1997

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 13 Juli 2018 05.58 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Visi tahun 1997 adalah tahun misi dan penginjilan.

Prof Peter Wagner, seorang pakar mengenai pertumbuhan gereja menyimpulkan dalam sebuah bukunya bahwa pertumbuhan gereja yang paling efektif adalah dengan membuka gereja-gereja baru. (Gereja-gereja baru ini merupakan "rumah-rumah doa"/pangkalan doa). Pdt Niko membaca buku tersebut dan menjadi rhema yang diterimanya dengan sukacita.[1]

Kejadian Mei 1997 yang mengguncangkan kota Jakarta menjadikan umat semakin menjadi rumah doa. Pada pertengahan tahun, dimulai pembentukan kubu-kubu doa. Kubu-kubu doa dibentuk di kelompok-kelompok sel (FA) untuk pertahanan wilayah RT/RW/Kelurahan setempat, untuk menduduki dan memenangkan wilayah tersebut bagi Kristus dan menjadikan jemaat Rumah Doa. Kubu Doa bersifat ringkas dan fleksibel. Dari satu kelompok sel (FA) dapat dibentuk 2 atau 3 kubu doa.

Kemudian mulailah 5-6 FA menjadi 1 gereja, dan ada pula yang 10 FA menjadi 1 gereja. Dalam 1 FA kira-kira ada 12 orang. Dalam tempo 1½ tahun, GBI Senayan menanam sekitar 200 gereja baru. Namun Pdt Niko juga mengalami kecaman dari banyak Pendeta dan terjadi kesalahpahaman. Pun demikian, gereja tetap berkembang pesat.[1]

Referensi

  1. ^ a b Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo (11 September 2011), "Roh Kudus dicurahkan!", GBI Jalan Gatot Subroto, JCC Senayan, Jakarta.

Lihat pula