Dalam kasih karunia: wujud bukan bayangan (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.15 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (Ibrani 10:1)

Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (Kolose 2:16-17)

Seperti datangnya bayangan menandakan datangnya seseorang, demikian pula dengan hukum Taurat menunjuk kepada datangnya Tuhan Yesus Kristus. Yesus, dengan kelimpahan kasih karunia-Nya, adalah wujud nyata dari bayangan hukum Taurat. “Wujudnya ialah Kristus." Yesus-lah yang membawa “keselamatan yang akan datang."

Salah satu berkat yang Tuhan Yesus sediakan oleh kasih karunia-Nya adalah perhentian seperti yang dilambangkan oleh hari Sabat. Hukum Taurat menuntut orang Israel untuk memberikan satu hari setiap minggu, untuk berhenti dari semua pekerjaan. “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8). “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN” (Keluaran 31:15). Bayangan ini mengatur adanya waktu istirahat bagi tubuh secara fisik untuk orang Israel. Namun, hal tersebut merupakan bayangan istirahat yang sesungguhnya secara rohani, yang Tuhan Yesus sediakan bagi kita. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:28-29). Sekarang Yesus adalah perhentian bagi kita semua yang dengan rendah hati mengandalkan Dia. “Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian” (Ibrani 4:3).

Berkat lain yang Tuhan Yesus sediakan oleh kasih karunia-Nya adalah persekutuan yang seutuhnya yang dilambangkan dalam tabernakel kemah suci perjanjian lama. Tabernakel memperlihatkan keinginan Tuhan untuk tinggal di antara manusia. “Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya” (Keluaran 25:8-9). Kemah suci ini harus didirikan tepat di tengah perkemahan orang Israel. “Tetapi tugaskanlah mereka untuk mengawasi Kemah Suci, tempat hukum Allah dengan segala perabotan dan perlengkapannya; mereka harus mengangkat Kemah Suci dengan segala perabotannya; mereka harus mengurusnya dan harus berkemah di sekelilingnya” (Bilangan 1:50). Imam-imam dari suku Lewi harus berkemah disekeliling tabernakel, sementara umat Israel yang lain berkemah di sekitar perkemahan orang Lewi. Namun, di dalam Kristus semuanya terwujud." Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Sekarang, Yesus yang sama, membuat gereja dan orang percaya menjadi tabernakel di antara umat manusia di dunia! “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16). “Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu” (Efesus 3:17).

Doa

Tuhan Yesus, aku memuji Engkau karena Engkau mau tinggal di dalam hidupku oleh karena kasih karunia melalui iman. Aku hanya berharap kepada-Mu sebagai tempat perhentianku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.