Ayo Saat Teduh/12/20: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Leo (bicara | kontrib)
baru
 
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title="
 
Baris 1: Baris 1:
{{unified info | templatetype=saatteduh
{{unified info | templatetype=saatteduh
   | image=
   | image=
   | judul = Mengikut Yesus sebagai murid (2)
   | title= Mengikut Yesus sebagai murid (2)
   | bulan = 12
   | bulan = 12
   | hari = 20
   | hari = 20

Revisi terkini sejak 2 Mei 2023 05.07

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (Lukas 9:23)

Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. (Galatia 6:14)

Mengikut Yesus sebagai seorang murid adalah satu cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah dalam kerendahan hati dan iman. Aspek pertama dari mengikut Yesus adalah menyangkal diri sendiri. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya.” Dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui bahwa Tuhan tidak berkenan kepada hidup yang dibangun oleh usaha diri sendiri. Aspek berikutnya dari mengikut Yesus juga membutuhkan kerendahan hati.

Aspek kedua untuk menjadi murid Yesus adalah “Memikul salibnya.” Saat berbicara soal salib, Yesus sedang berbicara soal alat penghukuman mati yang paling mengerikan pada masa itu. Jadi setelah berbicara soal menyangkal kedagingan diri sendiri, maka berikutnya berbicara soal mematikan kedagingan diri sendiri. Cara untuk mematikannya adalah melalui salib Kristus. Mereka yang ingin mengikut Yesus sebagai murid harus menjadikan salib Kristus sebagai salib mereka sendiri. Artinya, mengaku kepada Allah bahwa mereka layak untuk mati di atas kayu salib tersebut. “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Lebih dari itu, mereka menyetujui pernyataan Alkitab bahwa Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan mereka. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Korintus 15:3). “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib” (1 Petrus 2:24).

Injil yang menyelamatkan ini juga menyatakan kebenaran mengenai kebangkitan:

“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu… ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Korintus 15:1-4).

Berkat agung lain dari salib adalah bahwa kita yang percaya kepada Yesus juga mati bersama dengan Dia. “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan” (Roma 6:6). Manusia lama kita yang tumbuh di dalam Adam (1 Korintus 15:22), telah dihukum mati di atas kayu salib bersama dengan Kristus. Salib adalah jalan keluar dari kematian akibat dosa dan kita dapat bermegah oleh kebenaran ini. “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” Sementara itu, perilaku dari manusia lama masih ada dalam kemanusiawian kita. Oleh karena itu kita harus menyangkal diri dan mematikan kedagingan kita setiap hari: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari.”

Doa

Tuhan Yesus, aku mengakui salib-Mu sebagai salibku. Aku layak mati di atas kayu salib itu, tetapi Engkau yang mati menggantikan aku. Aku bermegah di salib itu, di mana aku juga mati bersama dengan Engkau. Sekarang, melalui salib, aku keluar dari dunia yang mati ini. Aku memuji Engkau karena kebenaran ini membuat aku rendah hati dan menumbuhkan iman percayaku! Amin.

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (Lukas 9:23)

Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. (Galatia 6:14)

Mengikut Yesus sebagai seorang murid adalah satu cara untuk memiliki persekutuan yang benar dengan Allah dalam kerendahan hati dan iman.