yang disempurnakan yaitu lewat proses pengudusan, tidak bisa tanpa pengudusan, dan bila Yesus datang kembali yang dibangkitkan atau yang diangkat serta diundang masuk ke dalam perjamuan kawin Anak Domba yang kemudian ikut memerintah dalam kerajaan 1000 tahun adalah mereka yang berbahagia dan kudus (Wahyu 20:6).

Pengertian keselamatan dapat dimaknai pula sebagai sebuah proses masuk dalam kondisi tidak bercacat cela (Efesus 1:4, 5:27), dan orang yang mempunyai harapan memasuki kemuliaan yang dimaksudkan di atas pasti akan menyucikan diri (1 Yohanes 3:1-3). Kalau itu merupakan pengertian yang lengkap tentang keselamatan, maka muncul pertanyaan apakah keselamatan itu anugerah atau hasil usaha manusia? Maka jawabannya, keselamatan adalah anugerah Allah dan usaha ketaatan manusia, artinya ada bagian (aspek) Allah dan ada bagian manusia.

Faktanya, untuk keselamatan tahap permulaan yaitu mendapat status dibenarkan (justification) hanya semata Anugerah Allah dan bagian manusia meresponi dengan iman dan mengaktualisasikan dalam hidup sehari-hari. Proses aktualisasi diri merupakan suatu proses pengudusan (sanctification).

4. Dalam proses pengudusan ada bagian Allah dan ada bagian manusia.

A. Bagian Allah

Inisiatif yang pertama dari Allah. "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya...." (I Tesalonika 5:23), dengan karya Roh-Nya memberi kelahiran baru yang harus ditumbuhkembangkan manusia sehingga potensi taat dan tunduk dengan melatih diri semakin tinggi (2 Timotius 2:4-6). Allah yang menerbitkan kemauan, pekerjaan (upaya) untuk taat dan tunduk (Filipi 2:13). Tuhan memberi sarana pengudusan yaitu darah-Nya dan Roh-Nya (1 Petrus 1:2; 1 Yohanes 1:7) serta Firman-Nya (Yohanes 15:3; 17:17). Allah juga yang membantu memunculkan buah Roh (Galatia 5:22).

B. Bagian manusia

Kerjakan (aktualisasikan) keselamatanmu dengan takut dan gentar (Filipi 2:12). Dalam terjemahan Iain mengatakan: to work out your own salvation, artinya upaya tersebut bukan untuk menerima (memulai) keselamatan tetapi berangkat dari keselamatan yang telah diterima. Karena itu Rasul Paulus dalam 1 Timotius 6:11-12 mengatakan: "Hai manusia Allan jauhilah (cinta akan uang), kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan, bertanding... dan rebutlah hidup yang kekal."

Karena itu orang yang telah lahir baru dengan Kuasa Roh harus mampu mematikan sifat daging (sarkos), mematikan manusia lama yaitu perbuatan tubuh (Roma 8:13; Galatia 5:16-21) dan memberi diri dipimpin Roh (Galatia 5:18, 25) dengan membuang dan mematikan hal-hal negatif yang terus menerus dibaharui (Kolose 3:10). Dengan demikian kesucian sebagai gaya hidup (asas dan prinsip hidup) orang Kristen yang telah lahir baru dan akan menjadi realitas karena karya Allah yang telah mencurahkan anugerah-Nya yang limpah dalam persekutuan yang melekat dengan Kristus, dan yang terus menerus berupaya agar tunduk pada Firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus.

8. Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.

Pembahasan tentang baptisan Roh Kudus ini adalah dalam usaha memahami Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia. Konsep baptisan Roh Kudus dan bahasa lidah sangat dipengaruhi oleh laporan Lukas, khususnya di dalam Kisah Para Rasul. Yang menjadi perhatian penting adalah bahwa Lukas membuat laporan yang bersifat sejarah di dalam Kisah Para Rasul bukan semata- mata demi kepentingan sejarah. Ia mengumpulkan data sejarah untuk mengajarkan pembacanya tentang apa yang Allah sedang selesaikan di dunia; dan apa yang Allah perintahkan kepada orang percaya untuk melakukan apa yang ada di dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang akan ia ceritakan itu.

