Daud mengandalkan kasih setia Allah (4)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat. (Mazmur 36:7-9)

Saat kita terus merenungkan ayat-ayat ini, Daud menyatakan kepada Tuhan alasan lain mengapa ia begitu menginginkan kasih setia Allah. “Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.” Mereka yang tertarik kepada kasih setia Allah, yaitu mereka yang menginginkan hidup dalam kesetiaan kasih-Nya kepada umat-Nya, akan menemukan sebuah sungai rohani yang menyegarkan yang bisa diminum dengan iman.

Dunia ini adalah tempat yang gersang secara rohani. Seperti kita sudah melihat sebelumnya, Daud sungguh-sungguh mengerti mengenai hal ini. “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mazmur 63:2). Di dalam dunia yang kering dan gersang ini, Daud merasakan banyak penderitaan. Ia melayani seorang raja yang menganiaya dia. “Lalu mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai Daud, dan bahwa seluruh orang Israel mengasihi Daud. Maka makin takutlah Saul kepada Daud. Saul tetap menjadi musuh Daud seumur hidupnya” (1 Samuel 18:28-29). Daud memiliki seorang istri yang mencemooh kasihnya kepada Tuhan. “Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya” (2 Samuel 6:16). Ia memiliki seorang anak yang mengkhianatinya. “Maka setiap pagi berdirilah Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang… maka berkatalah Absalom kepadanya: "Lihat, perkaramu itu baik dan benar, tetapi dari pihak raja tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan engkau"… dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel” (2 Samuel 15:2, 4, 6).

Di dalam kegersangan situasi ini, Daud mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. “Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus” (Mazmur 143:6). Di tengah-tengah situasi yang sangat mengecewakan ini, Daud menemukan kasih setia Allah sebagai sungai kebahagiaan yang menyegarkan. “Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.” Ia mendapatkan bahwa Allah adalah sumber dari kehidupan sejati yang terus menerus mengalir. “Sebab pada-Mu ada sumber hayat.” Di dalam kasih setia Allah, Daud menemukan kasih, komitmen yang teguh dan anugerah yang melimpah.

Doa

Ya Allah, mata air kehidupanku, dunia ini adalah tempat yang kering dan gersang bagiku. Ada musuh yang menghadangku, ada penolakan dan bahkan pengkhianatan. Aku ingin datang kepada-Mu setiap hari untuk minum dalam iman dari sungai kasih setia yang Engkau curahkan, di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat. (Mazmur 36:7-9) Saat kita terus merenungkan ayat-ayat ini, Daud menyatakan kepada Tuhan alasan lain mengapa ia begitu menginginkan kasih setia Allah. “Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.” Mereka yang tertarik kepada kasih setia Allah, yaitu mereka yang menginginkan hidup dalam kesetiaan kasih-Nya kepada umat-Nya, akan menemukan sebuah sungai rohani yang menyegarkan yang bisa diminum dengan iman.