Article: 20211219/RK: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (Penggantian teks - "| illustration1x1 = ↵| illustration16x9 = Background_2021_The_Year_of_Integrity.jpg<!--MorningDevotion.jpg-->↵" menjadi "| illustration1x1= Berkas: Renungan Khusus 2019-1x1.jpg | illustration16x9= Berkas: Renungan Khusus 2019.jpg ")
k (Penggantian teks - "| illustration1x1= Berkas: Renungan Khusus 2019-1x1.jpg↵| illustration16x9= Berkas: Renungan Khusus 2019.jpg" menjadi "| illustration1x1= Renungan Khusus 2019-1x1.jpg | illustration16x9= Renungan Khusus 2019.jpg")
Baris 27: Baris 27:
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate = 2
| DaysAllowedToPublishBeforeArticleDate = 2


| illustration1x1= Berkas: Renungan Khusus 2019-1x1.jpg
| illustration1x1= Renungan Khusus 2019-1x1.jpg
| illustration16x9= Berkas: Renungan Khusus 2019.jpg
| illustration16x9= Renungan Khusus 2019.jpg


| longsummary=
| longsummary=

Revisi per 22 November 2022 10.23

Renungan Khusus 2019.jpgRenungan Khusus 2019-1x1.jpg
Renungan khusus
Tanggal19 Desember 2021
Penulis‑1Pdm Afousje Sambalao
Penulis‑2Pdm Micky Kambey, MA
Penulis‑3Pdt Nathan Subroto, MDiv
Renungan khusus lainnya

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes,
datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya:
“Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?
Kami telah melihat bintang-Nya di Timur
dan kami datang untuk menyembah Dia.”
(Matius 2:1-2)

Setiap kali gema Natal terdengar, seluruh dunia tenggelam dalam kesibukan Natal. Tercermin sukacita di wajah, senyum bahagia menghiasi hari-hari kebanyakan orang. Bukan hanya orang Kristen, tapi banyak umat lain turut merasakan kebahagiaan itu. Melalui teman, sahabat, keuntungan usaha yang meningkat bahkan keluarga yang merayakannya, kegembiraan itu tertular.

Tapi itu kenangan manis tahun-tahun yang lalu. Ketika keadaan semuanya baik. Lalu bagaimana dengan Natal tahun ini? Ini adalah tahun kedua di mana Natal kita rayakan di masa yang sulit, karena situasi akibat pandemi COVID-19.

Sejak awal tahun 2020, COVID-19 ini terdeteksi dan menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut Worldometer per 13 Desember 2021 ada 224 negara di dunia yang terdampak. Dengan 4.111.419 kasus terkonfirmasi dan 49.001 angka kematian dalam 7 hari terakhir karena COVID-19. Ancaman kematian masih tinggi dan pembatasan interaksi fisik masih harus berlanjut.

Ekonomi global masih terpuruk dan pertumbuhan ekonomi tahun depan masih belum pasti. Pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,2% sedangkan data dari Apindo memproyeksikan angka 4-5%. Dengan keadaan yang belum pasti, dunia masih menghadapi kesulitan dalam berbagai aspek, baik kesehatan, sosial, dan ekonomi. Ketersediaan pekerjaan makin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Daya beli masyarakat menurun sementara kebutuhan hidup harus terpenuhi. Bagaimana cara melepaskan diri dari ketidakpastian dan semua kesulitan ini?

Hikmat dan tuntunan Tuhan di masa sulit

Ketika umat manusia terancam ketakutan akibat Virus COVID-19. Apakah yang terjadi dengan kita orang percaya? Karena kita menghadapi fakta yang sama seperti orang lain. Tentu yang pertama harus kita lakukan ialah untuk tidak hidup dalam kekuatiran dan ketakutan, sebab ada jaminan tuntunan dan pemeliharaan Tuhan bagi orang yang mengasihi-Nya. Ada hikmat yang dari atas sebagai penuntun apa yang harus kita lakukan dan kerjakan di masa-masa yang sulit ini.

Kisah perjalanan orang Majus seperti yang tertulis dalam Matius 2:1-12, menginspirasikan kita untuk belajar rahasia untuk mengalami tuntunan dari Tuhan.

  1. Kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan
  2. Orang-orang Majus tersebut memiliki kerinduan yang besar untuk berjumpa dengan Tuhan, Sang Mesias.

    Para bangsawan dan cendekiawan dari timur ini begitu haus dan lapar akan perjumpaan dengan Yang Mahakuasa, sehingga mereka dengan sukarela dan sukacita datang untuk mencari dan menyembah-Nya. Ini kunci yang pertama untuk menerima tuntunan dari bagi setiap kita orang percaya, yaitu kerinduan untuk berjumpa selalu dengan Juruselamat hidup kita.