Lukas memiliki maksud teologis ketika ia menceritakan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Roh Kudus, demikian pula dengan peristiwa baptisan Roh Kudus. Lukas menceritakan peristiwa-peristiwa baptisan Roh Kudus dengan menggunakan berbagai istilah. Istilah-istilah itu antara lain: ‘dibaptis dengan Roh’ (Kudus), ‘janji Bapa, karunia Roh, dipenuhi Roh (Kudus), pencurahan Roh Kudus, menerima Roh Kudus, dan turunnya Roh’. Semua istilah itu menunjuk kepada pengertian yang sama, yaitu bagaimana Roh memberdayakan seseorang atau kelompok orang untuk sebuah pelayanan atau misi.

Dalam penggunaan istilah ‘dipenuhi Roh’, Lukas melaporkan bahwa pemenuhan Roh ini dapat terjadi berulang. Misalnya, Petrus dipenuhi Roh pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:4), selanjutnya ia juga dipenuhi Roh di hadapan Mahkamah Agama (Kisah Para Rasul 4:8). Pengalaman yang sama yaitu dipenuhi Roh juga terjadi kepada Paulus. Ketika Ananias menumpangkan tangan atasnya maka Paulus penuh dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 9:17). Selanjutnya, ketika Paulus menghadapi Elimas, tukang sihir, ia penuh dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 13:9). Baptisan Roh yang tertera di dalam Pengakuan Iman GBI bukanlah satu peristiwa yang sama dengan pertobatan dan penyatuan orang yang bertobat ke dalam tubuh Kristus. Paulus melaporkan tentang baptisan oleh Roh pada peristiwa pertobatan seseorang dan orang tersebut disatukan ke dalam tubuh Kristus/gereja (1 Korintus 12:13). Pengajaran Paulus ini diyakini pula oleh GBI sebagai karya Roh di dalam pembenaran dan kelahiran baru (bnd. Pengakuan Iman GBI butir 5), (Kisah Para Rasul 2:1; 8:12). Jadi baptisan Roh mengikuti pertobatan dan penyucian hati. Karena narasi Lukas ketika berbicara mengenai pemenuhan Roh Kudus dan pembaptisan Roh Kudus, tidak terkait dengan isu soteriologi.

Kisah Para Rasul menghubungkan baptisan Roh dengan bahasa lidah. Di mana saja manifestasi bahasa, maka berbahasa lidah muncul di dalam Kisah Para Rasul selalu dalam peristiwa baptisan Roh. Bahasa lidah yang muncul di dalam peristiwa baptisan bersumber dari Roh itu sendiri. Dalam hal ini, perlu dipahami bahwa bahasa lidah tidak dapat dipelajari atau diajarkan oleh seseorang. Bahasa lidah ini menandai seseorang dibaptis Roh Kudus.

Baptisan Roh sesungguhnya dimaksudkan oleh Tuhan untuk memberdayakan orang percaya dalam sebuah pelayanan dan juga memberi daya tahan kepada orang tersebut agar beı1ahan dalam penderitaan akibat pelayanan yang diembannya. Hal ini dapat dilihat dalam diri Petrus, si pengecut menjadi orang yang berani bersaksi apa pun akibatnya. Sama halnya dengan Paulus, si penganiaya yang teraniaya karena pelayanannya.

Bagaimana kita menerima baptisan Roh Kudus? Sesungguhnya baptisan Roh merupakan karunia Tuhan. Oleh sebab itu pemberian karunia ini adalah kedaulatan Roh, yang memberikannya kepada orang-orang percaya yang menanti dan meminta di dalam doa dengan iman. Penerimaan karunia dapat dilakukan baik dengan maupun tanpa penumpangan tangan. Kita juga perlu mengetahui perbedaan istilah yang terkait dengan Roh Kudus seperti dilahirkan baru oleh Roh Kudus, dibaptis Roh Kudus, diurapi Roh Kudus. dipimpin Roh Kudus, dipenuhi Roh Kudus, dimeteraikan Roh Kudus.

Dalam peristiwa yang terkait dengan proses keselamatan yang dikerjakan Roh Kudus, maka istilah yang dipergunakan oleh Alkitab adalah "dilahirkan oleh Roh" yaitu kelahiran baru. Di sini merujuk kepada sebuah pekerjaan sekali saja dan untuk selamanya yaitu ketika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi (Yohanes 3:15); kemudian orang tersebut dimeteraikan oleh Roh Kudus (Efesus 1). Selanjutnya, pengertian ungkapan "dibaptis oleh Roh Kudus, " adalah sebuah pembaptisan oleh Roh, yang menjadi berkat kedua atau pekerjaan anugerah kedua setelah keselamatan. Di sini, yang dimaksudkan adalah tindakan Roh Allah yang memberdayakan orang percaya bagi pekerjaan misi (Kisah Para Rasul 2). Ini juga peristiwa sekali dan untuk selamanya. Kemudian penggunaan istilah "dipenuhi Roh Kudus" dan "dipimpin oleh Roh Kudus", adalah sebuah kehidupan Kristiani setiap hari di mana kita melibatkan Roh Kudus di dalam semua aspek kehidupan (Efesus 5:18). Sementara istilah, "diurapi Roh, " adalah kehadiran Roh yang luar biasa bagi kepentingan tertentu dari kerajaan Allah, seperti di dalam pekerjaan penginjilan, pengusiran Setan dan roh jahat, mendoakan orang sakit, memberkati ibadah, dan lain-lain.

9. Perjamuan Kudus dilakukan untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain sebagai gereja.

Perjamuan Kudus adalah satu di antara dua sakramen yang dilaksanakan oleh Gereja Bethel Indonesia. Sakramen selalu berkaitan dengan "tanda" dan "meterai" Perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Saat melaksanakan Perjamuan Kudus, kita menggunakan sarana roti (gambaran dari tubuh Kristus) dan anggur (gambaran dari darah Kristus); dan ketika kita makan dan minum maka hal itu melambangkan penyatuan diri kita dengan Kematian dan Karya Keselamatan Yesus Kristus (1 Korintus 10:16, 17). Perjamuan Kudus yang kita lakukan saat ini mengacu pada perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid- Nya pada malam sebelum Ia disalibkan (Matius 26:26-29; Markus 14:22-26; Lukas 22:19; 1 Korintus 11:23-26).

Beberapa hal penting yang perlu kita pahami antara lain:

  • Pertama, GBI menolak konsep "Transubstansiasi". yakni perubahan baik secara hakekat/esensi maupun materi (substansi) roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus, karena konsep ini tidak alkitabiah. Jadi secara tegas GBI menolak memagiskan roti dan anggur yang digunakan dalam Perjamuan Kudus.
  • Kedua, Konsubstansiasi yang adalah ajaran Martin Luther yang berarti secara materi (substansi) roti dan anggur tetap menjadi roti dan anggur, namun secara hakekat (esensi) roti dan anggur tersebut berubah menjadi tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus. Luther menyatakan ini karena Luther adalah mantan imam Katolik Roma dan tidak bisa sepenuhnya lepas dari pengaruh Katolik Roma sehingga ia menganut konsubstansiasi. Konsubstansiasi juga tidak ada dalam Alkitab karenanya, GBI menolak konsubstansiasi.

Secara alkitabiah Perjamuan Kudus adalah perintah Tuhan Yesus Kristus sebagai peringatan yang merupakan terjemahan dari ἀνάμνησις, anamnesis, yang lebih tepat berarti pengenangan (remembrance). Sehingga Perjamuan Kudus merupakan pengenangan akan karya salib Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib bagi semua orang yang percaya.

