Murid yang menyembah

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 12 November 2022 03.47 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| nama=" menjadi "| name=")
Lompat ke: navigasi, cari

Penuntasan Amanat Agung tidak terlepas dari pemuridan. Artinya mereka yang telah dijangkau oleh Injil (pemberitaan Injil) harus dimuridkan. Itulah yang terjadi pada jemaat mula-mula yang kita dapat baca dalam Kisah Para Rasul 2:41-42,

"Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan."

Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul yang meneruskan pengajaran yang telah diterima dari Tuhan Yesus. Dengan perkataan lain jemaat mula-mula tekun belajar firman Tuhan dan dimuridkan!

Tabib Lukas memberikan kita catatan lainnya dalam Kisah Para Rasul, yakni bagaimana jemaat mula-mula bukan hanya bertekun dalam pengajaran, tetapi juga memiliki gaya hidup berdoa, memuji dan menyembah TUHAN, sebagaimana dicatat dalam KisahPara Rasul 2:47, "...sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang."" Mereka berlimpah dalam ucapan syukur serta terus-menerus memuji Tuhan.

Ini tentu tidak terpisahkan dengan doa dan penyembahan. Mereka yang telah dibaptis Roh Kudus banyak berdoa, memuji dan menyembah TUHAN. Bahkan sejak mereka masih menantikan pencurahan Roh Kudus, mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus (Kisah Para Rasul 1:14). Inilah yang dinyatakan oleh Gembala Jemaat Induk/Gembala Pembina sebagai prinsip Menara Doa.

Sesuai dengan bahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan paling tidak ada tiga karakteristik murid yang menyembah yakni:

  • Pertama, konsisten dan kontinu dalam berdoa, memuji, menyembah Tuhan dan belajar Firman Tuhan. Mereka melakukan hal tersebut tiap-tiap hari menjadi sebuah disiplin rohani seorang murid Tuhan. Bukankah hal yang senada juga kita ajarkan kepada anak-anak kita melalui lagu ibadah anak yang memiliki syair: "baca kitab suci, doa tiap hari, nyembah tiap hari, muji tiap hariiii.... Baca kitab suci, doa tiap hari kalau mau tumbuh!" Murid (disciple) terkait erat dengan disiplin (discipline), artinya mereka yang tidak memiliki disiplin rohani sesungguhnya belum layak disebut sebagai murid.
  • Kedua, murid yang menyembah melakukan disiplin rohani dengan gembira dan tulus hati. Kata disiplin sering kali dipahami sebagai kewajiban, legalisme dan sesuatu yang memberatkan seseorang. Namun sebagai seorang murid Tuhan kita harus memahami disiplin sebagai sesuatu yang kita lakukan dengan gembira dan tulus hati. Disiplin rohani seorang murid dalam berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan serta belajar Firman Tuhan adalah sesuatu yang menyenangkan dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan rohani kita.
  • Ketiga, murid yang menyembah berkenan di hati Tuhan dan masyarakat. Perkenanan Tuhan nampak melalui kepercayaan Tuhan menambahkan jiwa-jiwa baru yang bertobat. Dengan kata lain Tuhan memandang mereka siap untuk memuridkan jiwa-jiwa baru yang Ia tambah-tambahkan setiap hari. Ini berbicara tentang penuaian jiwa besar-besaran. Bukankah kita di era pentakosta ketiga ini tengah menantikan penuaian jiwa yang terbesar dan terakhir sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali? Jika kita menjadi murid yang menyembah, kita pasti akan melihat hal tersebut terjadi. Perkenanan dari masyarakat nampak ketika komunitas murid-murid yang menyembah ini disukai oleh semua orang. Artinya tidak mendapat pertentangan atau perlawanan dari masyarakat. Nyatalah bahwa disiplin rohani yang dilakukan murid yang menyembah berdampak bukan hanya kedalam (pertumbuhan rohani) melainkan juga berdampak keluar, di mana ‘atmosfir' secara rohani diubahkan. Amin. (DL)