Ayo Saat Teduh/01/22: Perbedaan antara revisi
(baru) |
k (Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=") |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{unified info | templatetype=saatteduh | {{unified info | templatetype=saatteduh | ||
| image= | | image= | ||
| | | title= Jalan yang baru dan yang hidup | ||
| bulan = 01 | | bulan = 01 | ||
| hari = 22 | | hari = 22 |
Revisi terkini sejak 2 Mei 2023 03.15
Ayo Saat Teduh | |
---|---|
Tanggal | Senin, 22 Jan 2024 |
Kemarin | Minggu, 21 Jan 2024 |
Besok | Selasa, 23 Jan 2024 |
Hidup dalam perjanjian kasih karunia digambarkan sebagai “Jalan yang baru dan yang hidup.” Sebaliknya, hidup dalam perjanjian lama dapat digambarkan sebagai “jalan yang lama dan yang mati.” Perlu dicatat bahwa bukan berarti kasih karunia Tuhan “baru” timbul pada zaman perjanjian baru, karena kasih karunia Tuhan sudah ada sebelum datangnya hukum Taurat, bahkan sudah dicatat sejak penciptaan. Pohon kehidupan di taman Eden adalah manifestasi kasih karunia Tuhan bagi Adam dan Hawa. Janji Tuhan kepada Abraham, yang sudah diberikan ratusan tahun sebelum Musa menerima hukum Taurat, tidak tergantung kepada perbuatan Abraham namun murni diberikan karena kasih karunia Tuhan.
Yang dimaksud dengan “baru” adalah bahwa kasih karunia Tuhan selalu baru setiap hari. Dari hari ke hari, Tuhan menganugerahkan kasih karunia baru yang melimpah yang tersedia bagi mereka yang percaya dan mengandalkan Tuhan.
Dalam perjanjian lama, hanya satu orang saja, yaitu Imam Besar, yang dapat masuk ke dalam ruang maha kudus di mana Tuhan hadir. Itu pun hanya dapat dilakukan satu hari dalam setahun. Keterbatasan akses kepada hadirat Tuhan ini membuat mereka hanya dapat merasakan kasih karunia yang “baru” satu tahun sekali. Bandingkan dengan kita yang hidup dalam perjanjian baru di mana setiap saat kita bisa masuk ke dalam hadirat Tuhan.
Nabi Yeremia menulis mengenai hal ini: “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! ‘TUHAN adalah bagianku,’ kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya” (Ratapan 3:22-24).
Rasul Paulus membuat kesimpulan yang dalam mengenai jalan yang “baru” ini: “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat” (Roma 7:6).Doa
Ya Tuhan Allah yang Hidup. Aku bersyukur untuk Jalan yang baru dan yang hidup yang Engkau berikan oleh kasih karunia-Mu. Betapa aku rindu untuk selalu berada dalam hadirat-Mu setiap hari, setiap saat. Aku mengakui bahwa selama ini aku mencoba untuk berkenan di hadapan-Mu dengan berusaha sendiri menggunakan kekuatanku. Ajar aku untuk berjalan dan bertumbuh dalam kasih karunia-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku. Amin.
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka Jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (Ibrani 10:19-20) Hidup dalam perjanjian kasih karunia digambarkan sebagai “Jalan yang baru dan yang hidup.” Sebaliknya, hidup dalam perjanjian lama dapat digambarkan sebagai “jalan yang lama dan yang mati.” Perlu dicatat bahwa bukan berarti kasih karunia Tuhan “baru” timbul pada zaman perjanjian baru, karena kasih karunia Tuhan sudah ada sebelum datangnya hukum Taurat, bahkan sudah dicatat sejak penciptaan.