Tuhan mengaruniakan segala sesuatu bagi kita

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 04.58 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32)

Oleh karena kasih karunia Allah yang diberikan dengan cuma-cuma, kita menerima pelayanan. “Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya” (Efesus 3:7). Oleh karena karya kasih karunia-Nya di dalam hidup kita, pelayanan kita ditandai dengan keberanian dan tidak mementingkan diri sendiri. “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun” (Kisah Para Rasul 20:24). Pola kasih karunia ini sesuai dengan rencana agung Allah yang mengaruniakan segala sesuatu kepada kita dengan cuma-cuma.

Seperti telah kita lihat, memberi adalah bahasa dari kasih karunia. Perhatikan apa saja yang Tuhan ingin berikan kepada kita. Ia ingin “mengaruniakan segala sesuatu.” Semua hal yang dibutuhkan untuk hidup yang sejati, Allah sediakan bagi kita secara cuma-cuma oleh karena kasih karunia-Nya. Alkitab berulang kali menulis dengan istilah ini. “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh” (2 Petrus 1:3). Semua yang kita perlukan untuk hidup seperti yang Tuhan kehendaki dan untuk pertumbuhan dalam kesalehan sudah diberikan kepada kita di dalam Kristus. Saat kita semakin mengenal Dia, semua yang sudah Ia berikan kepada kita di dalam Kristus akan kita alami sebagai kenyataan: “oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib” (2 Petrus 1:3).

Kematian Kristus adalah jaminan kita untuk dapat menerima dan mengalami kasih karunia Allah yang sudah disediakan bagi kita: “yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua.” Yesus adalah Anak Allah yang sangat dikasihi oleh Bapa di sorga. Melalui Nabi zaman perjanjian lama, Bapa mengumandangkan kasih ilahi-Nya. “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan” (Yesaya 42:1). Ketika Allah Anak ada di bumi ini, Allah Bapa dengan tegas menyatakan kasih dan sukacitanya langsung dari surga. “Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Berulang-ulang Yesus dipandang sebagai obyek kasih Bapa: “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya” (Yohanes 3:35). “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kolose 1:13). Keagungan kasih Bapa kepada Anak adalah latar belakang dari kasih-Nya kepada kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal” (Yohanes 3:16). Bapa kita yang penuh kasih dan murah hati tidak menahan kita dari anugerah pengorbanan Anak yang Ia kasihi, yang rela mati untuk menanggung dosa kita. Jika Bapa tidak menahan Anak-Nya yang paling Ia kasihi, maka tidaklah mungkin Allah menahan berkat-berkat yang lain kepada kita. “Bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia”

Doa

Bapa yang penuh kasih, aku memuji Engkau untuk kasih-Mu yang besar dan ajaib, yang dinyatakan dengan memberikan Anak-Mu yang Engkau kasihi untuk mati bagi dosa-dosaku. Aku bersyukur untuk kepastian bahwa semua yang aku perlukan sudah diberikan kepadaku dengan cuma-cuma. Amin.

Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32) Oleh karena kasih karunia Allah yang diberikan dengan cuma-cuma, kita menerima pelayanan. “Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya” (Efesus 3:7). Oleh karena karya kasih karunia-Nya di dalam hidup kita, pelayanan kita ditandai dengan keberanian dan tidak mementingkan diri sendiri.