Musa mengandalkan Tuhan dalam peperangan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 2 Mei 2023 03.20 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu. (Ulangan 20:3-4)

Musa adalah contoh lain dari orang yang hidup di dalam kasih karunia Tuhan di zaman perjanjian lama. Ia tahu akan kebutuhan mengandalkan kuasa Allah yang tak terbatas, dan tidak mengandalkan kekuatan manusia yang terbatas. Salah satu ilustrasi dari hal ini adalah ketika Musa mengingatkan bangsa Israel akan keterlibatan Allah di dalam peperangan.

Ketika umat Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, banyak peperangan yang akan mereka hadapi. Peperangan ini tidak dapat dihindari, karena bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah sudah memperkuat pertahanan mereka di dalam Tanah Perjanjian itu: “Karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu” (Ulangan 9:5). Oleh sebab itu sejarah bangsa Israel mencatat dari satu peperangan kepada peperangan yang lain.

Musa menyampaikan kebenaran yang harus didengar oleh bangsa Israel saat mereka semakin dekat kepada medan pertempuran. “Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka.” Sering kali ketika peperangan datang, musuh terlihat begitu kuat dan tak terkalahkan: “Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu” (Ulangan 20:1). Secara alamiah, manusia akan tergoda untuk menjadi lemah iman, takut, gentar dan gemetar. Cobaan yang lain adalah dengan mencoba untuk melawan musuh dengan kekuatan yang sama, melawan kuda dengan kuda, melawan kereta dengan kereta. Alkitab memperingatkan kesia-siaan dari mengandalkan kekuatan duniawi. “Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN” (Yesaya 31:1).

Musa sadar bahwa umat Tuhan perlu diingatkan bahwa Allah ingin menjadi harapan mereka. Ketika kita masuk ke dalam peperangan hidup, Tuhan senantiasa menyertai kita. “Sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu.” Ia ada tidak saja untuk menghibur kita, tetapi juga untuk berperang bagi kita: “Untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu.” Tuhan dapat berperang bagi umat-Nya dalam berbagai macam cara. Ia dapat mengubah hati orang-orang yang melawan kita. Ia dapat menggagalkan rencana musuh. Ia dapat menjebak mereka di dalam rencana jahat mereka sendiri. Ia dapat membuat musuh saling menyerang di antara mereka sendiri. Ia dapat memberikan kemenangan kepada kita dengan cara apa pun yang Ia inginkan.

Doa

Ya Tuhan, Pelindungku, aku menghadapi banyak peperangan yang membuat aku tertekan dan ketakutan. Aku sering berharap kepada kekuatanku sendiri atau mengandalkan bantuan orang lain. Tuhan, sekarang aku mau memandang Engkau sebagai Allah yang akan berperang bagi aku dan memberikan kemenangan kepadaku dengan cara apa pun yang Engkau kehendaki, semata-mata untuk kemuliaan dan kehormatan-Mu saja. Amin.

Dengarlah, hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu; janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu. (Ulangan 20:3-4) Musa adalah contoh lain dari orang yang hidup di dalam kasih karunia Tuhan di zaman perjanjian lama.