Sakramen Perjamuan Kudus menjadi sakral dan kudus karena ketaatan kepada perintah Tuhan Yesus Kristus dan karena kehadiran Tuhan Yesus Kristus melalui Roh Kudus.

Makna Sakramen Perjamuan Kudus adalah terjadinya persekutuan antara orang percaya dengan kematian Yesus di kayu salib, juga antara orang percaya dengan sesama anggota tubuh Kristus lainnya. Perjamuan Kudus memiliki nilai peringatan akan karya penebusan Allah bagi setiap orang yang percaya. Perjamuan Kudus mengandung arti pemberitaan kematian Yesus kepada semua orang. Perjamuan Kudus mengajar agar kita selalu mengucap syukur akan karya Allah bagi manusia.

10. Kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.

Korban penebusan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib adalah korban yang sempurna untuk keselamatan tubuh, jiwa dan roh manusia. Darah-Nya yang sudah tertumpah itu adalah untuk menyucikan segala dosa kita (Ibrani 9:14-28; 1 Yohanes 7:9). Ada hubungan yang erat antara dosa manusia dengan penyakit. Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa dan pelanggarannya atas hukum Tuhan maka penyakit mulai nyata. Timbulnya penyakit adalah akibat pelanggaran manusia terhadap hukum Allah maupun hukum alam.

Allah telah memberikan hukum dan aturan yang jelas terhadap umat-Nya. Dalam Keluaran 15:26, firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir, sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau." lnilah perjanjian Tuhan secara khusus kepada umat-Nya. Tuhan adalah tabib (dokter) yang setiawan dan yang Mahakuasa. Kesembuhan merupakan kehendak Allah bagi umat-Nya. Hal itu nyata dalam pelayanan Tuhan Yesus. Ia berjalan keliling untuk melepaskan tiap-tiap orang yang dirasuk Setan dan menyembuhkan segala orang sakit yang percaya kepada-Nya (Kisah Para Rasul 10:38; Markus 16:15-18).

Kesembuhan ilahi tersedia bagi umat-Nya. Jalan untuk menerima kesembuhan ilahi itu adalah iman kepada Yesus Kristus.

Kesembuhan tersedia dalam korban penebusan Tuhan Yesus Kristus bagi orang percaya. Sama seperti darah-Nya mempunyai kuasa untuk menyucikan dosa kita, begitu juga bilur-Nya (daging- Nya yang telah hancur) mempunyai kuasa untuk menyembuhkan tubuh kita dari segala penyakit. Hal inilah yang dikemukakan Yesaya, "Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh" (Yesaya 53:5); "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (Matius 8:17; 1 Petrus 2:24).

Kita percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus sudah bangkit dari antara orang mati, dan sekarang duduk di sebelah kanan Bapa. Sebagai Allah yang hidup, kita percaya bahwa hari ini juga Ia berkuasa menyembuhkan segala penyakit tiap-tiap orang percaya. Ia mengaruniakan kesembuhan dengan perantaraan hamba-hamba-Nya yang diurapi oleh Roh Kudus. Hamba Tuhan menumpangkan tangan atas orang sakit, atau mengurapinya dengan minyak dalam nama Tuhan Yesus, seı1a memerintahkan dengan Firman Tuhan maka kesembuhan ilahi akan terjadi dalam tubuh orang percaya itu. Untuk pelayanan ini, Tuhan menyediakan karunia kesembuhan, karunia iman, karunia mujizat dari Roh Kudus (1 Korintus 12:9-10).

Pelayanan kesembuhan ilahi dilakukan dengan cara berdoa agar kuasa Tuhan dinyatakan. Pelayanan kesembuhan dapat berjalan bersama-sama dengan pelayanan Pekabaran Injil untuk keselamatan manusia dari dosanya. Inilah tanda bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang hidup. Sebab ketika Injil diberitakan he segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja meneguhkan 1irman itu dengan berbagai tanda (Markus 16:20).

11. Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati di dalam Dia dan mengangkatnya bersama-sama semua umat-Nya yang masih hidup lalu bertemu dengan Dia di angkasa, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan Kerajaan seribu tahun di bumi ini.

