Ayo Saat Teduh/09/06: Perbedaan antara revisi
baru |
k Penggantian teks - "| judul =" menjadi "| title=" |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{unified info | templatetype=saatteduh | {{unified info | templatetype=saatteduh | ||
| image= | | image= | ||
| | | title= Daud mengandalkan kasih setia Allah (3) | ||
| bulan = 09 | | bulan = 09 | ||
| hari = 06 | | hari = 06 |
Revisi terkini sejak 2 Mei 2023 03.03
Ayo Saat Teduh | |
---|---|
Tanggal | Jumat, 6 Sep 2024 |
Kemarin | Kamis, 05 Sep 2024 |
Besok | Sabtu, 07 Sep 2024 |
Kita sedang merenungkan ayat-ayat Perjanjian Lama yang berbicara mengenai kasih setia Allah, sebuah ungkapan yang memiliki pengertian serupa dengan kasih karunia dalam Perjanjian Baru. Kita juga sudah melihat ayat-ayat yang berisi kesaksian hidup Daud. Daud sangat menghargai kasih setia Allah. “Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah!” Daud mengatakan ini karena dia mengerti dampak jangka panjang dari kasih setia Allah. Daud menemukan bahwa kasih setia Allah menarik hati manusia untuk mencari Dia dan perlindungan-Nya. “Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu.” Daud juga mengerti bahwa kasih setia Allah akan memuaskan hati yang lapar. “Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu.”
Manusia penuh dengan kebutuhan dan Tuhan memiliki banyak untuk diberikan. Kebutuhan manusia begitu dalam. Tetapi sumber kekayaan Allah juga tidak ada batasnya. Kata-kata seperti kekosongan dan kekurangan menggambarkan manusia. Kata-kata seperti kepenuhan dan kelimpahan menggambarkan Allah.
Manusia memulai keberadaannya dalam kondisi bankrut secara rohani, lahir di dalam dosa dan melakukan kejahatan. “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mazmur 51:7). “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat” (Mazmur 58:3). Untuk semua kebutuhan yang mendesak ini, Tuhan menyediakan pengampunan dan keselamatan. “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!” (Mazmur 32:1). “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku” (Mazmur 18:3). Namun demikian, setelah ditebus, manusia tetap tidak boleh mengandalkan dirinya sendiri atau dunia ini. “Jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mazmur 63:1). Tuhan haruslah menjadi sumber yang baru bagi manusia baru. Seperti Daud, kita harus mencari apa yang kita perlukan dari Tuhan. Ketika kita mencari kepenuhan Allah untuk menggantikan kekurangan kita, kita akan menemukan kepuasan rohani yang Daud saksikan. “Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji” (Mazmur 63:6). Kita akan bersukacita karena kita akan dikenyangkan dengan melimpah-limpah.
Doa
Ya Allah sumber kelimpahan, aku begitu diberkati dengan menjadi anak-Mu. Tolong ingatkan aku senantiasa bahwa dunia ini dan sifat kedaginganku itu miskin. Ajar aku untuk mendekat kepada kepenuhan dari rumah-Mu melalui kerendahan hati untuk mengandalkan Engkau. Setiap saat aku melakukan hal itu, hatiku dipuaskan!Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu. (Mazmur 36:7-8) Kita sedang merenungkan ayat-ayat Perjanjian Lama yang berbicara mengenai kasih setia Allah, sebuah ungkapan yang memiliki pengertian serupa dengan kasih karunia dalam Perjanjian Baru. Kita juga sudah melihat ayat-ayat yang berisi kesaksian hidup Daud. Daud sangat menghargai kasih setia Allah.