    Perjumpaan pribadi dengan Sang Juruselamat akan mengubah cara pandang kita dalam memandang kehidupan ini. Tanpa pertemuan pribadi dengan Sang Juruselamat, hidup seperti tanpa pengharapan. Setiap kali ada masalah, manusia yang pada dasarnya membutuhkan pegangan akan semakin tertekan dan terisolir, karena faktanya manusia lain pun tidak luput dari masalah mereka masing-masing. Namun ketika bertemu dengan Sang Juruselamat, pengharapan itu timbul dan menjadi sebuah sauh yang kuat untuk berjuang dan memampukan kita menghadapi kehidupan dengan berani.

    Ayub pernah berkata:

    dulu aku hanya mendengar dari kata orang, sekarang aku melihat (bertemu) dengan Tuhan secara pribadi.

    Perjumpaan pribadi dengan Tuhan pasti mengubah hidup seseorang.

  3. Peka dan membuka hati terhadap petunjuk Tuhan
  4. Hari-hari itu orang-orang Majus dituntun oleh bintang yang mereka lihat. Hari ini pun Tuhan sanggup menuntun asal kita mau peka dan dengar-dengaran akan suara-Nya. Kita harus selalu membuka hati dan telinga rohani kita untuk dapat menangkap isi hati Tuhan dan kehendak-Nya yang sempurna. Itu sebabnya, perjumpaan pribadi dengan Tuhan harus diikuti dengan kepekaan hati untuk menangkap apa yang menjadi kehendak dan rencana-Nya Tuhan untuk dilakukan.

    Perjumpaan pribadi dengan Tuhan tanpa dapat menangkap isi hati Tuhan akan hanya menjadi sebuah monumen dalam perjalanan kerohanian orang percaya, tapi bila kita mampu menangkap apa yang menjadi maunya Tuhan, hal inilah akan mengubah arah kehidupan kita. Menangkap apa yang menjadi maunya Tuhan ini akan menjadi “turning point”/“titik balik” dalam kehidupan kita.

    Titik balik dalam kehidupan dapat diartikan juga kita mengalami “pertobatan”/metanoia (changes of mind) seperti yang tertulis dalam Roma 12:2. Terjadi perubahan pola pikir. Terjadi perubahan paradigma. Terjadi perubahan di dalam cara kita memandang kehidupan.

  5. Bersedia membayar harga
  6. Untuk mengalami kedua hal di atas, orang-orang Majus itu rela menempuh perjalanan yang panjang dengan segala risikonya. Bahkan mereka tidak hanya sekedar datang untuk mengagumi kelahiran sang Mesias, tapi mereka membawa persembahan yang sangat bernilai pada waktu itu, yakni emas, kemenyan dan mur.

    Artinya bagi hidup kita orang percaya, kerinduan harus disertai dengan ketaatan, dan dalam kedua hal ini ada harga yang harus dibayar, yakni langkah nyata yang mencerminkan kerinduan dan ketaatan kita. Walaupun kadang kala langkah yang harus diambil membutuhkan pengorbanan yang besar.

    Kerinduan bertemu dengan Tuhan dan kepekaan mendengar suara-Nya, kehendak-Nya Tuhan, pasti akan mendorong seseorang untuk berani melakukan tindakan nyata yang seringkali bahkan extraordinary. Namun janji Tuhan, setiap jerih lelah dan pengorbanan kita tidak akan pernah sia-sia di hadapan-Nya.

Firman Tuhan dan doa

Dalam perjalanan Kekristenan kita saat ini, kita sedang menghadapi kesulitan dalam berbagai aspek dan dimensi. Tapi Tuhan menghendaki agar kita jangan berputus asa dan takut, melainkan tetap percaya kepada-Nya, maka hikmat sorgawi pasti akan turun dan menyinari setiap jalan yang akan kita tempuh. Entah melangkah ke kanan atau ke kiri, entah berhenti atau berjalan, Tuhan pasti akan menuntun setiap orang yang terus berharap kepada-Nya.

Seperti orang Majus yang bertanya-tanya dan mencari Tuhan, demikian pula kita sebagai orang percaya datang kepada Tuhan dalam doa-doa kita. Jangan bertanya kepada orang-orang hebat, jangan andalkan manusia, karena mungkin saja seperti Herodes, justru kecelakaan yang mereka rancangkan. Andalkan Tuhan saja, minta tuntunan Tuhan dan berharap hanya kepada-Nya. Dalam doa dan perenungan kita, cari kehendak-Nya dan dengarkan Ia berfirman.

Raja Daud dengan bangga berkata:

Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku
(Mazmur 119:105)

Dia pasti akan menuntun. Dia pasti membuka jalan bagi setiap masalah dan kesulitan yang kita hadapi. (ASG/MK/NS)