Janji kedatangan Kristus kedua kali pasti digenapi seperti halnya janji atau nubuat kedatangan-Nya yang pertama (2 Petrus 3:8-9; Bilangan 23:19; Matius 24:35). Janji bahwa Kristus akan datang kembali tidak hanya disampaikan oleh malaikat ketika Ia naik ke surga (Kisah Para Rasul 1:11) tetapi kedatangan- Nya kembali telah diucapkan juga oleh Yesus sendiri (Yohanes 14:2, 3).

Tentang ajaran kedatangan Kristus kembali, GBI mempunyai pandangan atau paham Premilenium Dispensasional, yaitu ajaran tentang kedatangan Yesus kembali yang meliputi dua tahap.

  • Tahap pertama, pengangkatan gereja yang sempurna dari bumi (rapture atau parousia). Yesus datang di udara (1 Tesalonika 4:16, 17) dan mengangkat gereja sehingga tidak mengalami kesusahan besar atau tribulasi (Wahyu 7:14) di bawah pemerintahan Antikristus. Namun dengan catatan bahwa GBI tidak menekankan berapa lama waktunya, karena kita tidak mengetahui kapan saatnya pengangkatan gereja. GBI tidak menekankan pada teori pengangkatan rapture yang sifatnya spekulatif, misalnya: teori pre-tribulasi, mid-tribulasi atau post-tribulasi.
  • Tahap kedua, kedatangan yang tampak dari Kristus (revelation atau apokalupses) bersama orang-orang kudus-Nya untuk memerintah di bumi selama seribu tahun dan berpusat di Yerusalem (Matius 16:27; 24:30; Wahyu 20:1-6).

GBI menolak upaya menghitung dan menetapkan penanggalan saat kedatangan Yesus kembali. Ajaran ini menyesatkan, karena Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa tidak seorangpun yang tahu, hanya Bapa sendiri (Matius 24:36; Kisah Para Rasul 1:7). Adalah lebih bertanggung jawab untuk mengajarkan dan menekankan hal-hal yang diperintahkan Yesus sambil kita menantikan kedatangan-Nya kedua kali, yakni:

12. Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.

Pengakuan ini dimulai dengan peringatan, "Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan". Pada akhirnya memberikan peringatan bahwa waktu dan ruang akan berakhir eksistensinya. Sedang semua orang mati akan dibangkitkan menegaskan bahwa manusia adalah makhluk kekal, namun apakah dia kekal di sorga atau kekal di neraka.

Ada jaminan yang jelas bahwa akan terjadi kebangkitan orang mati secara fisik di akhir zaman. Allah berkuasa untuk membangkitkan orang mati. Kemudian orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal. Di sinilah ditegaskan keyakinan akan kepastian keselamatan bagi orang benar. Kesempurnaan keselamatan dinyatakan bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi (Yohanes 5:24; Roma 3:24; Yohanes 5:28, 29; Efesus 2:8, 9; Galatia 3:13; 4:5).

Kebangkitan pertama akan terjadi pada tahap pertama dari kedatangan Yesus kembali, yaitu pengangkatan gereja (1 Tesalonika 4:16, 17). Orang percaya akan diberi tubuh kemuliaan, tubuh rohaniah yang tidak dapat dibinasakan (1 Korintus 15:33-44, 49, 52). Semua orang percaya akan menerima hidup kekal atau keselamatan yang sepenuhnya, dan juga menerima pahala atas pelayanannya.

Di lain pihak, orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya. Orang jahat adalah mereka yang tidak percaya Yesus, yang akan dibangkitkan pada akhir kerajaan 1000 tahun untuk menerima hukuman kekal (Kisah Para Rasul 24:15; Wahyu 20:11-13). Mereka akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:14, 15), neraka atau Gehenna (Yeremia 7:32; 14:6; Matius 23:14, 33; 25:41, 46), tempat penghukuman akhir yang tidak berkesudahan.