Tidak ada pemberian yang tidak berarti

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 23 Februari 2021 14.52 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari

"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (Yohanes 6:9)

Pendahuluan

Tentu kita tahu bahwa ayat ini merupakan bagian dari peristiwa mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus yang dicatat dalam keempat Injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Saat itu berbondong-bondong orang mengikuti Tuhan Yesus sampai ke seberang danau Galilea untuk melihat mujizat-mujizat penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus.

Ketika Tuhan Yesus melihat orang banyak tersebut, bertanyalah Ia kepada Filipus untuk mencobainya, "Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?" Ini adalah sebuah persoalan yang harus segera dihadapi dan diselesaikan. Dalam bagian Injil yang lain dinyatakan bagaimana murid-murid memberikan opsi solusi agar Tuhan Yesus menyuruh orang banyak tersebut bubar agar mereka bisa pergi ke desa-desa sekitar sehingga dapat membeli makanan (Matius 14:15; Markus 6:36; Lukas 8:12). Namun hal tersebut bukanlah solusi yang Tuhan Yesus ingin lakukan, sebab Ia hendak menyatakan mujizat diantara murid-murid dan orang banyak tersebut.

Dari keempat Injil hanya Injil Yohanes yang mencatat dari mana asal lima roti dan dua ikan yang ada pada mereka pada saat itu, yakni dari seorang anak kecil, yang sekalipun tidak dicatat secara literal namun dapat dipastikan memberikan apa yang dia punya sebagai bekal makanannya lalu anak kecil tersebut memberikannya kepada Tuhan Yesus dan mujizat yang luar biasa itupun terjadi.

Isi dan sharing

Pembelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini?

  1. Pemberian yang dinilai kecil atau tidak berarti dapat dipakai sebagai alat untuk menyatakan kuasa-Nya
  2. Menurut Andreas, pemberian anak kecil tersebut tidak memiliki arti jika dibandingkan dengan kebutuhan yang ada pada saat itu.

    Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (Yohanes 6:8-9)

    Tentunya kita sepaham dan sepakat dengan apa yang dinyatakan Andreas pada saat itu, jika melihat secara fisik kelima roti dan dua ikan tersebut jika dibandingkan dengan lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak (Matius 14:21). Namun yang tidak Andreas dan murid-murid lihat adalah apa yang akan Tuhan Yesus lakukan dengan pemberian anak kecil tersebut. Tuhan Yesus mengucap syukur kemudian membelah-belah roti dan ikan, diberikan kepada murid-murid untuk dibagikan kepada orang banyak itu sebanyak yang mereka kehendaki sampai mereka kenyang (Yohanes 6:12) bahkan sisa dua belas bakul penuh. Anak kecil yang disebutkan Andreas telah memberikan semua bekal yang dia miliki, sekalipun dinilai kecil dan tidak berarti dibanding dengan kebutuhan saat itu, namun Tuhan Yesus menggunakannya sebagai alat untuk menyatakan mukjizat dan kemuliaan-Nya.

  3. Pemberian yang dinilai kecil atau tidak berarti dapat dipakai sebagai alat untuk memberkati orang lain
  4. Siapa yang sangka bekal makanan seorang anak kecil yang mungkin hanya cukup untuk mengenyangkan perut satu orang anak kecil tersebut ternyata berdampak sangat besar, menjadi berkat bagi lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak.

    Persoalan yang dihadapi oleh murid-murid dan kebutuhan orang banyak akan makanan diselesaikan oleh Tuhan Yesus dengan menggunakan pemberian yang sederhana dari seorang anak kecil yang memberikan seluruh bekalnya.

    Jangan pernah anggap remeh persembahan yang kita berikan, sekalipun secara kasat mata mungkin bagi orang lain dipandang kecil dan tidak berarti, namun Tuhan Yesus dapat menjadikannya sebagai alat untuk menyatakan mukjizat-Nya dan menjadi berkat bagi orang banyak. Mari kita memberi dari apa yang ada pada kita dengan ketulusan dan kerelaan hati. Maranatha! (DL)

Kesaksian

Kebaikan-kebaikan apa saja yang Anda lakukan sehingga dapat menjadi berkat bagi orang lain?

Kesimpulan dan saling mendoakan

Janganlah jemu-jemu berbuat baik kepada setiap orang, pasti Tuhan akan memperhitungkannya.

Catatan

COOL Umum Maret 2021: