Ayo Saat Teduh/01/12: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Leo (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{unified info | templatetype=saatteduh | image= | judul = Manfaat hukum Taurat | bulan = 01 | hari = 12 | show = true | penulis = Paul Tuanakotta | tamp...'
 
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title="
 
Baris 1: Baris 1:
{{unified info | templatetype=saatteduh
{{unified info | templatetype=saatteduh
   | image=
   | image=
   | judul = Manfaat hukum Taurat
   | title= Manfaat hukum Taurat
   | bulan = 01
   | bulan = 01
   | hari = 12
   | hari = 12

Revisi terkini sejak 2 Mei 2023 03.18

“TUHAN memberikan kepadaku kedua loh batu, yang ditulisi jari Allah, di mana ada segala firman yang diucapkan TUHAN." (Ulangan 9:10)

"Kamu telah mendengar firman… Tetapi Aku berkata kepadamu…” (Matius 5:27-28)

Meskipun hukum Taurat tidak dapat membenarkan ataupun menguduskan, namun memiliki manfaat yang Tuhan persiapkan bagi manusia. Ayat-ayat dari hukum Taurat dan khotbah Yesus di bukit akan membantu kita untuk mengerti hal ini. Kedua ayat tersebut sama-sama berbicara mengenai hukum Taurat. Hukum Taurat mengacu kepada hukum yang ada dalam kitab-kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Kitab-kitab ini mencatat penjelasan yang lengkap mengenai hukum-hukum Allah. Sementara itu, khotbah di bukit (Matius pasal 5 sampai 7) adalah penjelasan yang Yesus buat untuk meluruskan pengertian manusia mengenai hukum Taurat.

Ketika kitab-kitab Taurat ini dibaca, dipelajari dan diajarkan, ada manfaat yang dikerjakan oleh hukum Taurat. Lewat kitab-kitab tersebut, karakter dan kehendak Allah dinyatakan. Pesan yang ada di dalam “kedua loh batu” itu berbicara mengenai karakter Allah, “sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” Maka kesimpulan dari pesan tersebut akan menjelaskan kehendak Allah bagi manusia, “Kuduslah kamu.” Kitab Taurat kemudian akan merinci lebih detail apa yang disebut dengan kekudusan dalam persekutuan antara manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Khotbah Yesus kemudian memperdalam pengertian tersebut dengan melihat kondisi hati manusia.

Hukum Taurat adalah standar Allah untuk mengukur kondisi rohani manusia. Dengan hukum Taurat, Allah mengukur kekudusan umat-Nya, yaitu dengan menyatakan kehendaknya yang berdasarkan karakter-Nya yang kudus. Pada kenyataannya, kita semua “telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kita semua tidak mencapai standar ukuran kekudusan Allah.

Pita pengukur dapat dipakai sebagai ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan hukum Taurat. Ketika kita mengukur tinggi badan seseorang menggunakan pita pengukur, alat tersebut akan menampilkan ukuran tinggi badan orang tersebut. Namun pita pengukur sendiri tidak dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi badan seseorang. Demikian juga dengan hukum Taurat. Hukum Taurat menjelaskan dan mengukur apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan umat-Nya. Hukum Taurat sendiri tidak menyebabkan pertumbuhan rohani apapun. Hanya kasih karunia Tuhan-lah yang mampu mengerjakan pertumbuhan rohani di dalam hidup kita.

Doa

Ya Tuhan, aku tahu aku masih jauh dari standar ukuran yang Engkau tetapkan. Oleh karena itu aku berterima kasih kepada-Mu untuk kasih karunia-Mu yang sudah membersihkan aku dari semua kejahatan. Terima kasih untuk memberikan kepadaku pakaian kebenaran yaitu Yesus Kristus. Sekarang aku menaruh pengharapanku kepada-Mu dalam perjalananku bersama Engkau. Ya Tuhan Yesus, bekerjalah dalam hidupku sesuai dengan kehendak-Mu, di dalam kasih karunia-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku.

“TUHAN memberikan kepadaku kedua loh batu, yang ditulisi jari Allah, di mana ada segala firman yang diucapkan TUHAN." (Ulangan 9:10)

"Kamu telah mendengar firman… Tetapi Aku berkata kepadamu…” (Matius 5:27-28)

Meskipun hukum Taurat tidak dapat membenarkan ataupun menguduskan, namun memiliki manfaat yang Tuhan persiapkan bagi manusia. Ayat-ayat dari hukum Taurat dan khotbah Yesus di bukit akan membantu kita untuk mengerti hal ini.